
Oleh: Hj. Tjek Tanti Lc, MA
Riba adalah tambahan harta yang diperoleh dengan cara yang tidak adil. Riba sudah ada pada zaman jahiliyyah hingga sekarang ini. Realitanya saat ini kita dihadapkan pada suatu kenyataan bahwa praktek riba yang merambah ke berbagai negara ini sulit sekali diberantas dan mendasar bagi struktur ekonomi. Sementara sebagian masyarakat menganggapnya sebagai hal biasa dan dibutuhkan untuk menjadi solusi. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seseorang terjerumus kedalam praktek riba yang membahayakan tersebut. Misalnya perilaku konsumtif masyrakat dimana mereka mengukur kebahagian dengan materi dan kebendaan. Sehingga memaksa diri untuk memiliki sesuatu melalui pinjaman walau harus membayar lebih alias riba lebih halusnya disebut bunga. Hari ini, banyak umat muslim melakukan peraktek riba untuk mendapatkan rumah, mobil, peralatan rumah tangga, bahkan untuk menjaga gengsi, hp yang harganya puluhan juta pun ikut menghiasi daftar hutangnya.
Pinjaman ribawi menyebabkan meningkatnya jumlah hutang yang harus dibayar dan berapa lama pula harus berhutang karena saat ini kredit menjadi solusi masyarakat dengan kemudahan yang didapatkan. Penggunaan kartu kredit yang seharusnya digunakan untuk mempermudah biaya hidup malah terjadi sebaliknya, membuat pelanggan atau pemakai kartu kredit berhutang untuk hal yang tidak dibutuhkan hingga tidak dapat mengendalikan diri.
Perilaku konsumtif dan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh banyak lembaga keuangan membuat banyak orang secara sadar atau tidak telah terjerumus dalam praktek riba, padahal Allah telah mnggambarkan betapa buruknya nasib mereka nanti di akhirat. Selain tidak dapat berdiri dengan baik seperti orang kesurupan, mereka akan kekal di dalam neraka. (Q.S.Al-Baqarah : 275)
Bahkan Allah secara jelas dan tegas mengumumkan perang terhadap pelaku riba yang membangkang. (Q.S. Al-Baqarah : 278-279)
Sebagai muslim yang benar-benar beriman, sudah seharusnyalah kita menjaga diri dari riba ini. Beranikah kita berperang dengan Allah dan RasulNya?
Selain itu, harta yg diperoleh seseorang dengan pinjaman riba juga tidak akan berkah. Belum lagi apabila sampai sipeminjam tidak mampu melunasinya. Barang yang sudah dibeli terpaksa dijual untuk pembayar hutang. Karena harga yang didapat tidak cukup melunasi hutang, ia terpaksa berhutang lagi. Dengan cara riba lagi. Ada orang yang rela berhutang riba untuk beli mobil baru karena gengsi, padahal mobil lama masih oke dan beberapa bulan lagi selesai angsuran dan ia bisa bernafas lega. Namun nafsu yang tidak pernah puas dan kemudahan yg ditawarkan oleh pihak bank akhirnya mobil lama dijual murah untuk dapat mobil yang lebih bergengsi. Bahagianya punya mobil baru... Sayangnya hanya dirasakan satu dua bulan. Hutang semakin terasa berat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup harian sudah tidak cukup lagi. Mulailah sakit kepala, uring-uringan dan emosi. Hanya karena masalah sepele bertengkar dengan pasangan, hidup jadi tidak tenang. Begitulah hidup yang tidak diberkahi Allah pasti kacau dan tidak akan pernah tenteram. Ada saja masalah baru akan muncul. Oleh sebab itu bertaubatlah segera dan lepaskan diri dari dosa besar riba ini. Mudah²an kita dapat melepaskan diri dari jeratan riba bila mengikuti tuntunan agama dalam menjalani kehidupan dengan cara berikut ini;
a. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt dan harus yakin bahwa rezeki sudah dijaminNya. Allah memperbolehkan hambanya berniaga untuk memperoleh rezeki, tetapi Allah sangat mengharamkan riba. Apabila kita menghindari riba maka kita akan mendapat keberuntungan. Berprasangka baiklah kepada Allah, jika kita berusaha Allah akan memberikan apa yang telah dijaminNya.
b. Jika memang harus berhutang, hindari pinjaman yang memakai sistem riba atau bunga. Jika kita ingin berusaha tetapi mungkin terdapat kendala modal sehingga mengharuskan kita untuk mencari pinjaman, jangan sekali kali meminjam apapun dengan rentenir atau lembaga tertentu yang pada akhirnya mengambil untung dengan menarik bunga dari apa yang telah kita pinjam.
c. Pilihlah bank atau lembaga keuangan yang tepat.
Kini banyak muncul bank-bank syariah dan Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Lembaga keuangan syariah ini dapat membantu kita untuk menghindari riba. Banyak produk pembiayaan yang ditawarkan bank syariah dan BMT yang diharapkan dapat memberikan kesejahteraan dan membantu masyarakat yang berekonomi rendah.
d. Tidak membeli barang yang memberatkan kita untuk membayarnya.
Sebelum kita melakukan pinjaman maka yang perlu diperhatikan adalah, apakah barang tersebut benar benar prioritas dan sangat dibutuhkan. Kemudian perlu diperhitungkan apakah pinjaman tersebut akan memberatkan atau tidak. Karena dengan begitu kita akan bisa memperkirakan jumlah pengeluaran di masa yang akan datang. Sanggupkah kita membayar atau mencicilnya?
e. Menanamkan sifat Qana'ah.
Sifat qana'ah merupakan sifat merasa cukup atau rela dengan apa yang ada.
Dengan memiliki sifat qana'ah kita senantiasa bersyukur dengan apa yang kita miliki. Dengan begitu kita tidak akan merasa kekurangan terus menerus. Rasa kurang dan ingin memiliki sesuatu, bahkan mudah iri dengan apa yang dimiliki orang lain akan mendorong seseorang berhutang untuk sesuatu yang sebenarnya tidak ia butuhkan.
Kini kita dihadapkan dengan kehidupan berpola konsumtif sehingga banyak orang membeli barang sekalipun barang tersebut mahal. Apalagi mulai menjamurnya lembaga-lembaga keuangan yang memberikan kredit sebagai solusi memudahkan. Masyarakat yang konsumtif jadi merasa mudah dalam membeli sesuatu untuk memenuhi hasratnya. Tinggal mengisi formulir pengajuan kredit, menandatanganinya, barang pun akan terbeli. Masalah bagaimana melunasinya urusan belakangan. Yang penting menikmati dulu barangnya, menikmati rasa gengsi yang timbul karena membeli barang mahal. Ingat hal itu hanya sebentar! Untuk itu kita perlu selalu melihat ke bawah, masih banyak orang dibawah kita yang mungkin lebih kekurangan. Jadi untuk membeli barang dilihat terlebih dahulu penting atau tidaknya barang tersebut dan apakah kita sudah sangat memerlukannya.
Cara melepaskan hutang yang sudah bertumpuk memang susah, apalagi hutang ribawi. Hutang yang berbunga-bunga namun tidak menyenangkan. Begitupun kita tidak boleh pessimis. Masih ada beberapa cara lain yang bisa dilakukan seperti yang berikut ini;
1. Turunkan standar gaya hidup.
Yang pertama kali bisa dilakukan buat lepas dari jeratan hutang adalah menurunkan standar gaya hidup. Boleh jadi selama ini kita belum bisa melunasi hutang karena gaya hidup yang terlalu tinggi. Tidak layak dengan income yg didapat.
2. Kurangi anggaran biaya hidup.
Saat ini harga barang keperluan sehari hari semua naik, termasuk tagihan air dan listrik. Kita bisa mengurangi pos pengeluaran makanan dengan cara memasak sendiri. Matikan lampu saat hari sudah terang, jangan menghidupkan lampu di ruangan yang tidak dipakai. Demikian juga air, pakailah air seperlunya, jangan biarkan air melimpah dan terbuang percuma.
3. Hindari gali lubang tutup lubang.
Melunasi hutang dengan berhutang bukan solusi. Cara ini memang bisa melunasi hutang yang sudah jatuh tempo, tapi sebetulnya tidak bisa lepas dari yang namanya hutang. Apalagi kalau hutang berbunga. Akhirnya hutang makin membesar dan terlilit hutang.
4. Jual barang yang tidak dibutuhkan.
Daripada membiarkan barang yang masih layak jual teronggok begitu saja tidak digunakan dan menyemak di rumah, lebih baik dijual saja. Memang harganya tak seberapa, tapi tetap saja ada uang masuk. Disamping rumah lebih lapang, bagi orang yang membeli bisa dimanfaatkan. Bagi wanita yang biasanya mempunyai perhiasan emas, lebih baik menjual emasnya terlebih dahulu agar tidak berhutang atau bisa dipakai untuk modal usaha.
5. Stop pakai kartu kredit.
Perlu diakui bahwa penggunaan kartu kredit kadang bikin pemiliknya merasa seperti sedang punya uang banyak. Di akhir bulan saat tagihan datang, baru si pemilik kartu kredit tersebut tegang dan pusing lihat jumlahnya. Utang pun makin menumpuk lagi dan lagi, bunganya juga makin berkembang. Ya, bunga yang tidak pernah indah saat berkembang itulah riba, bahkan bunga yang menakutkan. Jadi berhentilah pakai kartu kredit. Simpan saja di rumah. Kalau hutang sudah lunas, sesekali dipakai lagi. Asal ingat, jangan lupa bayar hutang sebelum jatuh tempo, jadi tidak berbunga.
6. Cari kerja sampingan.
Kerjakan apa yang bisa dikerjakan buat lunasi utang yang ada, coba cari kerja sampingan. Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Coba berbagai pekerjaan sampingan yang bahkan tidak butuh modal.
Contoh, kalau punya kemampuan bahasa Inggris, bisa tawarkan les privat ke orang lain. Yang punya kemampuan buat menulis, kenapa tidak coba buka jasa penulis artikel online? dan banyak hal lain lagi yang bisa kita kerjakan.
Bila kita lakukan hal ini secara disiplin dan komitmen kuat, maka masalah ini dapat teratasi. Ingat pepatah orang tua kita, dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Selamat mencoba.
Penulis: Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sumatera Utara