Istana Jambu, (Bukan) Hunting Terakhir

Istana Jambu, (Bukan) Hunting Terakhir
Gerbang masuk Medan Istana Jambu (Analisadaily/Audry Uyuni)

Usai PRSU dan Pasar Malam Modern beberapa bulan silam, kini pasukan redaksi Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika UIN SU menyambangi Istana Jambu demi memenuhi agenda hunting dalam masa bakti 2018-2019 yang kian menuju babak akhir ini. Berkaca dari periode tahun lalu, agenda hunting hanya berhasil terlaksana sekali dalam setahun. Alhamdulillah, pada periode tahun ini sudah naik tingkat lebih baik.

Hunting redaksi sampai juga menyentuh angka tiga kali dalam setahun dan ini (bukan) hunting terakhir, mohon digaris bawahi. Sebab masa periode ini belum game over, semoga kita bisa mendulang angka lima kali, harapnya.

(Analisadaily/Audry Uyuni)
Perkara hari pekan, itulah yang menjadi alibi kru redaksi enggan melaksanakan hunting, lantaran di hari minggu dan hanya di hari itulah kami bisa berleha-leha, merehatkan raga setelah berlelah-lelahan dari Senin sampai Sabtu dengan dicekoki tugas kuliah yang membukit diperparah jobdesk dinamika yang melangit.

Aduhai, tak heran mungkin, hunting itu sukar terlaksana. Tapi lagi-lagi omelan pemred selalu menghantui. “Dek kapan lagi coba kita hunting, ini sudah akhir periode bentar lagi pengukuhan anak magang lanjut mukel dan kakak pun akan jadi alumni. Ayolah periode ini harus lebih baik dari sebelumnya. Usahakan bisa ya adek-adek semua, kita hunting di Istana Jambu hari Minggu tanggal dua Desember, kontribusi pulang pergi ditanggung uang kas. Kita cuma keluarkan biaya tiket masuk.

Oke, kak Isma (Sekretaris Redaksi) segera list nama-namanya,” perintah perempuan berumur 21 tahun yang akrab disapa Kak Firda, pemred tercantik sebab sebelum-sebelumnya pemred always kaum Adam.

Ada sesuatu yang manis terdengar dari perintahnya, yakni biaya ongkos PP gratis. Alhasil yang fix hunting ke Istana Jambu sebanyak 15 dari 23 kru redaksi.

Sisanya berjubel alasan tak bisa, untungnya 50 persen berhasil ikut serta. Letaknya cukup jauh berkisar 23,3 KM dari sekretariat kami di Jalan Williem Iskandar Psr V. Tepatnya lokasi agrowisata Istana Jambu berada pada Jalan Pembangunan No. 77 Namorambe ini hampir menjadi polemik.

“Kau tahu apa yang membuat perjalananmu lebih bermakna? Karena menuliskannya. Selamat menikmati perjalanan aku, kamu, dan kita, ketika kali pertama menginjakkan kaki di Istana Jambu”

Audina sang editor yang jarak tempuh domisilinya hanya memakan waktu 20 menit menuju lokasi namun sudah sampai di tempat pukul 09.30 WIB. Sementara di grup, sekretaris redaksi/sekred membuat instruksi gerak mulai pukul 10.00 WIB dan itu otomatis sampai lama karena jauhnya jarak.

Namun, Audina (mungkin) salah tanggap. Karenanya, dia sudah menyemprot semua makhluk di grup itu perkara kelamaan menunggu.

(Analisadaily/Audry Uyuni)
Belum lagi, kami yang sudah janjian titik kumpul di sekretariat lama gerak. Sampai disana 12.30 WIB dengan mendapati muka masam Audina tadi ha .. ha. Sesampai disana kami mengumpulkan uang tiket Rp30.000/orang untuk ditukarkan voucher.

Perempuan berwajah Batak tulen dengan kaos merah langsung menyambut kami untuk diajak berkelana mengeksplor Istana Jambu ini. Kak Jeni kami memanggilnya, sang tour guide habis dihantam bertubi pertanyaan saat berhadapan dengan pers kampus seperti kami.

Meski terbilang baru, Medan Istana Jambu saat ini telah memiliki koleksi tanaman buah dan sayur yang beragam dengan luas tanah hampir 3 hektar.

“Kita itu jalan dua bulan, tapi tumbuhan disini sudah hampir enam tahunan. Dulu kata bosnya ini hanya kebun pribadi walau buahnya dijual ke supermarket, cuma semakin dirawat semakin bagus terlebih di Narorambe belum ada objek wisata,” papar penjelasan salah satu pemandu istana jambu.

Untuk jenis kebun buah terdiri atas jambu air tom sam sie, jambu air taiwan red, jambu kristal (non biji), jambu biji mutiara, buah ajaib, durian musang king, apel India (putsa), rambutan Papua (matoa), pisang kepok, dan barangan serta srikaya (nona).

Sedangkan untuk jenis kebun sayur diantaranya kangkung, bayam, timun, jagung manis, kacang panjang, dan sawi. Ada hal mencuri perhatian kami saat menjelajah di dalam pekarangan kebun yang dipunyai orang Chinese tersebut. Bahwa ada sejenis umpan pemanipulasi sang lalat buah. “Jadi kita menyiapkan perangkap lalat buah di dalam botol plastik berisi air namanya kinglu (pewangi). Ini untuk memanipulasi lalat buah yang ia akan menganggap itu buah lalu ia akan terperangkap di dalamnya dan tidak jadi merusak buah. Biasanya kinglu ini untuk buah-buah berpohon besar seperti jambu,” ujar Kak Jeni lebih lanjut.

Di luar jenis tanaman, ternyata pengelola istana jambu ini juga mengembang-biakkan jenis hewan meliputi burung perkutut, burung ayam-ayaman, ayam kate, ikan nila, ikan mas, juga kelinci.

Bicara fasilitas, pihak istana jambu cukup memanjakan pengunjung setelah sebelumnya dibekali edukasi terkait agrowisata. Kita akan menjumpai kantin, kolam renang, dan karoeke di lantai satu, sedangkan ruang pendidikan seperti perpustakaan minim berada di lantai dua, dan ruang santai atau lebih tepat diandalkan spot foto itu di lantai paling atas, lantai tiga.

Kesemua fasilitas itu kami dapatkan hanya dengan merogoh kocek yang tidak terlalu dalam sebab kantong mahasiswa seperti yang sudah lazimnya, pas-pas an. Tiket masuk berupa voucher. Untuk dewasa dipatok harga Rp30.000 sedangkan untuk anak-anak hanya dikenai Rp20.000. Cukup setimpal dengan apa-apa yang diperoleh.

Voucher itu sendiri kita bisa menukarkan nya dengan makanan/minuman dan buah/sayur. Namun mereka hanya menerima background siswa di hari biasa, dan untuk weekend baru lah dibuka untuk tamu.

(Analisadaily/Audry Uyuni)
Rasa bangga berselimutkan bahagia tergambar di raut wajah kami masing-masing. Tak lupa mengabadikan momentum dengan berpuluh-puluh jepretan foto plus rekaman video menjadi saksi bisu perjalanan kami dibawah mentari minggu itu.

Tak lupa, dengan menenteng jambu air pulang sebagai andalan produk istana jambu menutup agenda hunting pada (2/12) lalu. See you in next hunting!

Berita kiriman dari: Audry Uyuni

Baca Juga

Rekomendasi