Kucing Liar

kucing-liar

Oleh: Herumawan PA

Kamu percaya kucing itu punya sembilan nyawa? Buktinya jelang malam pergantian tahun lalu, kulihat ada seekor kucing kecil mendadak lari ke tengah jalan yang sangat ramai. Luar biasa ia bisa lolos dari roda-roda mobil yang terburu-buru hendak merayakan malam pergantian tahun di rumah atau di tengah kota.

Ketika berusaha balik arah, sebuah sepeda motor nyaris menggilasnya. Panik ia berputar arah lagi dan masuk ke kolong mobil. Si pengemudi segera menginjak rem. Aku dan dua orang yang melihatnya langsung menghentikan arus lalu lintas. Lalu aku membujuk si kucing kecil agar keluar dari kolong mobil.

Si kucing kecil berhasil kubujuk. Kubopong dia, kubawa pulang ke rumah. Ibu membuatkan susu untukku. Mata si kucing kecil berbinar-binar ketika melihat segelas susu putih di atas meja makan. Seolah ia sudah sangat haus.

“Pus, minumlah.” Aku menyuguhkan cawan kecil berisi susu yang kutuang dari gelasku, dan kuletakkan di lantai. Dia meminum dengan cepat. Hingga terciprat di lantai.

“Tenanglah, tak ada yang memburumu.”

Si kucing kecil tak mengubrisku. Terus minum tanpa jeda. Mungkin kecepatannya sama seperti pesawat supersonic.

Ibu mengelus-elus kepala si kucing kecil selesai ia minum. “Kamu yakin bisa mengurus kucingnya, Wan? Ini kucing liar lho.”

“Iya, aku yakin. Boleh ya, aku pelihara kucingnya, Bu?”

Ibu mengangguk pelan. Sebuah ciuman kudaratkan mulus di pipinya. “Terima kasih, Bu.”

“Bagaimana nanti makannya, Wan?” Ibu membersihkan tangannya memakai tisu basah.

“Kan di rumah kita banyak tikusnya, Bu?”

“Itu kucing masih kecil, Wan. Masih butuh induknya.”

Aku mengangguk paham. “Lalu aku harus bagaimana, Bu?”

“Cari induknya dan bawa ke sini.”

Aku mengangguk sambil berpikir ke mana mencari induk kucingnya.

* * *

Esoknya, aku mencari induknya sekalian mengikuti kerja bakti. Cukup lama karena aku tak tahu wajah induknya. Aku pun pusing tujuh keliling mencarinya.

Kulihat seekor kucing liar dewasa sedang meringkuk di pinggir jalan.

“Mungkin dia induknya?” Aku menghampirinya. Ia mundur perlahan. Tapi saat kudekati, ia langsung cepat berlari, masuk ke dalam kampung. Kuperhatikan sekilas perut si kucing liar dewasa itu seperti habis melahirkan.

Sorenya aku yang sedang duduk di teras rumah kaget melihat kucing liar dewasa itu menghampiriku. Kupandangi wajahnya. Matanya memelas. Seolah sedang dilanda kesedihan. Aku pertemukan dia dengan si kecil. Benar dugaanku, dia induk kucing kecil itu. Dia lalu menjilati badan si kecil dengan penuh kasih sayang.

Aku menuangkan susu di dalam gelas yang masih tersisa ke cawan kecil. Kedua kucing itu minum dengan cepat. Selesai minum, kucing besar itu menggigit tengkuk si kecil kemudian berlari cepat membawanya ke arah dapur. Aku tak mampu mencegahnya.

* * *

Sehari berikutnya, kucing besar dan anaknya itu menghampiriku saat aku sedang membaca koran di bangku bambu depan rumah. Mengelus-elus kakiku dengan kepalanya. Lalu lidahnya menjilati jari jemari kakiku. Seolah sedang membujukku agar aku memberikan mereka  susu. Tapi aku tak punya uang cukup untuk membeli sachet susu putih. Uangku sudah habis dipakai bayar loper koran, beli bensin dan sarapan pagi ini.

Aku teringat uang simpanan ibu buat bayar uang kontrakan rumah akhir bulan ini.

“Tak apa, kuambil sedikit. Toh uangnya masih banyak.” Aku masuk ke dalam. Menuju kamar ibu dan mengambil uang simpanan milik ibu di lemari.

Kubelikan sachet susu putih. Si kucing cepat meminumnya. Aku tertegun. Seperti inikah kucing zaman sekarang, maunya diberi susu saja?

“Wan, kamu ambil uang simpanan Ibu di lemari ya?”

Aku terkejut mendengar perkataan kencang ibu dari kamar. Aku bergegas menghampirinya.

“Iya Bu, cuma sedikit kok. Buat beli sachet susu buat si kucing.”

“Lho, bukannya ibu sudah bilang cari induknya, Wan?”

“Sudah, Bu.”

“Terus?”

“Induk dan kucingnya malah senang tinggal di sini, Bu.”

“Wealah..., kalau seperti ini sih, nanti lama-lama uang simpanan Ibu bisa habis cuma buat beli susu si kucing.”

Aku bingung sendiri.  Entah apa yang harus kulakukan. Memberikan kedua kucing liar ini ke tetangga untuk dirawat mungkin opsi yang bagus tapi hati ini tak tega. Atau opsi kedua, berharap kedua kucing liar ini mau menangkap tikus, dan bukan hanya maunya minum susu saja.

* Yogyakarta, 11 Februari 2019

Email: [email protected]

()

Baca Juga

Rekomendasi