Kematian Candra Simamora Harus Diusut Tuntas

Polri Watch Minta Polres Taput Profesional

polri-watch-minta-polres-taput-profesional

Medan, (Analisa). Petugas Polres Tapanuli Uta­ra (Taput) di­tuntut be­kerja pro­fe­sional. Kare­na­­nya kasus ke­ma­tian Candra Si­ma­mo­ra (38 tahun) warga De­­­sa Pan­tis Ke­­ca­matan Pa­hae Julu, Ming­gu (1/9) lalu di Jalan Tarutung-Si­pirok De­sa Pancurnapitu Ke­ca­ma­tan Siatas Barita, harus di­­u­sut tuntas

“Sekecil apa pun kasus yang di­tangani Polri harus di­usut tuntas. Apa­lagi sampai me­nghilangkan nyawa ma­nu­sia. Dan kalau memang Polres Taput tidak mampu mena­nga­ni atau meng­ung­kap kasus ini, Di­rektorat Reserse Kri­mi­nal U­mum (Ditkri­mum) Pol­da Su­mut harus segera tu­run ta­ngan,” ujar Direktur Polri Watch Ab­dul Salam Karim saat di­temui di Me­dan, Selasa (10/9).

Pria yang akrab di panggil Haji Salum ini berpendapat, penanganan ka­­sus ini sesung­guhnya tidak perlu berl­arut-larut. Apalagi secara kronolis, kor­ban bersama temannya mar­­ga Srg, sebelumnya men­data­ngi salah satu kafe di di ka­­wasan Desa Sima­som Pan­cur Napitu. Namun diduga karena uang untuk membayar minum mereka kurang, korban ditinggal di kafe, sementara temannya pergi untuk me­ngam­bil uang di ATM.

“Dari pemilik atau pengun­jung kafe ataupun rekan kor­ban, setidaknya sudah didapat keterangan apa yang terjadi terhadap korban, disaat ia di­tinggal temannya,” ujar Haji Salom.

Karenanya Haji Salom mengaku he­ran, pihak Polres Taput sebagaimana di­berita­kan di media massa, sehari se­telah ke­­ja­dian, Senin (2/9) atau saat gelar per­kara melalui rilisnya menyim­pulkan bahwa per­kara dugaan tindak pidana pe­nganiayaan terha­dap kor­ban Candra Simamora ti­dak dapat diting­katkan ke proses penye­li­­dikan, dan per­kara ini dihen­tikan (SP3). Selanjut­nya koor­dinasi me­nga­­rahkan tin­dak lan­­­jut per­ka­ra ke unit laka lantas.

Terlalu pagi

“Walaupun akhirnya Kas­subbag Hu­mas Polres Taput Aiptu Sutomo Si­­mare­mare meng­­klarifikasi dengan me­­nye­butkan akan kembali mela­ku­kan gelar perkara untuk me­lengkapi dan memastikan pe­nyebab ke­ma­­tian korban sete­lah keluar­ga­an hasil pe­merik­saan dokter fo­rensik, na­­mun per­nyataan pe­ng­hen­tikan pro­ses penyeli­dikan (SP­3), terke­san “terlalu pa­gi”,” ujar Haji Salom.

“Untuk menerbitkan SP3 ha­­rus punya dasar hukum yang jelas, tidak bisa sem­barang. Ka­renanya petugas Pol­res Ta­put dalam bertugas harus me­­nge­depankan profesionalisme, seperti yang selama ini sering disam­pai­kan Kapolri Jenderal Tito Kar­nav­ian dan Kapol­dasu Irjen Pol. Drs. Agus Andrian­to SH MH,” tambahnya.

“Kalau pun kasus ini disebut me­ng­arah ke laka lantas, se­ha­rus­nya juga se­gera diusut. Kor­ban berlanggar de­ngan apa, dan siapa yang melanggar kor­­ban. Masa su­dah lebih se­ming­gu ti­dak ada langkah-lang­kah yang dila­ku­­kan, ter­masuk pemerik­saan di tem­pat ke­ja­dian perkara (TKP),” ujar­nya.

“Kita meminta agar kasus ini diusut tuntas. Dan kalau memang Polres Ta­put tidak mampu mengusutnya, pihak ke­luarga sebaiknya membuat laporan kem­bali ke Poldasu agar kasusnya di­ambil alih,” ujar Haji Salom meng­akhiri ke­terangan.

Rumah Sakit

 Secara terpisah abang korban, Uppi Simamora ke­tika dikomfimasi via tele­pon menyebutkan, ia Selasa (10/9) kembali mendatangi Pol­res Taput menanyakan per­kem­bangan kasus ini.

Dari pihak Polres disebut­kan, me­reka masih menunggu surat kete­rangan dari dokter forensik RSUD dr Djasa­men Pematangsiantar untuk me­nge­tahui penyebab kema­ti­an korban se­sungguhnya. “Kami besok pagi (Rabu hari ini red), datang lagi ke Pol­res, karena su­rat dari RS dr Dja­sa­m­en Pema­tang­sian­tar, diperkirakan tiba Selasa sore,” jelasnya. (mp)

()

Baca Juga

Rekomendasi