PB Djarum, Rokok dan Pendidikan !

pb-djarum-rokok-dan-pendidikan
Oleh: Jan Roi A Sinaga. Ada sebuah video singkat yang telah dibagikan ribuan kali di media sosial Facebook, yang menggambarkan bagaimana seorang guru mengajarkan muridnya agar memiliki daya nalar yang lebih baik. Guru tersebut diperankan oleh Donny Yen, aktor laga asal China yang terkenal lewat aksinya dalam film IP Man. Digambarkan, kelas yang akan diajar oleh guru tersebut bukanlah kelas biasa, karena siswa di dalamnya terkenal nakal dan iseng kepada guru. Ia (guru) memberi kesempatan untuk bisa pergi meninggalkan kelas, jika ada siswa yang mampu menjawab pertanyaannya.

 Pertanyaannya tentang rokok, karena guru itu tahu persis, bahwa banyak siswa di kelas tersebut telah merokok, sesuatu yang seharusnya tidak mereka lakukan. Pertanyaan pertama tentang kandungan yang terdapat pada sebatang rokok, dan seorang siswa mampu menjawabnya dengan benar bahwa didalam rokok terdapat Nikotin, Tar, dan Karbon monoksida yang secara medis tidak baik untuk kesehatan. Pertanyaan kedua, tentang bagian-bagian yang terdapat pada sebatang rokok, dan jawaban siswa lain juga benar, ada tembakau, kertas, dan filter. Siswa yang menjawab benar tadi, diperbolehkan pulang, hal ini memicu motivasi siswa lain untuk menjawab benar, agar diperbolehkan pulang.

Puncak pertanyaannya pada pertanyaan ketiga, yakni saat guru bertanya apa fungsi filter pada bahagian rokok tersebut. Siswa bingung, hingga ada seorang siswa yang membuka internet untuk menemukan jawabannya. Secara teori dikatakan bahwa filter berfungsi sebagai masuknya udara kedalam rokok saat dihisap. Guru tersebut membenarkan jawaban itu, namun menjelaskan bahwa disitulah strategi pemasaran bisnis rokok. Karena pada kenyataannya, udara tidak akan pernah masuk karena bagian filter dijepit oleh jari, saat seseorang sedang merokok.

 Karena itulah, perokok akan terus ketagihan untuk terus merokok, dan ketergantungan terhadap rokok. Seluruh siswa tertegun, dan paham tentang bahaya rokok pada diri mereka.

Tetapi para siswa pun bingung, apa yang sedang diajarkan guru itu kepada mereka, karena terkadang guru tersebut mengajarkan filsafat, kadang ekonomi, kadang kesehatan. Guru itu pun menjawab, bahwa ia ingin agar siswanya tahu banyak hal, karena dengan tahu banyak hal mereka bisa memiliki daya nalar yang kritis terhadap sesuatu, dan itu baik bagi mereka. Guru tersebut berpesan bahwa ia tidak ingin siswanya tahu segalanya, tapi tidak punya nalar yang luas.

Pendidikan Tentang Rokok.

Dalam salah satu acara stand up comedy-nya Dedy Corbuzier, beliau pernah menyinggung soal dunia pendidikan kita. Dimana seorang siswa seolah-olah dipaksa untuk tahu seluruh mata pelajaran yang diajarkan kepadanya, namun diajarkan oleh guru yang berbeda-beda. Artinya bahwa, orientasi dunia pendidikan kita saat ini terfokus kepada nilai akademik saja, seakan tidak perduli dengan pengembangan daya nalar dan kritis para siswa. Porsi akademik jauh lebih besar daripada pengembangan karakter siswa, dan keberhasilan pendidikan masih diukur lewat angka kelulusan saat ujian.

 Sehingga tidak mengherankan, bahwa banyak siswa yang berprestasi dibidang akademik, tapi 'kacau' dalam hal karakter, dan tidak memiliki nalar dan jiwa kritis yang baik. Pembelajaran di dalam kelas cenderung berkiblat pada sebuah buku saja, dan keberhasilan ditentukan hasil, tanpa pernah melibatkan siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Tidak bermaksud men-justifikasi pernyataan ini secara umum, akan tetapi inilah gambaran sebahagian dari dunia pendidikan kita saat ini.

Pernahkah seorang guru mengajarkan tentang rokok sebagaimana video Donny Yen seperti yang dituliskan diatas kepada siswanya? Pakemnya seorang guru yang masuk kedalam kelas bertanya soal tugas, atau memerintahkan siswa untuk membuka buku pelajaran. Jikapun ada sedikit gimmick, kemungkinan membahas sedikit tentang sebuah peristiwa yang sedang viral. Kenapa? Karena seorang guru matematika hanya menganggap bahwa tugasnya sebatas mengajarkan matematika, dan tidak perduli tentang ketertiban berlalu lintas, misalnya. Guru sejarah sebatas mengajarkan sejarah, tanpa perduli untuk mengingatkan siswa tentang kerapian dan budaya antri. Apalagi menyinggung soal rokok, kemungkinan besar tidak akan pernah digubris sama sekali.

Kenapa para guru tidak pernah mengajarkan tentang rokok dan mengembangkan daya nalar siswa tentang hal lainnya? Jika tidak tahu, sudah menjadi tugas dan kewajiban guru untuk lebih banyak tahu dari siswanya. Tahu tapi tidak perduli? Tidakkah hati kita terenyuh melihat fakta bahwa perokok aktif diusia muda semakin hari semakin meningkat, tanpa pernah tahu resiko sebenarnya yang mereka hadapi? Memang, Pendidikan bukan hanya disekolah, dan mendidik anak bukan hanya tanggungjawab guru dan sekolah saja. Orang tua dan masyarakat pun punya peranan yang sama pentingnya dengan guru dalam mengembangkan nalar dan kritis para siswa. Tetapi, ada baiknya pendidikan tentang rokok kita mulai dari sekolah.

Data Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 menunjukkan bahwa 3 dari 10 anak usia 15-19 tahun merupakan perokok aktif. Jumlah perokok anak dibawah usia 18 tahun juga mengalami peningkatan, dari 7,6% ditahun 2013 menjadi 8,8% ditahun 2016 dan diperkirakan meningkat setiap tahunnya. Fakta yang lebih mengkhawatirkan bahwa ada 34,71% anak usia 15-17 tahun menghisap lebih dari 70 batang rokok perminggu (SUSENAS 2016). Dan WHO mencatat bahwa 76% Pria di atas 15 tahun di Indonesia adalah perokok aktif. 

Melihat angka ini, bisa dipastikan kesehatan anak-anak Indonesia dalam ancaman serius. Apa penyebabnya? Minimnya pengetahuan anak-anak Indonesia tentang rokok, serta bahaya yang mengancam kesehatan mereka saat merokok. Tiap menit, ada 11 juta batang rokok yang dihisap di seluruh dunia, dan 10 orang meninggal/menit karenanya. Seorang dokter di Gosch, Jerman, Henky Kusdian saat diwawancarai media DW menyatakan bahwa kandungan racun didalam rokok bisa merusak pembuluh darah, paru-paru dan jantung, serta ancaman lainnya adalah kanker dan stroke.

Jika saja pendidikan seperti ini sering atau pernah dilakukan di dalam ruangan kelas, keluarga atau masyarakat, bisa menumbuhkan nalar anak-anak untuk tidak merokok. Belum lagi mengaitkannya dari segi ekonomi, serta dampaknya pada kehidupan sosial.  Di tengah regulasi yang lemah perihal rokok di negara kita, pendidikan tentang rokok adalah sebuah solusi untuk mencegah atau mengurangi jumlah perokok anak di Indonesia. Karena kita tidak bisa begitu saja menyalahkan produsen rokok, karena akan berdampak juga pada kehidupan orang banyak yang bergantung didalamnya.

Yang harus diperbaiki adalah karakter anak-anak, merangsang nalar dan daya kritisnya, sehingga mereka paham bahwa merokok itu benar-benar merugikan mereka dari segi kesehatan, ekonomi, dan lingkungan sekitar.

Perbaiki Regulasi !

Polemik antara PB Djarum dengan KPAI saat ini tengah viral dimasyarakat. Ada yang pro dengan kebijakan KPAI menegur PB Djarum, ada juga yang kontra karena menganggap hal itu menjadi pemicu PB Djarum menghentikan program mereka yang selama ini telah berjasa menghasilkan atlet bulutangkis berprestasi Indonesia.

KPAI berpijak pada Undang-undang RI nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, serta PP nomor 109 tahun 2012 tentang pelarangan perusahaan rokok dalam setiap penyelenggaraan kegiatan untuk menampilkan logo, brand, image, merk produk tembakau. Dan berdasarkan peraturan tersebut, tidak ada titik temu antara PB Djarum dengan KPAI sehingga program perekrutan atlet bulutangkis usia muda yang sudah dilakoni PB Djarum selama puluhan tahun itu, berhenti mulai 2020 nanti.

Sayang memang, mengingat PB Djarus berjasa besar dalam melahirkan atlet bulutangkis berprestasi, dan dikhawatirkan jika berhenti nanti, Indonesia akan kehilangan atlet berprestasi pada generasi berikutnya. Apalagi, tidak banyak perusahaan yang perduli dengan pengembangan atlit Indonesia, sehingga keputusan PB Djarum tersebut dianggap sebagai kesalahan KPAI saja.

Tetapi, pernahkah kita sadari, bahwa Djarum seakan-akan memanfaatkan situasi ini sebagai sarana marketing perusahaan rokoknya karena menampilkan logo Djarum disetiap eventnya? Dan KPAI pun tidak salah dalam mengambil kebijakan, karena jika melakukan pembiaran, itu sama halnya membiarkan undang-undang dan PP dilanggar begitu saja. Yang menjadi pertanyaan, kenapa tidak dari dulu hal ini dipermasalahkan? Sehingga bisa disimpulkan PB Djarum tidak sepenuhnya bersalah, KPAI juga tidaklah salah.

Regulasi di negara kita yang tidak tegas dan ketat terhadap industri rokok. Menutup pabrik rokok bukanlah solusi, karena ribuan pekerja menggantungkan hidup didalamnya. Solusi terbaik yang bisa dilakukan, guna menekan angka perokok aktif di Indonesia, adalah dengan menaikkan cukai dan pajak rokok, yang secara otomatis akan membuat harga rokok meningkat di pasaran. Dengan demikian, para perokok akan berfikir untuk membeli rokok, atau minimal akan mengurangi porsi merokoknya.

Kemudian, untuk menekan angka perokok anak, dengan memaksimalkan peran pendidikan disekolah, mengajarkan tentang bahaya merokok, dan hal yang akan mereka dapatkan ketika merokok. Pendidikan tentang rokok wajib diajarkan, sehingga permasalahan soal rokok tidak selalu kita timpakan kepada produsen rokok, hanya karena kita yang tidak mampu membentengi diri untuk tidak merokok.

Kita semua tahu bahwa PB Djarum melakukan pendidikan kepada atlet muda Indonesia untuk berprestasi dalam bidang bulutangkis, akan tetapi dengan tetap menggunakan nama Djarum yang identik dengan perusahan dan bisnis utama mereka, yakni rokok, jelas melanggar regulasi yang ada di negara kita. Jika PB Djarum murni ingin mengembangkan dan memajukan prestasi atlit bulutangkis Indonesia, mereka bisa berganti nama menjadi PB BCA karena BCA juga bahagian dari grup perusahaan Djarum. Jangan sampai bibit atlet berprestasi Indonesia terkendala perkembangannya, hanya karena kepentingan bisnis dan regulasi yang tidak tegas. Menyalahkan Djarum bukanlah solusi bijak, karena pendidikan karakter kitalah yang harus diperbaiki, dan pemahaman tentang rokok harus benar-benar diajarkan agar anak-anak Indonesia bebas dari rokok. ***

Penulis adalah, pemerhati sosial, pendidikan dan budaya.

()

Baca Juga

Rekomendasi