Bonar Simanjuntak (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily - Jika Anda adalah pelanggan transportasi online, ketika mendapatkan alokasi kendaraan, pengemudi Anda menulis pesan bahwa dirinya tuli, apa yang ada di benak Anda? Mungkin tanggapannya beragam.
Bagi Bonar Bangun Simanjuntak, seorang mitra pengemudi yang juga teman tuli, hanya satu yang terbayang, yaitu bisa bekerja dan beribadah untuk menafkahi istri dan menunjang masa depan anak perempuannya.
Menyambut Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember 2019, kisah Bonar bisa jadi inspirasi. Bonar mengaku selalu mengirim pesan kepada penumpang tentang kondisinya yang tuli. Dia mengaku menerima segala tanggapan. Dan sejauh ini, dia tidak pernah merasa dirugikan.
Bonar adalah teman tuli pertama di Bandung yang menjadi mitra GrabBike. Dia bergabung bersama Grab sejak April 2017. Di tengah keterbatasan yang dimilikinya, Bonar tidak pernah merasa ruang geraknya dibatasi.
Dia bahkan ingin mendobrak perspektif bahwa teman tuli berbeda dengan mereka yang tidak tuli. Salah satu buktinya adalah keterlibatan dia menjadi mitra GrabBike, dimana ia terus produktif dan bisa berkarya.
“Saya tidak merasa minder. Saya berani. Saya merasa percaya diri dan merasa kuat juga,” kata lelaki 30 tahun ini menggunakan bahasa isyarat, Senin (2/12).
Niat teguh Bonar untuk bekerja bagi orang-orang yang dicintainya tak pernah luntur. Dia bekerja mulai pukul 4 subuh hingga 10 malam. Hal itu dilakukannya setiap hari. Keluarganya merasa senang karena dia diberikan kesempatan untuk menafkahi mereka.
“Kalau misalnya saingan dengan orang dengar ya tidak apa-apa saingan saja. Kadang biasanya ada yang mengejek, ah tapi tidak apa-apa, mungkin mereka bercanda. Saya juga merasa harus giat bekerja, saya harus bisa mandiri,” ucapnya
Perjalanan Bonar untuk bisa bekerja dan berkarya tidaklah semulus yang dibayangkan. Dia harus menunggu beberapa waktu karena berbagai kendala. Awalnya dia ditolak empat kali saat melamar di beberapa tempat.
“Tapi saya sabar dulu. Saya terpikir menjadi mitra pengemudi transportasi online dan bikin foto dengan tulisan di kertas. Saya minta agar bisa bekerja di Grab. Akhirnya foto saya viral, tahun 2017. Saya kaget. Orang-orang banyak berkomentar. Bos Grab dari Jakarta telepon saya. Dia bilang, ‘Ayo kamu lamar,
Insyaallah kamu diterima.’ Ketika buka Whatsapp,
Alhamdulillah saya diterima. Akhirnya saya diterima,” tutur Bonar.
Seiring berjalannya waktu, teman tuli lainnya pun mengikuti jejak Bonar. Mereka mendapatkan kesempatan yang sama. Dia mengatakan, ada lebih dari 20 teman Tuli yang sudah menjadi mitra GrabBike di Bandung. Tidak jarang mereka berkumpul dan saling mentraktir.
Bonar merasa senang karena semakin banyak teman tuli yang mendapatkan kesempatan kerja di Grab. Di sisi lain, sebagai teman tuli, dia merasa tidak kesulitan berkomunikasi dengan
customer. Dia sudah terbiasa menggunakan fitur berkirim pesan untuk memberitahukan bahwa dirinya tuli sejak awal.
Meski dihadapkan dengan berbagai kendala dan kekurangan, Bonar selalu menganggap hal itu mudah dan bisa diatasi. Bonar tak pernah memanfaatkan kekurangannya untuk lebih menonjol dibandingkan dengan yang lain.
Bonar juga mengaku selalu menghormati penumpang dan mengutamakan keselamatan selama berkendara. Karena itu, dia tidak pernah mengalami insiden kecelakaan karena ia merasa bertanggung jawab atas keselamatan penumpang.
Dia menambahkan, merasa bersyukur karena sekarang Grab sudah bekerja sama dengan Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia). Dengan begitu, teman-teman tuli juga bisa bekerja sama.
“Soal rencana ke depan, saya akan tetap bekerja sebagai mitra GrabBike, lagian saya sudah 3 tahun,” ungkapnya.
(RZD)