
Sebab itulah, mengapa kebudayaan daerah yang ada di Indonesia harus kita lestarikan agar warisan itu dapat dilihat dan dirasakan anak cucu kita nantinya. Terkait dengan itu pula, 80 persen budaya Batak telah hilang. Yang masih dipergunakan hanya tinggal 20 persen. Atas dasar itu, di Museum Negeri Sumatera Utara, tokoh masyarakat Batak Sumatera Utara berkumpul. Tujuannya untuk mengukuhkan keberadaan Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak (YPKB) (Analisa, 24/7/2019).
Dengan begitu, harus ada rasa dan hasrat kita, khusus masyarakat Batak untuk melestarikan kebudayaan Batak tersebut. Tentu namanya budaya adalah warisan dari leluhur yang sangat perlu dilestarikan, sebagaimana pula filsafat Pancasila sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian yang mendasar dan menyeluruh.
Dengan demikian, dapat dikatakan begitu pentingnya budaya itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan dasar dan ideologi Pancasila. Sebab itulah, tak bisa kita biarkan budaya Batak punah begitu saja karena keinginan yang kurang untuk membudayakannya.
Mulai dari Orang Tua
Khusus di Sumatera Utara ini, banyak sekali masyarakatnya yang berasal dari keturunan Batak. Jadi, diharapkan peran orang tua penting dalam memulai memperkenalkan dan mengajarkan budaya Batak itu kepada anaknya agar ke depannya budaya Batak tersebut tidak punah. Dalam lingkup keluarga, maka orang tua sangat diharapkan untuk melestarikan budaya tersebut.
Dimulai saja dulu dengan berkomunikasi sehari-hari. Orang tua yang keturunan Batak, misalnya, harusnya membiasakan diri untuk berbahasa Batak dalam berkomunikasi. Baik itu dengan istri, tamu maupun dengan keluarga. Berkomunikasi dalam bahasa daerah di dalam rumah akan memunculkan dan menciptakan anak yang mengikuti orang tua. Bukan tidak mungkin, dengan komunikasi memakai bahasa daerah, si anak nantinya akan terbiasa dan bertanya apa arti dari bahasa tersebut.
Dengan begitu, dia akan mencoba-coba melafalkannya dalam setiap komunikasi kepada orang tua maupun temannya. Selain itu, perlu juga dalam keluarga memperkenalkan asal usul marga atau borunya, atau dengan kata lain mengajari anak silsilah dari marganya secara terang dan jelas.
Begitupun, diajarkan cara berpakaian dan berbicara yang sopan kepada orang lain maupun yang lebih tua. Kata-kata yang dipakai haruslah yang sopan, lembut agar menunjukkan rasa hormat. Untuk melewati kerumunan orang yang sedang diskusi, ada acara maupun tamu di rumah, maka tangan diturunkan ke bawah agar menunjukkan kesopan-santunan.
Selanjutnya, memperkenalkan lagu-lagu Batak, pakaian adat batak, alat musik, pahlawan dan lain sebagainya. Hal itu nantinya akan menjadi pembelajaran yang baik kepada anak dengan mengerti budayanya dan dengan begitu pelestarian budaya batak dapat berlanjut kedepannya.
Memang kalau melihat realita yang ada, anak zaman sekarang dalam berbicara menggunakan bahasa daerah dengan sesamanya yang sesuku saja sudah enggan. Ada pula yang memang tidak mengerti sama sekali bahasa daerahnya. Kebanyakan memakai bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa gaul yang tidak sesuai ejaan yang disempurnakan.
Sebab itu, mulailah melestarikan budaya itu dari keluarga. Jika keluarga saja tidak ingin mendidik, mengajari dan menempa anaknya untuk mencintai budayanya, maka, itulah mulanya proses punahnya budaya itu sendiri. Peran penting orangtua dalam hal ini sangat dibutuhkan. Jadi, dengan adanya pertemuan dari tokoh batak dapat semakin mensosialisasikan pelestarian budaya batak itu dimulai dari keluarga.
Jangan Sampai Punah
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencatat, dari 13.000 suku bangsa yang ada di negara ini tujuh di antaranya sudah punah. Ratusan lainnya terancam punah dan beberapa saja dianggap masih eksis. Tentu ini harus diantisipasi agar jangan ada lagi suku dan bahasa yang punah akibat lemahnya pelestarian budaya.
Keberagaman suku, agama, ras dan antargolongan di Indonesialah yang membuat negara ini semakin indah dan punya seni yang tinggi. Keberagaman itulah yang membuat kita sampai saat ini masih menjadi sebagai sebuah bangsa dan negara Indonesia. Karena keberagaman itu pula membuat kita semakin kokoh persatuan, terhindar dari konflik besar dan saling serang menyerang. Indonesia akan semakin kuat dengan kita menjaga kebudayaan yang ada sesuai pula amanat Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan UUD 1945.
Jadi, tidak ada yang menginginkan bila budaya bangsa ini yang sejak lama sudah ada harus punah akibat tidak ada lagi pelaku pelestarian budaya itu. Jangan sampai kita terjerumus dalam budaya kebarat-baratan atau westernisasi yang dapat menghancurkan bangsa ini. Apa yang diagendakan dari para tokoh batak tersebut adalah bentuk perhatian sekaligus keprihatinan terhadap budaya batak yang kian hari kian punah.
Dalam realitasnya kita harus banyak bekerja keras dalam menggelorakan kembali budaya itu dalam kehidupan. Jika perlu setiap siswa diajak untuk memperkenalkan budaya masing-masing dengan berkunjung ke museum atau tempat bersejarah sesuai budaya masing-masing agar dari situlah mulai memperkenalkan keindahan dari sebuah budaya. Selanjutnya, diperkenalkan secara mendalam budaya itu, termasuk jenis-jenis pakaian adat, bahasa, alat musik dan yang berkaitan dengan budaya. Itu adalah cara-cara terbaik sekaligus mensosialisasikan kepada keluarga untuk terus memperkuat pemahaman kepada anak mengenai budaya.
Penulis adalah Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut dan OMK ST Yakobus Sukadono