
ELEGIRIAU #1
Naomi
Pagi sekali
mataku tak buta
jerebu kembali datang menyelimutimu
jerebu kembali memelukmu, erat
anak-anak ragu,
mereka tampak layu,
kehilangan waktu bermain dan beradu
kau dulu tak begitu.
ayu mu merajai segalanya
salah siapa?
dosa siapa?
kini berhari-hari pagi seperti malam
pekatnya merabunkan pandangan
banyak doa bertaburan untukmu
kembali menyehatlah melawan jerebu-jerebu itu
ku tahu, kau mampu
Emplasment RBKE
Beringin Lestari
Riau, Pekanbaru 15:15
ELEGIRIAU #2
Naomi
Barangkali sepanjang malam kau menangis merindukan bocah-bocah, rakyat senyum mereka merekah
ketika memijakkan diri, dirumahmu
kini keberdayaan sedikit pergi
kau sedang sakit
hatimu luluh-lantak
sekarang ku tahu, kau pasrah pada Tuhan
Emplasment RBKE
Beringin Lestari
Riau, Pekanbaru 15:15
H U J A N
Naomi
Hujan,
datanglah, peluk erat Riau kami yang menangis berhari-hari tang ditelanjangi debu dan asap hujan,
genggamlah Riau kami yang melemah
ditikam habis debu dan asap hujan,
kecup mesralah Riau kami yang dibakar habis api hujan,
dengarlah doa-doa kami
Riau,Pekanbaru 15:45
#KEMBALIKAN RIAU KAMI
Naomi
Kembalikan Riau kami yang diselimuti kabut asap akibat api ulah siapapun tak peduli!
kembalikan Riau kami yang sengaja kau rebut hingga api merayu pergi
untuk singgah membuat luka
kembalikan Riau kami buka telinga, buka mata para penguasa yang dirinya dimana-mana ciciplah derita ini sebentar saja! apa kau bisa?
Riau,Pekanbaru 16:05
HUJAN AKAN PULANG
Dwi Ananda Rahmadani
Kudengar, esok hujan akan pulang
dengan doa dengan rasa
dengan cerita yang dibawanya pulang
selepas itu, rindu tak pergi lagi ia tetap memberi kehangatan di dalam rumah
menetap, meringkuk pada waktu yang hampir terbuang dan malaikat pun menjemput dengan senyuman surganya
Mahasiswa FKIP UMSU
HATI YANG JATUH KARENA CINTA
: Irfan Hasibuan
Dwi Ananda Rahmadani
Hatimu diselimuti rindu menghangatkan ingatan kenangan pada kursi sepi
aku mengusap wajah
burung burung sembunyi berkicau di baik pepohonan hujan masih menghiasi langit namun perasaan masih saja sama di siang hari
cerah tanpa mendung menghalau
aku telah menemukan serpihan menggantung padahal masih ada perasaan yang masih kueja
atas namamu, kutemukan cinta di tengah perjalanan tentang di mana soal perihal kata sama jatuh dalam mencintai
Mahasiswa FKIP UMSU
TAK USAI DAUN DAUN
HINGGAP DI KEPALA
: Irfan Hasibuan
Dwi Ananda Rahmadani
Angin berhembus lembut di kedua telapak tangan melewati sela sela kesepian dalam rintik haparan yang hampir jatuh dalam ruang dan waktu
malam tetap hangat di perapian rumah
malam tak berkabut semua disesaki kerinduan, tanpa jalan membelah ingatan dan di luar sana, pepohohan pasrah melepas kepergian kepada daun, kepada yang ia inginkan
seorang lelaki lahir dari tubuh malam
menuju cahaya kesucian cinta dan ia menatap lelaki itu, berair mata cinta yang diharapkan hadir dalam impiannya
MAHASISWA FKIP UMSU
SEPTEMBER
Dwi Ananda Rahmadani
Sebentar saja hatiku merasa reda
tidak ada ragu meneguk haus air mata
segala sakit hilang bersama debur ombak namun diplupuk mata seperti dirajam puluhan kali
kemudian sebuah cinta terperangkap dalam dua hati tertunda atau terlaksana segalanya merupakan sandiwara september akan menjadi pelepas lelah kita
Mahasiswa FKIP UMSU
TARUTUNG 1
Gusni Hutabarat
Menatapmu diketinggian bukit
Aek Sigeaon membelah tubuh kota
membentang kenangan.
Ompung Manaek mencari kayu bakar
menembus hutan Talian mata air menyegarkan lorong kecil
TARUTUNG 2
Gusni Hutabarat
Namboru melewati embun dinginya subuh pergi dengan rengge-rengge ke pasar pulang bersama martabak.
SIHOBUK
Gusni Hutabarat
Bermalam menahan dingin panas tubuhmu berputar dalam besi
si Ompung sibuk menimbangmu
kulit matang terbungkus dalam plastik bening terlukis namamu di kertas merah terpajang di pinggir jalan pergi membawa pulang karena rasamu gurih lidah tak tertahan
SIATAS BARITA
Gusni Hutabarat
Panorama rohani tersebar di imajinasi
angin sepoi mengibarkan rambut hitam bersua foto menembus bukit-bukit
kutatap dari kaki pegunungan
Salib Kasih memancarkan sinar
menghiasi malam Siatas Barita.
MENGEPUNG MASA LALU /I/
Dedy Kurniawan
Masa lalu menamai diri badut
tapi anak kecil kadang takut sebab langit-langit kian menghimpit hari ini. adalah kata-kata yang biasa tapi badut tak pernah berkata-kata kecuali dengan mata tangis datang berkedut
masa lalu mengepung dirinya.
dinding-dinding seperti saringan teh
yang lama tak diganti ibu;
menyisakan sajak yang belum sempat disunting
alumnus UMSU/ FOKUS UMSU
MENGEPUNG MASA LALU /II/
Dedy Kurniawan
Masa lalu sering menamai diri film india; bertabur bunga dan penuh pengorbanan meski luput dari pandangan menelusuri saja semua jalan kadang lupa untuk mengisi bahan bakar kendaraan mogok dan didorong untuk memulangkannya segera
alumnus UMSU/ FOKUS UMSU
MENGEPUNG MASA LALU /IIi/
Dedy Kurniawan
Masa lalu sering menamai dirinya hantu; menyeramkan dan mengajukan
rasa penasaran
masa lalu sering menamai dirinya pertualangan; tanpa batas dan penuh euforia
alumnus UMSU/ FOKUS UMSU
MENGEPUNG MASA LALU /Iv/
Dedy Kurniawan
Tapi jangan lupa hari ini adalah penyergapan dikelilingi banyak mata kata-kata dan berita
hari ini adalah merawat cinta
memberinya makan dan mengajaknya
berjalan, mengitari kota supaya tahu ada ketidakmungkinan yang berbunyi; simsalabim
alumnus UMSU/ FOKUS UMSU
MENANTIMU
Sri Ulina Hemalia Pelawi
Telah berpuluh purnama berlalu tinggalkan kisah pilu tak ada ruang yang tersisa untuk kita bertemu setelah badai luruh kenangan tinggal secarik kertas lusuh tapi di bawah pohon itu kenapa masih ada yang setia menunggu seperti perindu yang ingin memutar waktu.
Karya, 15 September 2019
KEANGKUHAN
Sri Ulina Hemalia Pelawi
Dingin malam ini tak juga menyadarkanmu betapa pahitnya kesendirian tapi tak juga kau buka pintu keangkuhan hingga api pertengkaran tak juga padam lalu kau biarkan bulan menangis di pangkuan
seakan tak ada lagi yang bisa dipertahankan.
Karya, 15 September 2019
HILANG
Sri Ulina Hemalia Pelawi
Serupa rindu yang rapuh
aku tersesat di lekuk indah tubuhmu
tempat segala musim berlabuh
kuhitung setiap waktu yang jatuh
bersama jejak kakimu
yang telah mernghilang jauh.
arya, 15 September 2019
SEKUNCUP RINDU
Sri Ulina Hemalia Pelawi
Di bibirmu ada sekuncup rindu
mekar di musim yang candu
bercerita tentang taman
dan bunga-bunga yang perdu
sebelum kemarau merebutnya dariku
kini, di bibirmu tinggal amis rindu
membusuk di lipatan waktu.
Karya, 15 September 2019
PERPUSTAKAAN
Wakhid Syamsudin
Tapi tidak untuk tentang keberadaan orangorang karena di bangkubangku ada beberapa jiwa dicharger katakata dari lembar lembar deretan rak berjajar rapi sambil menguap terkantuk hembusan kipas angin yang menempel di dinding
Beberapa jenak, terlihat beberapa kanak bergurau di antara buku bergambar cerita dalam halau ibu guru bersenyum manis madu
Perpusda, April 2019
NOVEL CINTA
Wakhid Syamsudin
Telah habis berlembar tebal menyumpal kisah tak sudah tentang cinta yang pasrah dalam dekap rindu dan dendam pada halaman kesekian aku terdiam dalam bisu
gemuruh di dadaku saat kerinduan yang coba kulupakan mendadak bangkit dari kuburan kasih merobek nalarku pada cinta tak tergapai
pada halaman terakhir tak kujumpai penutup pada halaman terakhir tak kutemukan penyembuh selain luka yang kian memar
Perpusda, April 2019
BUKU PUISI
Wakhid Syamsudin
Daripada mengeja aku memilih memejam mata membaca puisipuisi dengan tatap terpejam bait bait yang tertelan sepat sekali rasanya
kau tak mau tahu juga?
berbaris diksi penuh gairah telah menyerbu ke benakku berbaris sedemikian rapi seperti sekumpulan pelancong yang mengantri di pintu masuk wahana atau serupa pasukan segelar sepapan yang siap melakulan penyerbuan
hanya baris tak habis kubaca
Perpusda, April 2019
ENSIKLOPEDIA
Wakhid Syamsudin
Kau baca buku edukasi bergizi tinggi
pada lembarannya yang penuh dedikasi
buatkan aku sketsa ilmu agar aku bisa memahamimu untuk sekadar menengok buku-buku agar tiada debu
Perpusda, April 2019
BUNGA UNTUK IBU PERTIWI # 1
Andrie Hasugian
Menelusuri bunga untuk ibu pertiwi
kan kuserahkan dengan segenap raga
walau kuterjang badai, kupijak api
dengan pesona semangat membara
PERMATA UPI , 2019
BUNGA UNTUK IBU PERTIWI # 2
Andrie Hasugian
Aku mengudara dengan langkah nyata
bertempur demi sang ibu pertiwi
siap siaga dengan segala problematika
dengan pusaka bekal sang ibu
PERMATA UPI , 2019
BUNGA UNTUK IBU PERTIWI # 3
Andrie Hasugian
Mendarat di kota yang dulunya ibukota
hendak menuju ke kota lautan api
yang diraih dengan kegetiran juang
penuh dengan sejuta sejarah
PERMATA UPI , 2019
BUNGA UNTUK IBU PERTIWI # 4
Andrie Hasugian
Aku datang dengan langkah nyata
menelusuri ilmu permata
menjadi hadiah untuk tanah kelahiran
menjadi bunga untuk ibu pertiwi
PERMATA UPI , 2019
TARUTUNG