Ankara, (Analisa). Dalam langkah tegas baru pemerintah terhadap partai proKurdi, Turki, Senin (19/8) mencopot walikota terpilih tiga kota di daerah tenggara berpenduduk Kurdi terkait dugaan keterlibatan dengan pemberontak. Mereka digantikan dengan pilihan pemerintah.
Wali kota di Diyarbakir, Mardin dan Van, di tenggara Kurdi, dituduh melakukan berbagai kejahatan, termasuk keanggotaan organisasi teroris dan menyebarkan propaganda kelompok teroris.
Menjelang pemilihan daerah di seluruh negeri pada Maret lalu, Presiden Tayyip Erdogan memperingatkan langkah semacam itu terhadap pejabat terpilih jika mereka diketahui memiliki koneksi dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang beraliran militan.
"Demi kepentingan investigasi, mereka sementara dicopot dari jabatan mereka sebagai tindakan pencegahan," kata pernyataan itu, merujuk pada Walikota Diyarbakir Selcuk Mizrakli, Wali Kota Mardin Ahmet Turk dan Wali Kota Van Bedia Ozgokce Ertan.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan di Twitter bahwa polisi menahan 418 orang di 29 provinsi dalam penyelidikan yang menargetkan para tersangka yang memiliki hubungan dengan kelompok militan PKK.
Pencopotan wali kota mengulangi pemecatan puluhan wali kota pada 2016 atas tuduhan yang sama, yang merupakan bagian dari pembersihan yang dimulai setelah kudeta gagal.
Hampir 100 wali kota dan ribuan anggota partai dipenjara dalam tindakan keras yang mengundang keprihatinan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE).
Menjelang pemilihan Maret lalu, Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan 178 kandidat pemilu saat ini sedang diselidiki atas dugaan memiliki hubungan dengan PKK.
Erdogan pada waktu itu memperingatkan bahwa wali kota Partai Demokratik Rakyat (HDP) yang pro-Kurdi dapat kembali diberhentikan jika mereka, seperti para pendahulu mreka, dianggap memiliki ikatan dengan kalangan militan.
Erdogan sering menuduh HDP punya kaitan dengan PKK, yang dituduh sebagai kelompok teroris oleh Turki, UE dan AS. HDP menolak tuduhan tersebut.
PKK pernah melancarkan pemberontakan pada 1984, mengakibatkan lebih 40.000 orang tewas dalam konflik tersebut. (AP/es/Ant/Rtr)