
Medan, (Analisa). Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP) menggelar kuliah perdana mahasiswa baru tahun ajaran 2019/2020 di Gedung Serbaguna STIPAP Jalan Willem Iskander Medan, Senin (23/9). Menghadirkan narasumber dari BPDPKS Kemenkeu RI dan dari L2Dikti Wilayah I.
Ketua STIPAP Medan, Wagino, SP, MP menyampaikan, kuliah umum perdana ini diikuti 369 mahasiswa baru yang sebelumnya menjalani pekan orientasi kampus dan perkebunan selama seminggu penuh. Pada kuliah umum ini pula terdapat penyerahan beasiswa secara simbolis dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Kemenkeu RI kepada perwakilan mahasiswa.
Kuliah perdana mahasiswa baru STIPAP ini dibuka Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah I Sumut diwakili Kabag Akademik dan Kemahasiswaan dan Sumberdaya, Salahuddin, SH.
Narasumber utama yaitu Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS, Muhammad Ferian membawakan materi “Sawit Indonesia Tercinta” yang merupakan gambaran penting bahwa perkebunan sawit merupakan masa depan Indonesia. Sebagai komoditi yang kini terus berkembang tidak hanya di sektor industri tapi juga paling unggul dalam sektor ekspor dan sebagai alternatif energi terbarukan.
“Saat ini, kelapa sawit mengalahkan minyak bumi dari sisi pendapatan negara, sawit juga andalan ekspor kita. Kita optimis, sawit menjadi industri primadona dunia. Hal itu tentu pilihan baik bagi Indonesia,” ujarnya.
Terkait kemajuan kelapa sawit, hal yang paling mengejutkan dan belum banyak masyarakat ketahui ia sampaikan, setelah mengadakan penelitian BPDPKS bersama tim dari ITB dan Pertamina, saat ini telah ditemukan pengolahan sawit menjadi bahan bakar selain biodiesel. Yaitu green diesel, green gasoline (bensin) hingga green avtur (jet fuel) dikembangkan dengan bahan dasar sawit. Tentu hal ini merupakan peluang masa depan yang baik yaitu menciptakan program bahan bakar bio-hidrokarbon pengganti bahan bakar fosil yang terancam habis.
Saat ini berbagai kajian dan pengembangan dilakukan terkait temuan ini diproduksi dalam skala besar masih memerlukan waktu. “Kita optimis 2023 atau 2024 program bahan bakar berbahan sawit ini bisa diproduksi besar dan dikomersilkan untuk konsumsi masyarakat. Kita punya energi alternatif yang renewable dan terbarukan sesuai program pemerintah. Pilot project pertama ditargetkan dimulai 2019 di kilang Pertamina,” jelasnya.
Selain temuan bernas terkait sawit, ia memaparkan sawit sebagai komoditas strategis Indonesia sampai saat ini dan diprediksi terus naik ditandai dengan serapan jutaan tenaga kerja perkebunan, andalan ekspor, mendorong pertumbuhan ekonomi 3,5 persen dari total PDB hingga menjamin keamanan energi. Diketahui, turunan sawit merupakan bahan pokok dari barang-barang kebutuhan manusia seperti panganan dan kosmetik.
Terkait isu lingkungan, ia memaparkan data BPDP bahwa kebun sawit lebih banyak menyerap CO2 dari para pohon lainnya. Ia juga menyampaikan tantangan industri sawit dalam kancah internasional, seperti saat ini penggunaan minyak sawit yang mulai dibatasi di negara-negara Eropa. Kendati demikian, ia memotivasi mahasiswa baru bahwa industri sawit dengan segala turunannya mempunyai prospek yang begitu menjanjikan.
Sebelumnya, Wakil Ketua I STIPAP Giyatno, SP, MP menyampaikan sesi guncangan akademik kepada mahasiswa baru. Ia menyampaikan kiat-kiat, motivasi dan upaya yang ditempuh mahasiswa dalam menjalankan dan menyelesaikan studi di kampus perkebunan ini. (amad)