Naik Kora Kora

naik-kora-kora

Oleh: Feby Farayola

HARI ini Andin dan kak Laras pergi ke pasar malam. Andin senang sekali. Karena di sana ada banyak penjual makanan dan minuman serta bermacam-macam wahana permainan. Andin tidak sabar ingin mencoba satu persatu wahana permainan yang ada. 

“Andin mau mencoba permai­nan apa?” tanya Kak Laras.

Pandangan Andin tertuju pada sebuah wahana permainan berbentuk kapal yang ukurannya sangat besar. Kapal tersebut bergerak seperti ayunan yang bera­yun ke depan dan ke belakang. Andin tertarik ingin mencoba permainan itu terlebih dahulu.

“Andin mau mencoba permai­nan itu kak,” tunjuk Andin pada wahana permainan tersebut.

“Oh Andin mau naik Kora-kora. Ya sudah ayo kita beli tiket dulu,” ucap kak Laras. Ternyata wahana permainan tersebut bernama Kora-kora. Andin baru tahu.

Setelah membeli tiket Andin dan kak Laras menyerahkan tiket tersebut kepada penjaga wahana permainan. Lalu mereka mulai duduk pada tempat kosong yang ada pada wahana permainan berbentuk pera­hu yang bernama Kora-kora tersebut. Perlahan, Kora-kora tersebut mulai bergerak dengan pelan.

“Wah! Kora-ko­ranya mulai ber­ge­rak kak!” ucap An­din kegi­rangan.

“Andin pegangan ya erat ya,” pinta kak Laras.

Lama kela­maan Kora-kora tersebut mulai bergerak dengan cukup kencang. Andin dan kak Laras menjerit histeris namun tidak merasa takut. Tanpa terasa Kora-kora tersebut berhenti. Waktunya sudah habis. Andin dan kak Laras pun turun.

“Kak Andin mau naik Kora-kora lagi,” ucap Andin sambil menarik-narik baju kak Laras.

“Tadi kan kita sudah naik Kora-kora. Kita coba permainan lain saja ya,” jawab kak Laras.

“Gak mau kak. Andin mau naik Ko­ra-kora lagi,” rengek Andin.

“Kora-koranya se­makin lama ber­­ge­rak se­makin ce­pat. Nanti kepala An­din pu­sing. Kita co­ba per­mai­nan yang lain saja ya, dek.”

Andin kembali merengek pada kak Laras. Matanya berkaca-kaca seperti hendak menangis. Karena tidak tega, akhirnya kak Laras menuruti permintaan Andin. Andin bersorak kegirangan saat kora-kora mulai bergerak. Semakin lama semakin cepat dan sangat cepat. Sorak kegirangan angin menjadi jerit histeris. Tiba-tiba ia ketakutkan. Andin mulai merasa kepalanya pusing. Akhirnya Andin menangis sambil memeluk kak Laras. Untungnya Kora-kora terse­but segera berhenti.

Ketika turun, Andin muntah-muntah sambil menangis. Kepa­lanya sangat pusing. Sekujur tu­buhnya berkeringat. Kak Laras membelikannya air mineral.

“Kan kakak sudah peringatkan,” ucap kak Laras sambil mengurut tengkuk Andin.

“Maafin Andin ya kak, Andin gak dengerin omongan kakak tadi,” ucap Andin sambil menangis.

“Ya sudah gak apa-apa. Ini jadi pembelajaran buat Andin kalau sesuatu yang berlebihan itu nggak baik,” ucap kak Laras sambil menge­lus rambut Andin.

Andin jera karena tidak men­dengar­kan nasihat kak Laras tadi. Sekarang Andin mengerti, apapun yang terasa menyenangkan tetapi kalau berlebihan itu tidak baik. ***

()

Baca Juga

Rekomendasi