
PENAMPAKAN “Trinitite” dari udara di lokasi percobaan bom atom pertama berbasis plutonium 16 Juni 1945 di AS. Tampak warna hijau muda di sekitar titik ledakan yang merupakan sebaran kaca “Trinitite” hasil pemanasan tinggi.
Trinitite adalah sebutan kristal kaca yang tersisa di gurun Jornada del Muerto, Amerika Serikat setelah uji coba bom nuklir berbasis plutonium yang dilakukan pada 16 Juni 1945 pukul 5:29 AM, di gurun Jornada del Muerto dekat Alamogordo, 56 km tenggara Socorro, New Mexico.
Nama “Trinitite” berasal dari kata “Trinitit” yaitu sebuah kode nama (code name) percobaan nuklir pertama di dunia tersebut oleh Amerika Serikat, dan termasuk dalam Manhattan Project. Selain penamaan itu, kristal kaca Trinitite juga dikenal dengan nama lainnya, yaitu Atomsit atau Alamogordo.
Namun berbeda dengan ledakan pada percobaan bom atom, terbentuknya kristal kaca yang tersebar di Libyan Desert Glass atau di Gurun Sahara yang telah terbentuk sekitar 26 juta tahun lalu oleh ledakan meteorit di udara itu, kekuatannya ribuan kali jauh lebih besar.
Pada wilayah itu, kaca-kaca kristal yang terbentuk tak seluruhnya berwarna kuning kehijauan tapi ada banyak juga yang berwarna hitam legam, bahkan antara campuran keduanya dan membentuk pola-pola yang indah. Pada kristal kaca berwarna hitam, sepertinya tercipta akibat ledakan besar meteorit di udara (meteoric aerial bursts) yang jauh lebih dekat jaraknya, dengan begitu paparan radiasi dan panasnya juga sangat tinggi.
Itulah sebabnya warnanya tidak lagi kuning kehijauan, tapi kaca-kaca itu berwana hitam yang dihasilkan akibat paparan radiasi hebat, tekanan udara ekstrim dan panas yang juga sangat tinggi.
Tapi ada juga beberapa ilmuwan lain yang menganggap terciptanya kristal-kristal kaca itu akibat hantaman meterotit yang sesungguhnya menghujam hingga ke tanah.
Dan bukti pola berupa cekungan kawah hasil hantaman meteorit itu sudah terkubur jauh di dalam pasir gurun dan untuk membuktikannya tidak mudah karena harus menggali wilayah berpasir tersebut seluas ribuan kilometer persegi.
Namun hal ini disanggah kembali oleh para ilmuwan sebelumnya dengan teori meteoric aerial bursts kerena dari ratusan bekas hantaman meteorid di dunia ini, tak ada satupun yang memilki atau dapat menghasilkan kristal-kristal kaca yang mirip seperti di wilayah itu, temasuk unsur dan molekulnya yang juga berbeda dari semua kawah di dunia, apalagi hingga terdapat butiran intan.
Hitam
Di wilayah Egyptian Desert Glass, terdapat pula kaca-kaca berwarna hitam dan di dalamnya terkadang terdapat titik-titik mengkilap yang ternyata adalah berlian.
Hal ini juga didukung oleh bukti ditemukannya butiran-butiran intan di dalam kaca-kaca berwarna hitam itu. Sedangkan pada kristal kaca yang berwarna kuning kehijauan tidak ditemukan adanya butiran intan, namun salah satunya unsur yang terkandung di dalamnya adalah Iridium.
Dari mineral yang ada di dalam kaca, diantaranya terdapat Osmium dan Iridium, yang mana Iridium di dalam kristal kaca ini kandungannya 50-100 lebih tinggi dibandingkan dengan batuan atau kaca lainnya yang mengandung Iridium dimanapun di seluruh muka Bumi.
Isotop Iridium di dalam kristal kaca juga berbeda dari isotop Iridium lainnya, selain itu susunan molekulnya juga berbeda, dan hal ini masih menjadi tanda tanya bagi para peneliti hingga kini.
Dari bukti-bukti lainnya selama ini yang diketahui pula, bahwa kristal-kristal kaca ini sudah diambil dan dibuat manusia pada masa lampau menjadi perhiasan dan peralatan, tepatnya sejak masa Pleistosen.
Pada masa-masa kekuasaan Firaun di Mesir, kaca dari Gurun Sahara ini juga pernah menghiasai beberapa peralatan dan perhiasannya.
Di antaranya yang paling terkenal adalah ukiran seekor kumbang Scarb yang berwarna kekuning-kuningan pada pendant (seperti kalung/liontin) yang dikalungkan dilehar untuk menghiasai dada sang raja Firaun.
Ukiran berbentuk kumbang Scrab ini sempat misterius selama puluhan tahun, karena pada masa lalu belum ada yang tahu dari mana asal batu kristal kaca itu, apalagi belum diketahui keberadaan kristal kaca Libyan Desert Glass.
Oleh karenanya, peneliti pada masa lalu belum dapat memastikan bahan kumbang Scarb berwarna kekuningan tersebut yang secara mineral berbeda dengan mineral lain.
Namun ternyata terbuat dari Libyan Desert Glass yang berada di tengah gurun yang jauhnya ribuan kilometer dari Piramida Mesir dimana pendant itu dikenakan pada sang raja, hingga ditemukan pada masa sekarang ini. (llee/apc/iccw/ar)