Oleh: dr. Jesslyn Norberta Keputihan sering menjadi masalah bagi sebagian besar kaum wanita. Meski dianggap wajar, ada juga keputihan yang perlu perhatian khusus. Gejala keputihan yang berkepanjangan akan memberikan dampak terhadap kesehatan organ reproduksi wanita.
Untuk itu setiap wanita perlu segera memeriksakan diri ke dokter untuk mencari penyebab munculnya keputihan. Keputihan dalam bahasa medis sering disebut Leukorea atau Fluor albus. Keputihan adalah cairan bukan darah yang keluar dari organ genitalia atau vagina yang berlebihan baik berbau ataupun tidak, serta dapat disertai adanya rasa gatal setempat.
Terdapat 2 jenis keputihan yaitu keputihan fisiologis dan keputihan patologis. Keputihan fisiologis adalah keputihan berupa cairan jernih, tidak berbau dan tidak gatal, serta mengandung banyak sel epitel dan leukosit yang jarang.
Sedangkan, keputihan patologis adalah keputihan dengan cairan eksudat yang berwarna, mengandung banyak leukosit, terasa panas dan gatal, berbau tidak sedap, sering menyebabkan luka di area mulut vagina akibat garukan.
Studi World Health Organization (WHO) menyebutkn, masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang menyerang para perempuan di dunia, salah satunya adalah keputihan. Keputihan patologis dapat menyerang wanita mulai dari usia muda hingga usia tua. Selain itu, kasus keputihan lebih sering dijumpai pada wanita dengan tingkat ekonomi dan pendidikan yang rendah.
Di Indonesia, sekitar 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Hal ini berkaitan dengan daerah Indonesia yang beriklim tropis sehingga akan mempermudah untuk berkembangnya mikroorganisme yang mengakibatkan banyaknya kasus keputihan.
Keputihan patologis sering disebabkan oleh infeksi, penyebab infeksi tersering yaitu infeksi jamur Candida sp. sebanyak 80-90%, Vaginosis Bakterial sekitar 40-50% kasus, dan Trikomoniasis sebanyak 5-20% dari kasus infeksi vagina.
Penyebab keputihan sangat bervariasi. Ada beberapa faktor yang memicu timbulnya keputihan, yaitu:
1. Faktor fisiologis, keputihan dapat ditemukan pada keadaan seperti: bayi baru lahir sampai umur kira-kira sepuluh hari karena adanya pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap rahim dan vagina janin. Perubahan hormon saat masa menjelang dan sesudah menstruasi sekitar fase sekresi antara hari ke 1016 siklus menstruasi, pada saat terangsang terjadi pengeluaran cairan transudasi dari dinding vagina, saat hamil, lelah, stres, serta penggunaan obat-obat kontrasepsi hormonal seperti pil KB.
2. Faktor patologis dapat disebabkan beberapa hal seperti berikut:
a. Infeksi
• Infeksi jamur sekitar 80-95% disebabkan oleh Candida albicans. Beberapa faktor yang memicu timbulnya infeksi jamur Candida sp. seperti pada pemakaian obat antibiotik atau kortikosteroid yang lama, kontrasepsi hormonal, wanita hamil, penyakit diabetes mellitus, penurunan imun tubuh karena penyakit kronik, sering memakai pakaian dalam ketat yang terbuat dari bahan sukar menyerap keringat.
• Infeksi bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah Gardnerella vaginalis, Gonococcus sp. Clamydia Trachomatis.
• Infeksi parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas Vaginalis. Infeksi ini paling sering ditularkan secara seksual.
b. Benda asing seperti pesarium untuk penderita prolaps uteri dapat merangsang sekret vagina berlebihan atau juga bisa dikarenakan tertinggalnya sisa pembalut atau kapas.
c. Pada wanita menopause, hormon estrogen wanita telah berkurang sehingga lapisan vagina mengalami penipisan dan kering, ini mengakibatkan mudah terjadi luka dan infeksi.
d. Iritasi, yang diakibatkan dari penggunaan pembersih vagina, cairan antiseptik untuk mandi, sabun cuci, penggunaan deodorant vagina dan celana yang ketat dan tidak menyerap keringat.
Di area vagina normal terdapat hubungan dinamis antara bakteri Lactobacillus (flora normal) dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan metabolit lainnya. Lactobacillus menghasilkan endogen peroksida yang bersifat toksik terhadap mikroorganisme. Peran penting dari bakteri Lactobacillus adalah untuk menjaga derajat keasaman (pH) vagina tetap pada keadaan normal.
Pada kondisi tertentu, pH vagina bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH vagina wanita naik menjadi lebih basa, maka infeksi mikroorganisme dapat berkembang dan hidup subur serta menginfeksi vagina.
Diagnosis Keputihan
Penegakan diagnosa keputihan berdasarkan tanda dan gejala disertai pemeriksaan penunjang yang mendukung. Gejala keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida sp. seperti keputihan kental seperti keju, berwarna putih susu dan bergumpal-gumpal, sekret tidak berbau, rasa gatal, serta kemerahan dan pembengkakan pada vagina dan pada mulut vagina. Dari hasil pemeriksaan sediaan basah dapat ditemukan psudohifa dan ragi bertunas.
Gejala keputihan yang disebabkan oleh Vaginosis Bakterialis umumnya bersifat asimtomatis pada 50% kasus, sekret vagina dijumpai berwarna putih keabu-abuan, cair dan banyak, disertai berbau amis. Untuk diagnosa klinik Vaginosis Bakterialis berdasarkan kriteria Amsel yaitu cairan vagina yang kental dan homogen, pH vagina > 4.5 , ditemukan sel Clue pada pemeriksaan sediaan basah dan uji Whiff dengan KOH 10% positif apabila berbau amis.
Gejala keputihan oleh Trikomoniasis umumnya memberikan gejala seperti sekret vagina berwarna putih kekuningan dan berbusa, rasa gatal dan disuria (nyeri saat berkemih). Diagnosa Trikomoniasis melalui pemeriksaan spekulum ditemukan gambaran strawberry cervix dan sekret yang khas dari Trikomoniasis Vaginalis, pemeriksaan sediaan basah ditemukan protozoa Trikomonas berbentuk buah pir dengan flagel yang bergerak-gerak.
Penatalaksanaan keputihan harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah timbulnya komplikasi sekaligus menyingkirkan penyebablain. Keputihan fisiologis umumnya tidak memerlukan penatalaksanaan khusus, tetapi harus dijaga agar tidak berubah menjadi keputihan patologis.
Penatalaksanaan yang diberikan dapat berupa usaha pencegahan dan obat-obatan sesuai dengan penyebab keputihan yang diderita. Pengobatan untuk infeksi jamur Candida sp. direkomendasikan dengan pemberian obat anti jamur topikal golongan azol seperti klotrimazol, flukonazol.
Untuk ibu hamil, obat Flukonazol tidak direkomendasikan karena dapat membahayakan janin. Pengobatan untuk Vaginosis Bakterialis dan Trikomoniasis diberikan obat golongan metronidazol untuk atasi infeksi bakteri dan parasit.
Sediaain obat yang diberikan dapat berupa sediaan oral (pil, tablet), sediaan topikal seperti krim yang dioleskan dan intravagina yang dimasukkan ke dalam liang vagina. Pada penderita yang sudah memiliki pasangan, sebaiknya pasangan juga diberi pengobatan serta dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama dalam pengobatan. Apabila anda mencurigai keputihan yang keluar tidak normal, dianjurkan untuk memeriksakannya ke dokter.
Pencegahan Keputihan
Bila ingin terhindar dari keputihan maka anda harus menjaga kebersihan organ genitalia dan sekitarnya. Hal-lain yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan yaitu:
1. Selalu menjaga kebersihan daerah genitalia agar tetap kering dan tidak lembab, misalnya dengan menggunakan pakaian dalam dan celana yang mudah menyerap keringat dan tidak ketat yang terbuat dari bahan katun karena katun menyerap kelembaban dan menjaga sirkulasi udara. Biasakan mengganti pembalut teratur pada waktunya untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme.
2. Membasuh daerah genitalia dengan cara yang benar yaitu dari depan ke belakang tiap kali selesai berkemih ataupun buang air besar.
3. Penggunaan bedak talkum, tisu atau sabun dengan pewangi di daerah genitalia sebaiknya dihindari karena dapat mengiritasi vagina.
4. Dianjurkan penggunaan cairan pembersih vagina tidak berlebihan karena dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina. Apabila perlu, sebelum menggunakan cairan pembersih vagina, sebaiknya anda berkonsultasi ke dokter.
5. Menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan sehat dan nutrisi seimbang, waktu istirahat yang cukup, mengendalikan stres, serta tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok.
Keputihan yang berlangsung lama dan tidak segera diobati dapat menimbulkan komplikasi seperti infeksi saluran kemih, penyakit inflamasi pada panggul (PID) yang dapat mengakibatkan infertilitas, dan apabila terinfeksi Trikomonas dapat mengakibatkan ketuban pecah dini, kelahiran prematur serta berat bayi lahir rendah.