Buddha Tak Pernah Bicara Agama

buddha-tak-pernah-bicara-agama
Medan (Analisa). Ajaran Sang Buddha itu  ibarat deretan  makanan baik di atas meja. Ketika ada orang yang memakannya, maka jadi baiklah orang itu. Sebaliknya, jika tidak ada orang yang memakan, makanan itu tetap baik.

"Sang Buddha juga tidak bicara soal agama, hanya minta kepada sang murid untuk berjalan kemanapun di atas muka bumi. Sang Buddha hanya bicara bagaimana manusia bisa mengenali dirinya  dan jalannya," ujar penyanyi legendaris tahun 1980an, Trie Utami saat menjadi pembicara dalam kegiatan Safari Dharma Talk yang diadakan Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Sumut di sebuah restoran di Medan, Jumat (13/9) malam. 

Darma Talk mengusung tema Karma, Nasib dan Takdir. Pembicara lain dalam kegiatan itu adalah Heru Setiawan Lim. Tampak hadir Bhiksu Nyanaprathama Mahasthavira, Bhiksu Nyanabhadra Sthavira, Pembimas Buddha Provinsi Sumut, Budi Sulistiyo, Ketua MBI Sumut, Eddy Suyono, dan Ketua MBI Medan (Sutopo), Pematangsiantar (Tjonggah Ika) dan Ketua Tebingtinggi, (Eddy Wijaya) serta seratus lebih umat Buddha Medan

Beri Manfaat

 Trie Utami lebih lanjut mengatakan banyak ajaran Sang Buddha yang menarik dan bisa diaplikasikan dalam hidupnya. Itu sebabnya ia memelajari dan menganut Buddha. Saat seorang umat menanyakan apa yang menjadi tujuan hidupnya, Trie Utama yang bersama Heru Setiawan Lim tampil santai dan banyak bercanda selama acara.

"Sebanyak mungkin memberi manfaat bagi orang lain dan sesedikit mungkin membuat orang lain susah," ujar Trie Utama yang pernah bergabung dengan Krakatau Band itu. Menurut Iie, panggilan karibnya, jika ia  bisa membuat orang lain bahagia, maka makanan yang ia makan dan nafas yang  ia punya,  tidak sia-sia, atau tidak hanya untuk  kepentingan diri. 

Tentang konsep karma, ia punya panghayatan dan pandangan sendiri. Ia memberi contoh saat memberi tempat duduk bagi orangtua saat ia ada di ruang publik. Baginya,  apa yang ia lakukan adalah  karena memang sudah seharusnya dilakukan. Sama saat melihat sebuah ruangan kotor dan kebetulan tidak ada orang lain. Ia harus mengambil sapu dan membersihkan. "Saya melakukan itu sebagai sebagai sesuatu yang harus saya lakukan tanpa terpikat apa yang orang sebut sebagai dharma, karena itu dapat memunculkan distorsi bagi saya, " katanya.

 Nasib, Takdir dan Karma

Heru Setiawan Lim yang selama acara tampil kocak menyebut nasib seseorang bisa diubah. Untuk mengubah nasib orang bisa dimulai dari pikiran. Saat seseorang ingin mengubah nasibnya, orang harus mencari tahu penyebab kenapa nasibnya tak berubah. Kenapa hasil seseorang tidak sesuai yang diinginkan. Sayang banyak orang terjebak pada hasil, tak mau melihat proses. 

Mengutip Albert Einsten, Heru Setiawan menyebut orang yang paling gila adalah orang yang ingin hasil berbeda, tapi tetap menggunakan cara-cara yang sama. 

Hasilnya nasib orang itu berubah. Menurut Managing Director Mutiara Bangsa Jakarta, nasib berbeda dengan takdir.  "Takdir sesuatu yang tak bisa dikontrol dan tidak bisa diubah manusia," katanya. Ia memberi contoh dirinya semisal tak pernah bisa memilih takdir untuk dilahirkan di tengah keluarga Ratu Elizabeth. Sedangkan karma, yang senantiasa dikonotasi orang tidak baik, sebenarnya lebih merupakan hukum sebab - akibat dari perbuatan. 

Jalan Hidup 

Usai acara, Edy Suyono, Ketua MBI Sumut menjelaskan Safari Dharma Talk tahun 2019 merupakan kegiatan tahunan yang dinisiasi MBI Sumut. Kegiatan tahun 2019 ini merupakan kegiatan tahunan  ke-6 dan merupakan  ikon MBI Sumut. "Misinya untuk menyebarkan berbagai esensi ajaran Buddha yang merupakan peta jalan bagi  umat dalam mengelola kehidupan agar tidak terombang-ambing," katanya. 

Safari Dharma Talk 2019 akan berlangsung di 20 kota di Sumut. Edi Suyono berharap umat Buddha di tiap kota ramai-ramai datang pada acara itu karena umat bisa melakukan curah pengalaman dan pendapat bersama bhiku, motivator maupun tokoh masyatakat Buddha. (Ja)

()

Baca Juga

Rekomendasi