Hp dan Sekolah

hp-dan-sekolah

Oleh: Rosni Lim

Pagi itu penulis dikesalkan oleh tingkah polah anak penulis yang sudah menanjak remaja.

“Hari ini bawa hp ke sekolah ya, Ma?” pintanya saat papanya sudah menunggu di depan garasi, bersiap-siap mengan­tarkannya ke sekolah.

“Nggak! Hari ini jangan bawa! Banyak pelajaran hari ini,” jawab penulis. “Nanti kamu nggak konsens belajar.”

Wajahnya cemberut, ngambek.

“Ohya, pasti ada pe er yang belum kamu kerjakan. Coba Mama lihat Line grup kelasmu,” kata penulis lalu buru-buru mengambil hp yang dimaksud dan membukanya. Betul, ada percakapan di grup Line kelasnya, pe er (pekerjaan rumah-red) meringkas Sejarah dari halaman 8-41.

“Wah, ada pe er rupanya. Sudah kamu kerjakan? Sudah kamu ringkas?” tanya penulis dengan suara keras.

Dia menggeleng.

“Jadi, apa saja kerjamu kemarin?”

Inilah kerjanya. Main game, teman datang sibuk war bareng di Mobile Legend. Teman pulang masih juga lihat hp edit video supaya bisa jadi youtuber dapat duit.

Kebiasaan, penulis yang harus periksa semua pe er dan hasil sekolahnya dari TK sampai SMA. Tak diperiksa, tak dibenahi, dia  pun santai-santai saja.

Ngambek, tak mau sekolah hari ini katanya. Naik ke lantai atas masuk kamar.

Penulis menyusulnya. “Nggak mau sekolah, ya sudahlah, nggak usah sekolah!” kesal penulis.

Akhirnya dia turun sendiri, berjalan ke depan, bersiap-siap ke sekolah.

“Nah, ini, bawa hp-nya! Tapi jangan lupa digunakan buat hal penting, lihat Line kelas, apa ada tugas atau catatan atau pesan penting. Itu kegunaannya bawa hp ke sekolah. Bukan buat war bareng teman di ML!”

Sekelumit kisah di pagi itu menuntun penulis menulis artikel ini. Zaman gadget sekarang, hampir semua murid memba­wa hp ke sekolah. Hp yang dimaksud adalah hp android yang bisa digunakan untuk telepon sekaligus akses internet.

Kalau dulu, bertelepon ria melalui hp masih harus menggunakan pulsa atau menghabiskan duit membeli pulsa telepon, maka sekarang, sudah banyak aplikasi yang bisa telepon suara gratis, telepon video (video call) gratis, dan sms gratis (chatting). Aplikasi-aplikasi itu seperti WhatsApp, Line, We Chat, dan lain-lain.

Kemudahan yang diberikan aplikasi-aplikasi itu tentunya sangat membantu dan mempermudah komunikasi antar-anggota keluarga, teman, maupun rekan kerja. Bagi anak sekolah, keberadaan aplikasi-aplikasi itu memudahkan mereka mengetahui informasi penting dari sekolah, terutama kegiatan kelas atau pe er/bahan ujian bila tibanya musim ujian.

Bila ada tugas kelompok, pe er, atau bahan ujian, tak jarang anggota grup aplikasi itu, misalnya grup Line kelas XI, saling berbagi informasi cara mengerjakan pe er sampai bahan ujian. Maklumlah, karena tak semua murid memperhatikan bila guru menjelaskan ada pe er atau bahan ujian. Bahkan, karena tak memperhatikan, ada murid yang sampai tak tahu hari apa atau kapan ujian mata pelajaran tertentu.

Karena hampir semua murid punya hp android (walaupun ada beberapa juga yang tak punya atau tak membawanya ke sekolah), namun dengan adanya percakapan di grup kelas, telah banyak membantu memberikan informasi penting seputar kegiatan, kerja kelom­pok, pe er, atau bahan ujian kelas.

Kadang, ada beberapa mata pelajaran, yang mana gurunya memberikan pe er tapi jawabannya disuruh cari di Google. Lumayan kalau pe er itu dikerjakan di rumah. Bagaimana kalau pe er itu harus dikerjakan di sekolah saat itu juga, dan karena tidak semua murid membawa hp ke sekolah, jadi mereka pun tak bisa mengerjakannya.

Kejadian itu pernah dialami anak penulis. Tak setiap hari penulis mengizin­kannya membawa hp ke sekolah. Pas di hari dia tak bawa hp, ternyata ada tugas yang harus mencari jawabannya dari Google. Ada juga tugas yang mana mereka harus melihat dari grup kelas. Menya­linnya dari grup kelas, bahan tugas yang dibagikan oleh seorang murid yang dianggap pintar atau biasanya menjadi ketua grup. Karena tak membawa hp ke sekolah, akhirnya terpaksa meminjam dari teman sebangku yang tentunya lebih ribet.

Hp yang dibawa murid ke sekolah, selain digunakan untuk keperluan sekolah seperti di atas, tak jarang digunakan juga oleh murid-murid itu untuk memanggil kendaraan jemputan online. Nah, cara memanggilnya pun harus melalui aplikasi jemputan online. Kalau tak bawa hp ke sekolah, bagaimana bisa memanggil jemputan?

Tapi, hal yang mengesalkan, apabila hp yang dibawa ke sekolah bukan digunakan untuk hal-hal yang berhu­bung­an dengan kepentingan sekolah, misalnya bawa hp ke sekolah cuma untuk mencuri-curi waktu luang bermain game di saat ada pelajaran yang membosankan. Bahkan tak jarang mereka war bareng di game saat jam pelajaran sekolah. Parahnya, pada saat war bareng di ML misalnya, sama sekali tak boleh diganggu apalagi sampai dihentikan.

Tindakan seperti itu sudah jelas merugikan si murid sendiri. Kadang karena asyiknya mencuri-curi main game di waktu jam pelajaran sekolah, apa pun yang dijelaskan guru tak mengerti sama sekali. Bahkan, catatan terbengkalai karena sibuk war, tugas sekolah pun tak dikerjakan. Bagaimana tak kesal sebagai orangtua?

Tak diizinkan anak bawa hp ke sekolah karena takut dia tak konsens mengikuti pelajaran menjadi serba salah. Bagaima­na kalau pas ada tugas atau bahan ujian yang memerlukan si murid membuka aplikasi seperti Google dan Line?

Murid yang sadar dan mengerti betapa mahalnya uang sekolah zaman sekarang, dan orangtua yang telah bersusah payah mencari duit demi membiayai, akan bisa memisahkan antara apa yang penting dan apa yang tak penting di saat mem­bawa hp ke sekolah. Jadi, jawaban­nya adalah berpulang kepada pemikiran de­wasa dan kebijaksanaan si murid sendiri, apakah akan menggunakan hp yang dibawanya ke sekolah untuk kepentingan sekolah, ataukah hanya sekadar berse­nang-senang?

* Medan, Juli 2019

()

Baca Juga

Rekomendasi