
Sabang, (Analisa). Badan Pengembangan Bahasa dan Sastra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menggelar bedah buku “ Senandung Sabang” hasil karya seniman berkarya Wayan Jengki Sunarta, di Aula Lantai IV Kantor Walikota Sabang, Rabu (28/8).
Acara bedah buku dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Kota Sabang, tokoh seniman sastra, penulis, jurnalis dan guru bahasa.
Badan Pengembangan Bahasa dan Sastra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nurhayati mengatakan, pada dasarnya sastra dapat dijadikan sebagai sarana diplomasi lunak (soft diplomacy) untuk memartabatkan bangsa dalam pergaulan global.
Selain itu, sastra juga dapat memperteguh jati diri bangsa, memperkuat solidaritas kemanusiaan dan mencerdaskan bangsa.
Pada tahun 2016 lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengirimkan enam sastrawan berkarya, satu orang sastrawan ke Meksiko dan lima orang ke daerah 3T (terluar, terdepan, tertinggal) salah satunya ke Sabang, yakni Wayan Jengki Sunarta dari Bali, ujarnya.
Seniman berkarya Wayan Jengki Sunarta menuturkan awal mula menulis Senandung Sabang di tengah-tengah guru bahasa dan seniman di daerah itu.
Buku Senandung Sabang menceritakan kisah ketika menyelusuri Pulai Weh Sabang sebagai kawasan wisata tahun 2016 lalu.
Perjalanan ke setiap pelosok Sabang dituliskan dalam catatan perjalanan, kemudian dituangkan dalam tulisan Senandung Sabang hingga mendapat dukungan dan diterbitkan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta dalam sebuah buku di tahun 2018.
Menurutnya, selama berada di Sabang memiliki berkeping-keping kenangan dirangkum dalam bentuk diskripsi kisah perjalanan untuk diwujudkan dalam sebuah dokumentasi sebagai bahan referensi bagi pembaca.
Buku dicetak terbatas, hanya 200 eksemplar dalam 154 halaman dilengkapi dengan puisi-puisi dan tidak diperjual belikan, ujar Wayan. (kim)