Mata Merah Karena Konjungtivitis

mata-merah-karena-konjungtivitis
Oleh: dr. Carvin Herryanto. Mata merah merupakan salah satu kondisi kesehatan yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, dari yang berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu. Kondisi ini dapat berkaitan dengan proses inflamasi maupun perdarahan. Salah satu penyebab mata merah yang paling sering adalah konjungtivitis. 

Konjungtivits merupakan inflamasi atau peradangan pada jaringan konjungtiva, yang dapat terjadi secara akut ataupun kronis, yang disebabkan oleh infeksi akibat mikroorganisme ataupun karena reaksi imunologi. 

Keluhan yang paling sering pada konjungtivitis biasanya berupa mata merah, berair (lakrimasi), rasa berpasir, rasa mengganjal, gatal, hingga rasa perih pada mata. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah mata merah yang ditandai dengan adanya injeksi konjungtiva, yang juga dapat disertai dengan adanya sekret (discharge). 

Pada konjungtiva yang tidak ditangani dengan baik, peradangan konjungtiva dapat memberat hingga timbul edema konjungtiva, pembentukan membran, hingga jaringan limfoid berupa tonjolan folikel dan papil pada konjungtiva. 

Ada beberapa penyebab terjadinya konjungtivitis

antara lain:

1. Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis bakteri dapat terjadi akut maupun kronis dengan penyebab tersering yaitu S. pneumonia, S. aureus, H. influenza dan Moraxella catarrhalis. Infeksi oleh Neisseria gonorrhae jarang ditemukan namun dapat menyebabkan gejala klinis yang berat karena dapat menginvasi kornea. 

Gejala klinis konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai mata merah, berpasir dan perih, sulit membuka mata terutama pada pagi hari karena ada sekret, dan umumnya terjadi pada kedua mata (bilateral), dengan salah satu mata terkena 1-2 hari sebelumnya. Penularan biasanya terjadi melalui kontak langsung dengan sekret konjungtiva penderita lain atau penyebaran infeksi dari hidung serta mukosa sinus. 

Konjungtivitis kronis dapat terjadi karena konjuntivitis akut yang tidak ditangani dengan baik hingga akhirnya dapat terjadi obstruksi duktus lakrimalis dan dakriosistitis kronis.

2. Konjungtivitis Viral

Konjungtivitis viral merupakan konjungtivitis yang sering terjadi dan dapat pulih sendiri (self-limiting) dalam 2-4 minggu, yang umumnya disebabkan oleh adenovirus. Virus lain yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah Herpes simplex (HSV), Varicella zoster (VZV), Picornavirus, Molluscum contagiosum, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV). 

Gejala klinis konjungtivitis viral adalah mata merah, berair, terasa mengganjal dan dapat terjadi demam, nyeri kepala yang biasanya bersifat ringan. Walaupun keluhan yang ditimbulkan tidak berat, infeksi virus ini sangat mudah sekali ditularkan dan masih bersifat infeksius hingga 10-12 hari saat mata masih merah. 

Transmisi biasanya terjadi secara langsung melalui partikel virus dari tangan ke mata, sekret mata ataupun dengan droplet saluran nafas, dan tidak langsung dapat melalui media penghantar seperti handuk, kolam renang yang terinfeksi, ataupun peralatan yang digunakan secara bergantian. Infeksi dapat bersifat sporadik atau epidemik terutama di daerah yang padat penduduk dengan higiene yang buruk.

3. Konjungtivitis Alergi

Yang termasuk konjungtivitis alergi adalah konjungtivitis vernal dan konjungtivitis atopik. Konjungtivitis vernal adalah konjungtivitis yang terjadi karena adanya reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV dan biasanya terjadi karena perubahan musim tertentu. 

Pada konjungtivitis vernal gejalanya adalah mata merah, perih, gatal, berair dan sering berkedip. Konjungtivitis vernal umumnya terjadi pada usia anak terutama anak usia sekitar 7 tahun, dan lebih sering pada anak laki-laki. 

Konjungtivitis atopik adalah konjungtivitis yang terjadi  karena reaksi hipersensitivitas tipe IV terutama pada pasien dengan riwayat deramatitis atopik dan asma, dan dapat merupakan perkembangan dari konjungtivitis vernal. Gambaran klinis konjungtivitis atopik sama dengan konjungtivitis vernal dengan perbedaan: tak ada kekambuhan karena musim, terjadi pada usia dewasa, dapat terjadi kelainan pada kelopak mata seperti kulit kelopak menjadi kering dan eritema.

Tatalaksana konjungtivitis dilakukan sesuai dengan penyebab konjungtivitis. Penyebab yang paling sering ditemukan pada masyarakat adalah konjungtivitis viral oleh adenovirus yang sangat mudah menular melalui sekret dan cairan mata yang dapat dipindahkan melalui tangan penderita. 

Mata merah karena konjungtivitis viral diobati dengan terapi suportif, dengan diajarkan untuk menjaga kontak, menjaga kebersihan, kompres dingin dan lubrikan dengan air mata buatan agar mata nyaman. Mata merah karena konjungtivitis bakteri biasanya diterapi dengan tetes mata antibiotik dan juga diberikan terapi suportif. 

Konjungtivitis alergi biasanya diterapi dengan tetes mata antihistamin terutama apabila terasa sangat gatal. Pencegahan transmisi infeksi mikroorganisme merupakan hal yang sangat penting terutama dengan menjaga kebersihan diri, mencuci tangan, tidak menyentuh mata yang infeksi, tidak berbagi handuk ataupun peralatan pribadi seperti kosmetik. 

Penderita konjungtivitis juga sebaiknya mengurangi aktivitas seperti kerja dan aktifitas diluar ruangan, yang tentu saja dapat memperburuk kondisi dari konjungtivitis.

()

Baca Juga

Rekomendasi