
Oleh: dr. Jesslyn Norberta
Artritis Gout (Artritis Pirai) atau lebih dikenal masyarakat dengan sebutan penyakit asam urat, sering menyerang kalangan masyarakat terutama lanjut usia.
Artritis gout merupakan suatu penyakit inflamasi sendi dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam tubuh dan juga ditandai dengan tingginya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Dikatakan hiperurisemia apabila kadar asam urat dalam darah lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki dan 6 mg/dl pada perempuan.
Hiperurisemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan artritis gout, namun tidak semua hiperurisemia menimbulkan artritis gout. Hiperurisemia dapat timbul karena penurunan pengeluaran asam urat melalui ginjal atau peningkatan produksi asam urat yang berlebihan atau kombinasi keduanya. Asam urat merupakan produk metabolisme akhir dari purin yang akan menyebabkan endapan kristal di jaringan sendi.
Secara epidemiologi, prevalensi penyakit artritis gout meningkat setiap tahun. Diperkirakan terjadi sekitar 840 orang dari setiap 100.000 orang. Umumnya prevalensi penyakit artritis gout di Indonesia terjadi pada usia di bawah 34 tahun sebesar 32% dan di atas 34 tahun sebesar 68%.
Artritis gout lebih sering menyerang laki-laki > 40 tahun dan wanita pasca menopause. Akan tetapi artritis gout jarang menyerang wanita premenoupause dikarenakan adanya hormon estrogen yang dapat membantu mengeluarkan asam urat lewat air seni.
Faktor resiko yang dapat memicu terjadinya artritis gout, meliputi faktor genetik, faktor makanan dengan diet tinggi purin seperti jeroan, seafood, daging merah, kacang-kacangan, sayur bayam, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan seperti aspirin, obat diuretik dalam jangka waktu lama pada penderita hipertensi, obesitas, gangguan ginjal seperti gagal ginjal kronik.
Gejala Artritis Gout
Tanda-tanda peradangan akan muncul seperti kemerahan, hangat, bengkak dan nyeri tekan hebat pada persendian, bersifat mendadak dan berulang, dapat menyerang satu atau beberapa sendi, umumnya menyerang sendi pada tungkai bawah yaitu ibu jari yang terkena (podagra).
Sendi lain juga dapat terlibat seperti sendi pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lutut, siku, pembengkakan bersifat asimetris pada satu sendi, dijumpai peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), serta ditemukan endapan kristal asam urat yang khas di cairan sendi. Gejala lain dapat dijumpai pada artritis gout, yaitu demam, menggigil, penurunan nafsu makan, merasa lelah, serta peningkatan denyut jantung (takikardi).
Diagnosis Artritis Gout
Penegakan diagnosis artritis gout didasarkan pada kriteria menurut American College of Rheumatology (ACR) yaitu: ditemukan kristal monosodium urat pada cairan sendi atau terdapat tofus berisi kristal monosodium urat.
Selain itu ditemukan 6 dari 12 gejala klinis, laboratorium maupun radiologi seperti ditemukan lebih dari satu kali serangan artritis akut, adanya peradangan maksimal yang timbul dalam waktu satu hari, serangan artritis mengenai satu sendi, kemerahan pada sendi.
Pembengkakan dan nyeri timbul pada sendi metatarsofalangeal pertama (ibu jari kaki), serangan unilateral, ada massa yang dicurigai tofus, hiperurisemia, pembengkakan asimetris yang terbukti melalui pemeriksaan X-ray, kista subkortikal tanpa erosi yang terlihat melalui pemeriksaan X-ray, kultur negatif mikroorganisme dari cairan sendi saat terjadi inflamasi.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan, yaitu pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan darah rutin, kadar asam urat darah, kadar asam urat urin 24 jam, kreatinin urin 24 jam), pemeriksaan analisis cairan sendi untuk memeriksa temuan endapan kristal asam urat, dan pemeriksaan radiologis yang tidak spesifik pada awal penyakit tapi dapat ditemukan pembengkakan jaringan di sekitar sendi.
Pengobatan dan Pencegahan
Secara umum, pengobatan artritis gout bertujuan untuk mengatasi serangan akut, mencegah serangan berulang dan mencapai kadar asam urat darah dalam batas normal (kadar asam urat darah kurang dari 6 mg/dl). Artritis gout sebaiknya harus segera ditangani agar tidak terjadi kerusakan sendi dan juga mencegah timbulnya komplikasi.
Penanganan artritis gout dapat dilakukan dengan 2 tahap, yakni:
- Tahap 1: diberikan pada artritis gout stadium akut, yang bertujuan untuk menghilangkan keluhan nyeri sendi dan tanda-tanda peradangan, yaitu:
1. Pemberian obat kolkisin yang secara efektif dapat menghilangkan nyeri sendi ketika serangan akut. Efek samping yang dapat timbul seperti mual muntah dan diare.
2. Obat anti-inflamasi non steroid (NSAID) yang sering dipakai adalah Indometasin. Obat ini dapat memberikan efek samping berupa iritasi saluran pencernaan. Penderita dengan riwayat alergi aspirin tidak dianjurkan menggunakan obat ini.
3. Obat kortikosteroid yang diberikan apabila terdapat kontraindikasi penggunaan NSAID atau kolkisin. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk pil atau suntikan langsung ke sendi penderita artritis gout.
- Tahap 2: untuk menjaga kadar asam urat darah mencapai batas normal. Golongan obat yang digunakan adalah penghambat xantin oksidase (Alopurinol) untuk produksi asam urat berlebihan dan obat urikosurik untuk penderita yang ekskresi asam urat rendah. Kedua obat tersebut tidak boleh diberikan saat serangan karena dapat memicu serangan yang berkepanjangan.
Selain dengan obat-obatan, pencegahan artritis gout yang dianjurkan dengan melakukan olahraga ringan yang dapat menurunkan berat badan hingga tercapai berat badan yang ideal, mengatur pola makan seperti diet rendah purin dengan cara menghindari konsumsi daging merah, seafood.
Hindari alkohol yang berlebihan karena dapat meningkatkan produksi asam urat dan menghambat pengeluaran asam urat, minum banyak air, mengistirahatkan sendi yang terkena, menghindari obat yang memicu terjadinya hiperurisemia.
Apabila artritis gout tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi seperti tofus, kerusakan sendi, gagal ginjal, batu saluran kencing.