Ambient Media Menggoda Publik

ambient-media-menggoda-publik

Oleh: Arif Budiman.

Banyak dan beragam je­nis media yang bisa digunakan untuk beriklan. Iklan luar ru­ang misalkan. Seperti baliho, spanduk dan billboard berdiri kokoh dengan ukuran raksasa di jalan-jalan raya. Poster, fla­yer, brosur yang bisa dibaca de­ngan detail. Neon Box yang berkerlap-kerlip ketika malam tiba. Semua­nya memuat pe­san-pesan persuasif.

Tidak semua media berha­sil menganggu ingatan publik atau konsumen. Bentuk media iklan kon­vensional diang­gap sudah lazim. Teks, gam­bar dan warna mem­baur men­ja­di satu rangkaian komposisi desain. Saling tumpang tindih dalam area layout-nya. Terka­dang dianggap tidak menarik la­gi. Tidak segar dilihat. bah­kan dianggap sampah!

Media iklan yang masih jarang dipakai dan dipublika­si­kan di Medan atau Sumatera yakni unconventional media. Me­dia alternatif yang mampu membuat publik berdecak ka­gum. Daya Kreatifitas dari kre­atornya dinilai mampu mengu­a­sai emosi publik. Publik tidak saja menangkap pesan iklan, juga menikmati estetika iklan­nya. Media alternatif itu ialah Ambient Media.

Ambient media adalah stra­tegi beriklan dengan meman­fa­atkan ruang/area yang ada di sekitar target sasaran iklan. Media iklan ini dikemas de­ngan menangkap respon objek di sekitar kawasan iklan. Mi­salkan beriklan di lift, escalator, trotoar pejalan kaki, di ti­ang listrik, halte bus dan lain sebagainya.

Artinya ambient media, di­praktikkan dengan menangkap respon langsung. Dari objek dan prilaku personal target sasaran iklan. Seperti gambar-gambar disamping ini. Produk makanan cepat saji, iklannya di badan jalan, seakan-akan men­jadi zebracross. Perusaha­an baterai beriklan di bus. Se­akan-akan bus tersebut dige­rak­kan oleh tenaga listrik yang tersimpan pada baterai. Begitu juga iklan komersil orang utan. Dalam bentuk goodie bag (kan­tong) yang dijinjing, se­akan-akan sedang membim­bing orang utan.

Iklan melalui media alter­natif diyakini akan lebih me­narik. Untuk promosi komer­sial ataupun kampanye sosial. Pesan produk atau jasa lebih mu­dah diingat. Iklan tidak akan menjadi sampah visual, tapi menjadi ruang kreatif. yang mampu memantik daya analisa publik, terhadap objek iklan.

Ambient media bukanlah media baru dalam dunia perik­lanan. Di negara-negara barat gaya iklan ini acapkali diguna­kan. Baik dalam kampanye sosial atau pun promosi pro­duk atau jasa komersil.

Di samping mempersuasi orang, ambient media juga di­yakini mampu menambah tata estetika kota. Lantaran dia memberikan aksentuasi yang berbeda – memorable experience.

Diberbagai catatan literatur periklanan ambient media per­tama kali digunakan tahun 1996 oleh Concord Advertising, sebuah biro iklan Inggris. Sebagai agensi, Concord meng­khususkan diri pada kampanye iklan luar ruang (outdoor – above the line media).

Penggunaan ambient dalam iklan didorong oleh tuntutan klien. Agar adanya media iklan yang beda di ruang publik. Me­dia beriklan yang baru dan se­gar dari yang sudah-sudah (kon­vensional). Perlu tinda­kan kreatif untuk melakukan sesuatu yang berbeda di media iklan (something a bit different).

Selain timbulnya kecemas­an klien. Semakin banyak dan padatnya iklan di sepanjang ja­lan. Bentuk, ukuran dan me­dianya sama semua. Dibutuh­kan suatu terobosan media ik­lan baru. Ditambah lagi kom­petisi antar agensi iklan yang semakin ketat.

Pemicu lain saat itu juga ter­jadi kebosanan ter­hadap me­dia iklan konvensional. Klien menginginkan iklan yang lebih “menggigit” dari biro iklannya. Desakan dari klien iklan tersebut akhirnya diwujud­kan.

Melalui penempatan iklan di tempat-tempat yang tidak bi­asa. Guna menarik perhati­an khalayak. Ambient media sebagai media beriklan yang tak lazim saat itu “menonjol” dimana-mana.

Semakin kompetitifnya du­nia kreatifitas, telah membawa ambient media tidak sekadar me­dia iklan. Ambient media yang awalnya untuk mem­bang­­kit­kan feeling dan mood konsumen, telah berganti. Am­bient menjadi media ramah ling­kungan. Beriklan tidak lagi menimbulkan sampah visual. Mata dan pikiran publik, se­akan-akan “mengintrogasi” ru­paan ambient media.

Ambient media menjelma men­jadi media iklan dengan tingkat stopping power yang ting­gi. Lantaran unzappable (ti­dak dapat diganti/diubah) dan unavoidable (tidak dapat di­hindari). Menjelma menjadi media dengan daya pikat yang besar dan menggoda mata dan pikiran.

Penulis; pengajar seni rupa dan desain di Institut Teknologi Sumatera – ITERA.

()

Baca Juga

Rekomendasi