Karo, (Analisa). Tim Lembaga Pengabdian pada Masyarakat - Universitas Sumatera Utara (LPPM-USU) menyelesaikan tugas pengabdian pada masyarakat di Desa Payung dan Desa Kuta Rayat Kecamatan Neman Teran, Kabupaten Karo, sepanjang Juli-2019.
Tim pelaksana pengabdian masyarakat yang terdiri dari Fatma Wardy Lubis, Mazdalifah, Raras Sutatminingsih belum lama ini menjelaskan, kegiatan pengabdian ini tindak lanjut dari penelitian yang telah dilakukan tahun 2018. Pada hasil penelitian tersebut, didapati bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan kaki Gunung Sinabung belum mendapatkan Terpaan Komunikasi Bencana yang memadai, mulai dari fase mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan respons.
Khusus tahap mitigasi, sebahagian masyarakat tidak mendapatkan informasi yang berkaitan dengan bencana erupsi Gunung Sinabung berikut dampak yang ditimbulkannya. Padahal informasi ini diperlukan masyarakat guna mengurangi risiko yang timbul akibat erupsi.
Seperti yang diketahui, lanjutnya, erupsi Sinabung yang mulai terjadi sejak tahun 2010 telah menimbulkan berbagai permasalahan di tengah masyarakat antara lain sosial, ekonomi dan budaya. Karena itulah tim pelaksana yang terdiri dari Fatma Wardy Lubis, Mazdalifah, Raras Sutatminingsih dan sejumlah mahasiswa melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan metode Penyuluhan, Pelatihan dan Permainan dengan target khalayak dalam 3 kelompok yakni orangtua/lansia, pemuda, dan siswa sekolah di dua desa tersebut.
Penyuluhan dilakukan bagi ke tiga kelompok untuk mengisi kognisi atau aspek pengetahuan masyarakat tentang kebencanaan dan tindakan antisipasi terhadap bencana. Melalui penyuluhan dan pelatihan ini diharapkan muncul sikap awareness pada masyarakat. Sementara, Training of Traine, dilakukan pada kelompok pemuda mengenai kesukarelawan mitigasi komunikasi bencana dan senam mitigasi bencana.
Permainan, dalam hal ini, selain senam mitigasi para siswa/i sekolah, juga diberikan materi dalam bentuk permainan dan kuis agar lebih mudah menerima pesan-kuis mengenai tindakan dalam menghadapi erupsi. Pesan tersebut antara lain menggunakan masker, kaca mata, pelindung kepala, baju dan celana panjang. Hal ini harus dilakukan ketika meninggalkan rumah, sekolah menuju tempat pengungsian.
Tim pelaksana bekerja sama dengan mahasiswa juga menciptakan "Senam Pinguin Mitigasi bencana" yang gerakan-gerakan dalam senam tersebut berisi pesan-pesan tentang apa yang harus dilakukan jika erupsi terjadi.
Melalui kegiatan pengabdian ini, ungkapnya, masyarakat mempunyai pengetahuan, pedoman dan persiapan tindakan antisipasi ketika menghadapi erupsi Gunung Sinabung yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Hal ini diperlukan karena secara keilmuwanpun tidak ada yang bisa memastikan kapan erupsi sinabung ini akan berakhir. Selain itu, kegiatan pengabdian ini juga dapat mengurangi efek trauma serta menghibur masyarakat setempat. (rel/st)