
Banda Aceh, (Analisa). Guna membuka keterisolasian daerah di kawasan pulau terluar di Aceh, akan segera dibangun jembatan penghubung antara Pulau Nasi dan Pulau Breuh, Kecamatan Pulau Aceh, Aceh Besar. Kedua daerah ini selama ini tergolong terisolir dan sulit terjangkau. Hanya boat satu-satunya sarana transportasi di daerah tersebut.
Kedua pulau ini memiliki prospek bagus bagi kemajuan ekonomi dan bisa menjadi objek wisata kepulauan yang dimiliki Aceh, jika kedua wilayah ini bisa terhubungkan.
Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) Ir Razuardi MT mengungkapkan, kedua daerah ini memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan perekonomian Aceh, karena memiliki banyak potensi. Seperti perikanan, kepelabuhan, perdagangan, perindustrian, termasuk pariwisata.
“Kita butuhkan anggaran Rp400 miliar guna menbangun jembatan penghubung antara Pulau Nasi dan Pulau Breuh, Pulau Aceh ini,” ujar Razuardi saat meninjau kondisi lapangan di Pulau Breuh, Sabtu (21/9).
Dikatakan, jembatan yang dibangun ini dimulai dari Aroih Lampuyang direncanakan sepanjang 430 meter dengan lebar 9 meter, tinggi jembatan di atas permukaan laut 50 meter. Hal ini agar bisa kapal besar melintasi di bawah jembatan nantinya.
“Jembatan Aroih Lampuyang ini sudah kita siapkan Detail Engineering Desaing (DED) sejak 2015 lalu dengan estimasi biaya bangunan pada saat itu Rp250 miliar,” jelas Razuardi yang didampingi Deputi Komersial BPKS, Agus Salim. Direncanakan, pembangunan jembatan ini akan dilakukan pada 2020 mendatang. Proyek ini nantinya akan dibiayai APBN dan sudah dibicarakan dengan pihak Bappenas, sesuai dengan arahan Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah. Dan juga dikoordinasikan dengan pihak Dewan Kawasan Sabang (DKS), yang meliputi Pemerintah Aceh, Walikota Sabang, dan Bupati Aceh Besar, selaku pemilik wilayah sudah dilakukan.
“Kita telah membicarakan rencana ini dengan Bappenas. Sebagai tindak lanjut telah dilakukan langkah awal berupa studi kelayakan,” kata Razuardi.
Tuntas tiga tahun
Dia menambahkan, jika pelaksanaan proyek ini bisa disegerakan pada 2020 mendatang, diperkirakan akan tuntas dalam waktu 36 bulan atau tiga tahun. Dengan adanya jembatan ini nantinya, bukan saja membuka jalur transportasi, namun juga bisa meningkatkan taraf perekonomian warga yang selama ini tergantung dari hasil melaut atau nelayan.
Dikatakan, pihaknya akan terus berupaya semaksimal mungkin agar pelaksanaan pembangunan jembatan ini bisa terealisasi nantinya. Sebab, hal ini menjadi kebutuhan dasar masyarakat baik di Pulau Nasi maupu Pulau Breuh ini.
Sambil menunggu realisasi pembangunan tersebut, saat ini BPKS terus mengejar pembangunan sarana dan prasarana lainnya yang ada di Pulau Aceh, seperti membangun jalan aspal. Sebab, masih banyak di kawasan ini sarana jalan aspal belum terbangun dengan baik.
Di samping itu, terus membenahi sarana pelabuhan yang ada, termasuk membangun pelabuhan perikanan terpadu yang sudah dikerjakan. Membuka jaringan komunikasi. karena sebagian besar wilayah ini belum terjangkau sarana komunikasi seluler.
“Untuk listrik, saat ini sudah ada dengan kemampuan 2 mega watt,” ujar Razuardi sambil menambahkan, ke depan akan terus diusahakan agar daya listrik bisa terus ditingkatkan. Sebelum ada daya listrik 2 MW, daerah ini hanya dialiri listrik sekitar 6 jalan saja, yakni mulai pukul 18.00 hingga 24.00 wib.
Dijelaskan, setelah banyak hal yang dilakukan di Sabang, Pulau Weh, ke depan arah pembangunan di Kawasan BPKS ini menuju Pulau Aceh. Sebab, potensi pendukung yang dimiliki Pulau Aceh sangat menunjang banyak sektor demi kemajuan Aceh secara menyeluruh.
Tokoh masyarakat setempat, Zainuddin menyambut baik rencana pembangunan jembatan tersebut, dan sangat berharap itu bisa terealisasi dengan cepat. Sebab, selama ini hubungan masyarakat antara Pulau Nasi dan Pulau Breuh sangat sulit dilakukan. Masyarakat tidak bisa leluasa, karena dihalangi lautan luas.
“Selama ini masyarakat hanya bisa terhubung lewat kapal (boat) jika ingin pergi antarpulau, bahkan masyarakat harus transit dulu ke Ulee Lheue, Banda Aceh, baru kembali lagi ke pulau yang dituju, karena tidak ada boat langsung antara Pulau Nasi dan Pulau Breuh,” jelas Zainuddin. (irn)