Dolar AS Tertekan oleh Beragam Faktor

dolar-as-tertekan-oleh-beragam-faktor

Singapura, (Analisa). Sebagian besar mata uang Asia beringsut lebih tinggi terhadap dolar AS, Jumat (6/9), didukung oleh meredanya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok dan data ekonomi yang kuat dari AS, membatasi reli dolar AS dan cenderung meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko.

Sentimen meningkat setelah dua negara ekonomi terbesar itu sepakat untuk kembali melanjutkan perundingan perdagangan pada awal Oktober mendatang, sementara pada Kamis (5/9), survei swasta menunjukkan aktivitas sektor jasa AS dipercepat pada Agustus dan perusahaan-perusahaan swasta manambahkan perekrutan jumlah tenaga kerja.

Namun, sekeranjang mata uang regional masih berpotensi melemah karena saat ini pasar masih menantikan rilis laporan pekerjaan dari AS, yang diproyeksikan akan menguat berkelanjutan dalam pasar tenaga kerja. Jika data yang dirilis sesuai dengan perkiraan, dolar AS akan menguat dan sentimen untuk aset berisiko akan berkurang.

Di antara sejumlah mata uang Asia, ringgit memimpin penguatan dengan kenaikan 0,3 persen. Disusul oleh won dengan kenaikan 0,2 persen.

Ringgit menguat tertopang oleh peningkatan sektor ekspor dan investasi asing, dengan Menteri Keuangan Malaysia Lim Guan Eng mengatakan bahwa negara itu mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk paruh kedua tahun ini berkat peningkatan ekspor dan investasi asing tersebut. 

Dia juga mengatakan, Putrajaya juga akan terus menarik investasi asing yang berkualitas tinggi -- terutama dari Tiongkok dan AS -- untuk menciptakan lebih banyak pekerjaan berpenghasilan tinggi. Dikatakannya bahwa pertumbuhan ekspor negara itu naik 1,7 persen, melampaui ekspektasi pada Juli, dari RM86,5 miliar setahun lalu menjadi RM88,0 miliar.

Won menguat terhadap dolar AS pada Jumat di tengah meredanya kekhawatiran seputar ketegangan perdagangan antara AS dan Tiongkok. Sebagai negara yang bergantung dengan ekspor, Korea Selatan merupakan negara yang paling dirugikan oleh perang perdagangan dua negara ekonomi terbesar dunia itu.

Won menguat berkelanjutan setelah Korea Selatan dan Myanmar menandatangani serangkaian kesepakatan terkait pembangunan ekonomi dan infrastruktur saat kunjungan Presiden Korea Selatan Moon Jae ke Nay Pyi Taw pada Selasa (3/9).

Rupiah masih melanjutkan penguatan terhadap dolar AS pada Jumat setelah AS dan Tiongkok sepakat untuk kembali melanjutkan negosiasi perdagangan pada Oktober mendatang. Rupiah juga menguat tertopang oleh strategi pemerintah untuk menahan gejolak global yang sewaktu-waktu dapat kembali memanas dengan meningkatkan aktivitas ekonomi salah satunya melalui sektor perpajakan.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta mengatakan, agenda besar pemerintah yang akan dijalankan salah satunya adalah reformasi regulasi perpajakan yang akan segera dituntaskan dalam upaya meningkatkan daya saing ekonomi dalam negeri.

Pada awal perdagangan rupiah dibuka pada 14.145

Pada pukul 10.00 rupiah berada pada level 14.140

Di akhir perdagangan rupiah berada pada tingkat 14.090, menguat dari perdagangan sebelumnya.

Kurs terakhir berbagai mata uang Asia terhadap dolar AS, tercatat sebagai berikut:

Dolar Singapura: 1,383, naik dari 1,384

Dolar Taiwan: 31,26, naik dari 31,28

Won Korea: 1196,70, naik dari 1198,40

Baht Thailand: 30,63, turun dari 30,57

Peso Pilipina: 51,90, turun dari 51,85

Rupee India: 71,69, naik dari 71,87

Ringgit Malaysia: 4,175, naik dari 4,191

Yuan Tiongkok: 7,146, turun dari 7,133

Di Tokio, yen naik tipis terhadap dolar AS pada Jumat karena minat investor masih lebih condong ke aset berisiko, termasuk mata uang Asia. Sementara itu, laporan penyerapan tenaga kerja non pertanian AS (non-farm payrolls) diproyeksikan akan meningkat sebesar 158.000 dan tingkat pengangguran tetap stabil pada 3,7 persen.

Namun, faktor lain yang mendorong penguatan aset berisiko tampaknya mulai goyah. Penarikan RUU ekstradisi yang dilakukan oleh pemimpin Hong Kong Carrie Lam, yang sebelumnya telah memicu protes di musim panas tampaknya tidak cukup signifikan dalam meredakan aksi demonstrasi di kota tersebut.

Dolar AS terakhir tercatat 106,99 yen, turun 0,1 persen dibandingkan dengan level sebelumnya.

Di London, euro menguat terhadap dolar AS pada Jumat setelah AS dan Tiongkok sepakat untuk kembali melanjutkan pembicaraan perdagangan pada Oktober mendatang di Washington, menjadikan aset berisiko lebih diburu oleh investor.

Penguatan mata uang tungga ini juga tertopang setelah AS melaporkan data ekonomi yang kuat dan ketegangan politik mereda, terutama di Inggris, di mana anggota parlemen berencana untuk memblokir upaya Perdana Menteri Boris Johnson dalam meninggalkan Uni Eropa tanpa perjanjian transisi.

Yen Jepang: 106,76, turun dari 106,83

Franc Swiss: 0,9878, naik dari 0,9834

Dolar Kanada: 1,3181, turun dari 1,3209

Sterling terhadap dolar: 1,2315, turun dari 1,2323

Euro terhadap dolar: 1,1047, turun dari 1,1061

HARGA EMAS

Di Comex New York, harga emas melemah pada pembukaan Jumat.

Kontrak Desember 2019 diperdagangkan pada level $1.524,00 per ounce, turun $0,10.

Harga spot kitco pada pukul 13.30 GMT (20.30 WIB) tercatat $1.522,40 per ounce, naik 0,24 persen.

Di London, harga emas merosot pada Jumat dan menuju penurunan minggu kedua karena data ekonomi yang kuat dari AS dan rencana dimulainya kembali perundingan perdagangan antara Washington dan Beijing, meningkatkan minat investor terhadap aset berisiko.

Sergey Raevskiy, analis di SP Angel mengatakan, data ekonomi yang kuat dari AS dan kabar akan kembalinya AS-Tiongkok ke meja perundingan meningkatkan sentimen aset berisiko dan mendorong penurunan permintaan untuk emas dan aset-aset aman lainnya.

London, harga emas $1.504,86 per ounce, turun 0,9 persen dari penutupan sebelumnya di New York.

Harga perak tercatat $18,10 per ounce, turun 2,8 persen dari penutupan sebelumnya.

Di Singapura, harga emas masih melanjutkan penurunan pada Jumat seiring data ekonomi AS yang kuat mendorong minat investor pada aset berisiko dan menekan permintaan safe-haven emas.

Data penyerapan tenaga non pertanian (non-farm payrolls) dan layanan industri yang kuat dari AS serta perundingan perdagangan AS-Tiongkok yang rencananya akan dilangsungkan di Washington pada Oktober mendatang turut membuat emas tertekan secara berkelanjutan.

Di Singapura, harga emas $1.509,41 per ounce, turun 0,6 persen dari penutupan sebelumnya di New York.

Di Tokio, kontrak benchmark Oktober 2019 mencapai 5,216 yen per gram, melemah 17 dari penutupan sebelumnya. (Rtr/AP/AFP/ant/htb)

()

Baca Juga

Rekomendasi