Bertemanlah dengan Orang Baik

bertemanlah-dengan-orang-baik

Oleh: Ahmad Afandi

Selain keluarga, faktor lingkungan juga sangat memengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Bagaimana terja­dinya proses perilaku menurut penelitian di Inggris (1974) mengung­kap­kan bahwa faktor interest sangat menentukan karakter sekaligus kepriba­di­an orang tersebut, di mana diri dikuasai rasa ingin mengenal lebih dalam orang lain dan mulai tertarik kepada stimulus sebelum dirinya meng­adopsi perilaku baru.

Dalam pemahaman sepintas, faktor paling berpengaruh yang ada dalam lingkungan adalah bagian humanistis­nya, di mana seseorang akan mulai me­me­ngaruhi orang lain dalam sikap dan karakter masing-masing guna meleng­kapi struktural sosial pada lingkungan tersebut.

Sebagai makhluk sosial, kita selalu membutuhkan orang lain. Alangkah indahnya suatu hubungan jika keharmo­nisan dibangun atas dasar kemanusiaan. Cerminan ini kiranya berupaya mere­flek­sikan setiap orang untuk bergaul dengan sesama orang baik. Ketika memasuki fase anak-anak, barangkali tak ada pikiran pada logika kita akan pilih memilih teman sepermainan, namun ketika fase remaja, dorongan untuk mendapatkan teman yang baik sangat kuat. Betapa buruknya dampak kekerasan di zaman serba halal ini, yang lalu melahirkan beberapa situasi tidak pantas menjadi sebuah kewajaran.

Memilih teman yang baik sangat berefek ketika memasuki fase remaja. Keinginan serta adrenalin yang selalu menggebu membuat sebagian remaja memutuskan untuk hidup semrawut, tak punya aturan, dan cenderung anarkis. Ditambah lagi dengan keadaan ling­kung­an mencekik leher sebab mahalnya biaya hidup di kota-kota besar.

Sebahagian remaja tentu memiliki cerita buruk jika hidup yang ia jalani tak membatasi pergaulan dengan orang di sekitarnya. Setiap remaja tentu punya hak untuk berteman dengan siapa saja yang dikehendakinya. Remaja dengan latar belakang berpendidikan tinggi tak selamanya harus bergaul dengan orang yang setaraf dengan dia. Artinya, konteks orang baik di sini sama sekali bukan persoalan materi dan strata sosial.

Menepis semua kemungkinan buruk yang akan terjadi dapat dilakukan dengan berteman dengan orang-orang berpengaruh di lingkungan sekitar. Misalkan jika ada teman yang mengajak kita melakukan kejahatan hendaknya dijauhi. Ini satu bukti awal bahwa orang tersebut memiliki sifat buruk. Memilih teman bukan berarti kita mengintimidasi orang lain untuk kita pilih-pilih. Namun sikap dan perwujudan karakter kita pada lingkungan sekitarlah yang perlu diper­hati­kan. Jangan sampai orang lain sakit hati hanya karena salah paham akan niat baik kita.

Maka teman yang baik adalah mereka yang memiliki sikap rela berkorban, ramah, memikiki sopan santun yang tinggi, rajin beribadah dan juga saling mengingatkan. Contoh individu orang yang berkarakter  demikian kabar baiknya masih banyak di negeri ini. Merekalah remaja-remaja positif yang memikirkan karya daripada kesenangan.

Dekatilah mereka yang memiliki jiwa kepahlawanan seperti itu. Jangan sampai hanya gara-gara teman, kita masuk dalan kategori buruk yang sama dengan dia. Lagipula dampak mengerikan sesekali mau menghampiri jika kita bergaul dengan teman-teman yang brutal, mulai dari dibenci teman lain, bahkan hingga diproses oleh hukum akibat kebrutalan yang kita tunjukkan.

Terakhir, menciptakan suasana masa muda yang indah akan tercapai ketika kita mampu membangun banyak relasi dengan teman-teman baik. Jangan sampai kesempatan usia muda disia-siakan dengan berbuat kriminal atau sesuatu yang tidak ada manfaatnya sama sekali. Jangan pula kita mencoba hal yang tak pernah kita tahu sebab bujuk rayu teman.

Teman merupakan pendamping yang akan membentuk karakter dan kepriba­dian kita. Yakinlah sampai kapan pun kita akan tetap dihadapkan kepada dua pilihan, buruk dan baik. Jika kita bisa memilih yang baik, mengapa harus memilih bayang-bayang keburukan menghampiri hidup kita? Maka berte­man­lah dengan orang baik saja karena semua berawal dari sebuah proses perte­manan.

* Juli 2018

()

Baca Juga

Rekomendasi