Blangpidie, (Analisa). Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) Akmal Ibrahim mendorong para penangkar untuk dapat menghasilkan benih padi yang bermutu, unggul dan memiliki cita rasa yang enak. Hal itu disampaikannya saat membuka kegiatan pertemuan penangkar padi di Aula Bappeda Abdya, Rabu (11/9).
Dalam pertemuan yang dihadiri pakar pertanian dari Fakultas Pertanian Unsyiah Efendi dan Muyyasir, Asisten Ekonomi Pembangunan Setdakab Abdya Salman Alfarisi, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Abdya Nasruddin, dia mengatakan peran penangkar padi sangat penting untuk meningkatkan mutu gabah.
“Jika benih yang dihasilkan berkualitas, tentu hasilnya akan lebih baik dan bermutu tinggi,” paparnya.
Karenanya, dia meminta seluruh unsur terkait yang terlibat dalam pertanian agar bekerja maksimal membantu petani. Penangkar dan penyuluh ditantang untuk mencari benih unggul di seluruh wilayah Indonesia untuk dikembangkan di Abdya.
Disebutkan, hampir 70 % petani di Abdya merupakan keluarga miskin. Mereka sangat layak dibantu untuk mendapatkan benih unggul. Menurutnya menolong orang miskin adalah perintah agama yang harus diprioritaskan.
Bupati mengakui, selama ini sangat banyak kritikan yang diterimanya karena terlalu memperhatikan sektor pertanian. Mengapa demikian, rata-rata petani itu adalah orang miskin. Maka dari itu, jangan melihat pertanian dengan kacamata politik, tapi lihat dengan kacamata agama.
Kebijakan yang selama ini dijalankan, semuanya untuk membantu orang miskin. Mulai dari ongkos bajak sawah, hingga ongkos memanen padi juga berpihak kepada petani bahkan termurah secara nasional. Penyuluh harus kerja ekstra, karena banyak petani yang diperhatikan rata-rata orang miskin. Jalankan sesuai dengan amanah untuk membuat penangkaran di Abdya lebih maksimal. Dua pakar pertanian dari Fakultas Pertanian Unsyiah itu juga membahas pengembangan padi varietas Sigupai Abdya, yakni memperpendek umur dari 5 bulan menjadi 3 bulan. Begitu juga batangnya dari 1,6 meter menjadi 1,2 meter, serta hasilnya bisa mencapai di atas 8 ton/hektare.
Kemudian juga ada varietas Padi Batuta (Batat Tungang Tat) yang berasal dari Padi Sambai Simeulue, umurnya 4 bulan sampai 3,5 bulan. Hasilnya di atas 8 ton/hektare, tahan hama penyakit, tahan kekeringan dan suhu tinggi serta tidak memerlukan pemeliharaan intensif, tapi hasilnya lebih banyak dari padi varietas lain. (ags)