Tanam Bawang Pakai Biji

Keuntungan Petani Lebih Tinggi

keuntungan-petani-lebih-tinggi

Medan, (Analisa). Selama ini, kebutuhan bawang merah di Sumatera Utara (Sumut) masih dibantu pasokan dari petani-petani bawang merah di Pulau Jawa maupun bawang impor. Sentra pro­duksi komoditas ini baik dari Sumut seperti Medan, Karo, dan Toba Samosir belum mampu memenuhi kebutuh­an ba­wang merah di Sumut yang mencapai 4.000 ton per tahun.

Bukan hanya itu, di Sumut sendiri bawang merah acap kali menjadi pe­micu inflasi. Melihat situasi ini, sudah seharusnya ada teknologi baru yang membantu petani bawang merah di Su­mut untuk meningkatkan komoditas tersebut. Salah satunya dengan pe­ngem­bangan benih biji bawang merah (TSS).

"Kita sangat bersyukur ada swasta yang mau berkerja sama dengan petani kita. Ini sangat memudahkan peme­rintah. Karena pasti dari swasta bibit­nya selalu tersedia," ujar peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumut Sorta Simatupang da­lam acara Openday Bawang Biji Ma­serati F1 "Per­temuan dan Pelatihan Memper­kenalkan Teknologi Penana­man Ba­wang Merah dari Biji" kepada pegiat pertanian Indonesia, Sabtu (24/8).

Edukasi kepada petani ini dilakukan di lahan milik Sarimin, petani di Ke­lurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Pada edukasi ini, Sarimin dan petani lainnya dari Kelompok Tani Karya Maju mendapatkan pelatihan khusus mulai dari menyemai, pera­watan hingga panen. Pelatihan dibekali oleh Bejo Indonesia, perusahaan benih yang memperkenalkan varietas Ma­serati F1.

Dalam edukasi ini, yang tersulit kata Sorta adalah mengubah paradigma petani bawang merah dari penggunaan umbi ke biji. Mengubahnya tidak se­perti membalikkan telapak tangan. Padahal bertani bawang merah dengan biji bisa mendapat untung lebih dibanding lewat umbi.

Hal ini dibenarkan petani bawang merah Sarimin. Meski ia baru menco­ba ini, tapi diyakininya lewat biji, lebih menguntungkan. "Perbandingannya itu kalau pakai umbi, satu hektare itu bisa habis Rp45 juta modalnya. Se­men­tara pakai biji hanya sekitar Rp15 juta," ucapnya.

Untuk membuktikannya perban­dingan keduanya, ia sedang mencoba menanam kedua jenis itu. "Kebetulan belum panen. Nanti waktu panen kita lihat. Kalau memang berhasil, ya kenapa tidak pakai biji saja semuanya," kata Sarimin.

Sementara Country Manager Bejo di Indonesia, Agung Pratama, menga­ta­kan dalam acara ini pihaknya me­mang sengaja memberikan edukasi kepada petani agar teknologi dengan biji ini bisa terbiasa dengan mereka. "Sebenarnya kita sudah kenalkan sejak tahun lalu. Sebelumnya kita memper­kenalkan kepada petani di Nusa Teng­gara Barat dan Pulau Jawa, sekarang kami masuk ke Pulau Sumatera. Nah, kenapa memilih lokasi di Kecamatan Medan Marelan, karena daerah ini merupakan tempat yang sangat cocok untuk penanaman bawang dari biji yang menginginkan tanah yang cende­rung berpasir dan sedikit liat," katanya.

Bawang merah biji varietas Mase­rati F1 adalah varietas yang mengha­silkan umbi yang besar, warna merah yang bagus dan cukup pedas sehingga cocok menjadi alternatif bagi petani bawang yang ingin mencoba menanam bawang dari biji. "Di NTB, sejak kita kenalkan responsnya sangat bagus. Sekarang petani bawang merah di sana sudah cukup banyak yang meng­gu­nakan biji," katanya yang didam­pingi Tenaga Ahli Bejo dari Belanda, Jurgen Nagel, Manager Asia Thijs Hoveling.

Lebih lanjut dikatakan Agung, un­tuk  penanaman dari biji ini sangat flek­sibel. Selain memberikan keun­tungan yang lebih, dan yang perlu di­per­hatikan petani adalah bahwa de­ngan biji, tanaman harus diperhatikan setiap hari. (ns)

()

Baca Juga

Rekomendasi