
Hong Kong, (Analisa). Kepolisian Hong Kong (HK), Minggu (25/8), mengatakan pihaknya menangkap 29 orang pasca bentrokan, Sabtu malam, yang menyebabkan gejolak politik semakin memanas di pusat keuangan Asia tersebut.
Para aktivis pada Sabtu melemparkan bom molotov dan batu bata ke arah polisi ketika aksi protes pecah di daerah industri Kwun Tong, daerah padat penduduk di wilayah Tiongkok yang terletak di timur semenanjung Kowloon. Empat stasiun kereta bawah tanah MTR ditutup akibat aksi tersebut.
Polisi terpaksa mengambil tindakan represif dengan menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa antipemerintah ketika menghadapi aksi protes lanjutan.
Sementara pengunjuk rasa lainnya merusak tiang lampu "pintar" yang dilengkapi kamera CCTV serta memblokir jalan dengan tumpukan bambu.
Ini penggunaan gas air mata pertama dalam lebih dari sepekan setelah serentetan aksi protes di bekas jajahan Inggris tersebut.
Transportasi menuju bandara internasional kota tersebut tampak normal pada Minggu pagi, kendati pengunjuk rasa merencanakan "uji tekan" transportasi seharian di pusat penerbangan itu.
Aksi protes lainnya direncanakan pada Minggu di distrik Tsuen Wan, saat massa juga merencanakan aksi mogok dan boikot dengan tidak masuk kelas di sejumlah universitas dalam beberapa pekan ke depan.
Pihak kepolisian Hong Kong dalam pernyataannya, Minggu, bahwa pihaknya mengecam keras pengunjuk rasa "yang mengganggu ketenangan publik" pada Sabtu dan bahwa 19 pria beserta 10 perempuan diamankan. Mereka yang ditahan termasuk penyelenggara aksi protes Sabtu, Ventus Lau, demikian laporan RTHK.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Sabtu, ribuan demonstran, banyak yang memakai masker gas dan membawa payung, berjalan melintasi kawasan industri Kwun Tong, di mana mereka dihadang oleh puluhan polisi anti huru-hara yang dilengkapi dengan perisai dan pentungan.
Dalam aksinya, para demonstran membuat barikade penghalang lalu lintas dengan menumpuk tiang-tiang konstruksi bambu, sambil meneriaki para polisi.
Kepolisian Hong Kong telah menjadi sasaran kemarahan para demonstran karena respons mereka yang dianggap terlalu keras terhadap aksi demonstrasi yang telah berlangsung berbulan-bulan ini.
Antipati terhadap polisi makin meningkat setelah polisi menggunakan tongkat, peluru karet dan gas air mata terhadap para pengunjuk rasa yang rusuh. Polisi juga dituduh memukuli para demonstran yang menggelar aksi damai.
Ketegangan meningkat pada aksi demo hari ini, di mana sejumlah demonstran garis depan yang radikal, yang dikenal sebagai "pemberani" telah berkumpul.
"Saya belum pernah melihat Hong Kong dalam situasi seperti ini," ujar warga Hong Kong, Dee Cheung (65) kepada AFP.
"Anak-anak muda yang keluar telah mempertaruhkan masa depan mereka ... mereka melakukan ini untuk Hong Kong. "Mungkin ada beberapa hal yang tidak kita setujui, seperti 'para pemberani' yang cenderung menuntut. Tapi mari kita pikirkan mengapa mereka melakukan itu?" imbuhnya.
Aksi demo besar-besaran ini awalnya digelar untuk menentang Rancangan Undang-Undang (RUU) yang akan memungkinkan ekstradisi ke Tiongkok. Namun kemudian, aksi ini berubah menjadi tuntutan yang lebih luas untuk demokrasi dan akuntabilitas polisi di kota semi-otonom tersebut. (Ant/AFP/echo)