2 Karya Keren Buatan Mahasiswa,

Bisa Deteksi Kapal Asing Nakal

bisa-deteksi-kapal-asing-nakal

Kompetisi OpenVino yang diada­kan PT Synnex Metrodata Indonesia (SMI) dan Intel, melahirkan beberapa solusi yang bisa mengatasi permasalahan sehari-hari. Pencipta solusi-solusi ini merupakan developer muda berbakat Indonesia.

Smart Bin (Unsyiah Kuala, Aceh)

Tim ini terdiri dari tiga mahasiswa asal Universitas Syiah Kuala, Aceh. Mereka mem­buat purnarupa Smart Bin atau tempat sam­pah pintar dengan biaya rendah. Pencip­taan prototip ini berasal dari permasalahan sampah yang tidak reusable atau tidak didaur ulang.

"Kami khawatir sampah menjadi masa­lah besar, untuk itu kami membuat solusi agar masyarakat memilah sampah dari awal (perio­de awal membuang sampah). Tujuan­nya agar mudah didaur ulang," kata Khalid Alhabibie.

Cara penggunaannya, sebelum sampah dibuang, sampah akan dihadapkan ke arah kamera. Kemudian secara otomatis sistem akan mendeteksi, jenis sampah apa yang akan kamu buang. Misalnya botol plastik, maka yang terbuka adalah jenis non-organik, jika jenisnya daun, yang terbuka adalah tempat sampah organik.

"Kita juga bisa memonitor masalah sampahnya di monitor, data-datanya kemudian bisa diolah," ujarnya. Khalid tidak sendiri, ia bekerja bersama dua orang tim lainnya, Chairuman dan Nyak Twoman.

Drone pengawas kapal ilegal

Karya yang satu ini juga patut diapre­siasi lho. Drone buatan Agus Prayudi ini sudah diterima oleh Kementerian Kelautan dan tinggal menunggu waktu dipanggil. Ia adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.

"Alat ini bisa mencegah kegiatan dari kapal ilegal yang ada di Indonesia. Bisa kita ketahui kalau negara kita 70 persennya merupakan lautan, jadi saya buat karya ini," katanya.

Secara sederhana cara kerjanya ada­lah, drone akan melakukan scan di lautan, kemu­dian datanya diolah secara deep learning. Dari ha­silnya diharapkan bisa mengetahui posisi kapal.

Menurut Agus, teknologi untuk men­de­teksi kapal atau VMS (Vessel Monitoring System) tidak banyak digunakan kapal di Indonesia, terlebih di Indonesia ini sifat kapalnya masih tradisional. Harganya pun cukup mahal, satu unit bisa mencapai Rp15 juta.

Secara sederhana cara kerjanya ada­lah, dro­ne akan melakukan scan di lautan, kemu­dian datanya diolah secara deep learning. Dari hasilnya diharapkan bisa mengetahui posisi kapal.

Menurut Agus, teknologi untuk men­de­teksi kapal atau VMS (Vessel Monitoring System) tidak banyak digunakan kapal di Indonesia, terlebih di Indonesia ini sifat kapalnya masih tradisional. Harganya pun cukup mahal, satu unit bisa mencapai Rp15 juta. (Vvn)

()

Baca Juga

Rekomendasi