
Tapaktuan, (Analisa). Kondisi Terminal Terpadu Tapaktuan (T3) Aceh Selatan sangat memprihatinkan. Sejumlah fasilitas pendukung seperti toilet, tempat ibadah dan kios dibiarkan rusak dan tidak terawat. Akibatnya, banyak angkutan umum yang enggan memasuki terminal yang dibangun awal 1990-an itu, untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
Akibatnya, kegiatan dan operasional terminal nyaris tidak terlihat, kecuali hanya beberapa pengurus loket angkutan yang "setia" untuk mempertahankan keberadaan terminal tersebut. Sebagaimana dikemukakan salah seorang harlan bus angkutan umum trayek antarkabupaten Makbujang (48), pihaknya tetap memfungsikan loketnya untuk melayani penumpang.
"Di tengah kondisi memprihatinkan dan sepi aktivitas di sini (maksudnya T3-red), beberapa orang kami tetap setia, karena ini kebanggaan kita, siapa lagi yang kita harapkan kalau bukan kita sendiri," katanya dengan mata berkaca-kaca.
Dia menyatakan kesedihannya dan sekaligus keprihatinannya atas kondisi terminal yang semakin hari semakin tidak nenentu. Bahkan, oknum tertentu memanfaatkan kondisi tidak terurus itu untuk menjadikan sebagian lahan terminal untuk "panglong"' kayu.
Menurutnya, sepinya terminal itu disebabkan beberapa faktor, di antaranya tidak tersedianya fasilitas pendukung operasional terminal, hingga masalah manajemen pada sarana dan prasarana perhubungan itu.
"Tidak adanya perhatian dan ketegasan Dinas Perhubungan Aceh Selatan memperbaiki fasilitas dan penertiban bus angkutan, sehingga bus angkutan bebas menaikan dan menurunkan penumpang di luar terminal," kata pengurus angkutan itu.
Hal serupa dikemukakan beberapa pemilik kendaraan umum yang mangkal di termial. "Lucunya, bus angkutan umum menjadikan pinggir jalan raya Tapaktuan-Medan dan Tapaktuan-Banda Aceh menjadi "terminal" seperti di depan SMA Tapaktuan dan Simpang Terapung," katanya.
Pemantauan Analisa, Sabtu (31/8), kondisi sepi berlangsung sepanjang hari dan hanya tampak beberapa bus angkutan umum yang parkir menunggu calon penumpang. Fasiltas terminal dan lingkungan kompleks itu pun tampak tidak terurus di tengah adanya petugas Dinas Perhubungan yang setiap hari bertugas.
Bahkan, limbah dan sampah buangan dari sisa makanan dari penumpang, bangunan klinik kesehatan yang bersebelahan dan pasar Inpres Tapaktuan menumpuk di kompleks terminal. "Kondisi terminal benar-benar memprihatinkan, tidak terurus, los dan kiosnya dibiarkan rusak, tidak ada yang berjualan untuk mendukung aktivitas terminal," kata seorang pengurus angkutan.
Ketua organisasi angkutan darat (Organda) Aceh Selatan Muzakir, yang dimintai tanggapannya, menyatakan, pihaknya sejak lama sudah menyampaikan kondisi itu kepada Dinas Perhubungan Aceh Selatan.
"Kami siap membantu pihak Dinas Perhubungan Aceh Selatan untuk membenahi kembali kondisi terminal ke fungsi yang lebih baik," katanya, yang mengakui tetap mangkal di terminal mengurus angkutan.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh Selatan melalui Sekretaris Dinas Perhubungan Nafrizal yang dikonfirmasi di Tapaktuan, Sabtu (31/8), mengatakan, pihaknya memahami kondisi terminal yang sangat memperhatinkan.
"Sudah ada upaya perbaikan dan pembenahan terminal tersebut termasuk menertibkan angkutan umum, tetapi belum bisa mengubah kondisi dan prilaku para pemilik kendaraan bermotor yang enggan memfungsikan terminal," katanya.
Menurutnya, sejumlah kios dan los di terminal pada umumnya rusak dari 34 unit yang dibangun belasan tahun lalu. Perlu adanya ketersediaan dana untuk membenahi terminal dan fasiltas pendukungnya seperti toilet, kios dan tempat untuk ibadah serta air bersih. (m)