New York, (Analisa). Unggulan kedua asal Spanyol, Rafael Nadal, tampil sebagai juara tunggal putra Turnamen Amerika Serikat (AS) Terbuka 2019 setelah pada partai final di Flushing Meadows, New York, menaklukkan unggulan kelima dari Rusia, Daniil Medvedev 7-5, 6-3, 5-7, 4-6 dan 6-4, Senin (9/9) dini hari WIB.
Dengan kemenangan tersebut, Nadal berhasil mewujudkan misinya meraih gelar keempat di AS Terbuka, sekaligus gelar ke-19 dari ajang Grand Slam sepanjang kariernya. Kini, petenis nomor dua dunia berusia 33 tahun itu semakin mendekati rekor Roger Federer, yang telah mengoleksi 20 gelar juara Grand Slam.
Nadal yang sebelumnya telah tiga kali menjuarai AS Terbuka pada tahun 2010, 2013 dan 2017, kini tercatat sebagai petenis tertua kedua yang menjadi juara tunggal putra di event Grand Slam terakhir setiap tahun itu. Petenis tertua yang pernah menjuarai AS Terbuka pada era profesional adalah Ken Rosewall dari Australia. Dia tampil sebagai pemenang AS Terbuka 1970 pada usia 35 tahun.
Untuk keberhasilannya merengkuh gelar juara tunggal putra AS Terbuka 2019, Rafael Nadal diganjar hadiah uang 3,85 juta dolar AS. Petenis kidal Spanyol yang mencapai laga final AS Terbuka kelima dan final Grand Slam ke-27, adalah petenis putra pertama yang meraih lima gelar besar setelah berusia 30 tahun. AFP melaporkan, Nadal yang kini meningkat rekornya menjadi 22-12 dalam pertandingan lima set, hanya kehilangan satu pertandingan di ajang Grand Slam dari lebih 200 laga ketika dia telah memenangi dua set pertama. Kekalahan itu terjadi ketika nadal menghadapi petenis Italia, Fabio Fognini, pada putaran ketiga AS Terbuka 2015. Dalam waktu empat jam 50 menit, pertandingan Nadal kontra Medvedev, kemarin, berakhir kurang empat menit untuk menyamai rekor duel final terlama dalam sejarah AS Terbuka saat Mats Wilander (Swedia) mengalahkan Ivan Lendl (Republik Ceko) 6-4 4-6 6-3 5-7 6-4 pada 1988 dan ketika Andy Murray menekuk Novak Djokovic 7-6(12/10), 7-5, 2-6, 3-6, 6-2 di final AS tgerbuka 2012.
Bagi Nadal, gelar juara AS Terbuka 2019 merupakan gelar Grand Slam kedua tahun ini setelah meraih mahkota di Prancis Terbuka, Juni lalu.
Mertens/Sabalenka
Di nomor ganda putri yang pertandingan finalnya juga digelar Senin (9/9) dini hari WIB, gelar juara akhirnya direbut pasangan gado-gado "dadakan" Belgia/Belarusia, Elise Mertens/Aryna Sabalenka, yang mengalahkan Victoria Azarenka/Ashleigh Barty (Belarusia/Australia) dua set langsung 7-5, 7-5. Pertarungan tersebut berakhir dramatis saat Mertens/Sabalenka harus maju ke depan net dan Barty justru mengirim bola lob melewati kepala mereka. Namun, Sabalenka berhasil mengejar bola dan mengembalikannya, sehingga overhead smash yang dilakukan Azarenka pun gagal menciptakan poin bagi Azarenka/Barty.
Begitu meraih poin terakhir yang memastikan kemenangan, Mertens langsung tergeletak di atas lapangan dan Sabalenka menatap langit tak percaya, sebelum akhirnya mereka berpelukan.
Usai pertandingan Elise Mertens mengatakan, sorak-sorai dan euforia penonton di Arthur Ashe Stadium semakin memacu semangat bertandingnya. Dengan hasil tersebut, Ashleigh Barty gagal meraih gelar Grand Slam keduanya di nomor ganda putri setelah tahun lalu petenis Australia itu menjadi juara kala berpasangan dengan petenis AS, CoCo Vandewege. (Ant/umr)