Tingkatkan Kepedulian

tingkatkan-kepedulian

KEPEDULIAN mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau harus ditanamkan dan terus ditingkatkan. Sebab persoalan Karhutla akan berdampak kepada aktivitas kehidupan dan kesehatan warga. Apalagi peristiwa Karhutla saat ini terus terjadi di “Bumi Lancang Kuning”. Akibatnya sejumlah wilayah kabupaten/kota sempat dilimut asap beberapa hari lalu.Jika kepedulian seluruh kom­ponen masyarakat Riau ditingkatkan, maka tidak mustahil Karhutla secepatnya dapat dihentikan.

Namun, persoalan Karhutla sepertinya belum dapat diatasi. Bahkan Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar usai melaksanakan Salat Hari Raya Iduladha 1440 di halaman Masjid Raya An Nur menyatakan dengan tegas bahwa Provinsi Riau sedang terkena musibah.Musibah dimaksud tentunya peristiwa Karhutla dan dampak yang ditimbulkan. Rasa pesimis Gubri juga ditunjukkan dengan pernyataan bahwa Karhutla padam jika hujan turun. Kalau hujan tak turun-turun, maka Karhutla dan dampaknya akan terus melanda Provinsi Riau.

Pernyataan Gubri tersebut tentunya menjadi cambuk untuk melangka bersama dalam menang­gulangi dan mengatasi Karhutla. Pe­na­nganan secara dini dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat merupakan awal, agar Karhutla tidak meluas dan dapat dihentikan. Tapi persoalan Karhutla dan dampaknya tetap akan berlanjut. Hal itu dikarenakan cuaca di Provinsi Riau akan cenderung panas, hingga Oktober 2019 mendatang.Kondisi itu tentu membawa konsekwensi untuk lebih serius menangani Karhutla. Proses pengeboman air de­ngan pesawat herkules harus terus ditingkatkan. Dan mo­di­fikasi cuaca, dengan membuat hujan buatan, tak bisa ditawar-tawar lagi, harus segera dilakukan.

Di sisi lain, kita juga meminta pemerintah baik pusat, provinsi dan daerah untuk juga menangani secara serius persoalan dampak yang ditimbulkan oleh Karhutla. Persoalan itu adalah penanganan kabut asap yang melanda Provinsi Riau. Penanganan secepatnya itu, agar penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di seluruh wilayah tedampak Karhutla dan kabut asap, dapat disembuhkan. Sebab Dinas Kesehatan Provinsi Riau merilis pada 13 Agustus 2019, penderita ISPA akibat kabut asap mencapai 11.026 orang di berbagai kabupaten/kota.

Jika kita lihat data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau tersebut, menunjukkan penderita terbanyak berada di Ka­bupaten Siak mencapai 2.290 orang. Selanjutnya Ka­bu­pa­ten Kampar, 1.934 penderita, Kota Pekanbaru mencapai 1.860 orang, Dumai sebanyak 1.556 orang, Kabupaten Pe­la­lawan 1.000 orang, Indragiri Hilir (Inhil) 880 orang. Ke­mu­dian, Rokan Hulu (Rohul) sebanyak 857 orang, Rokan Hilir (Rohil) sebanyak 294 orang, Beng­kalis sebanyak 201 orang, Ke­pu­lauan Meranti seban­yak 85 orang, Indragiri Hulu (Inhu) sebanyak 69 orang.

Banyak penderita ISPA tersebut harus dicermati bersama, bagaimana solusi agar persoalan Karhutla dan dampak yang ditimbulkan bisa diantisipasi. Salah satu solusi yang bisa dilakukan, adalah meningkatkan kepedulian bahwa persoalan Karhutla dan dampak yang ditimbulkan menjadi tanggung jawab bersama. Tanggung jawab itu bisa ditunjukkan dengan meningkatkan kepedulian dalam mewujudkan Provinsi Riau bebas Karhutla.

Memang harus diakui, banyak faktor yang menyebabkan Provinsi Riau selalu dilanda Karhutla setiap tahun. Faktor utama adalah tingkat kesadaran masyarakat ataupun stakeholder pemilik lahan masih rendah. Begitu juga penegakan hukum dan kebijakan pemerintah untuk memutus “mata rantai” terhadap pemilik lahan yang terbakar belum mak­simal. Sehingga persoalan Karhutla di Provinsi Riau dari tahun ke tahun terus saja terjadi. Karena itu sebaiknya se­luruh komponen masyarakat, dan pemilik kepen­tingan “bergandeng tangan” untuk bersama-sama menunjukkan kepedulian yang tinggi, bawah penanggulangan Karhutla di Provinsi Riau, dan dampak yang ditimbulkan merupakan tanggung jawab bersama.

()

Baca Juga

Rekomendasi