Edy Rahmayadi temukan beras bau apek (Analisadaily/Jafar Wijaya)
Analisadaily (Medan) - Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi bersama Direktur Jendral Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga (PKTN) Kemendag Republik Indonesia, Veri Anggriono, melakukan pemantauan di Pusat Pasar, Kota Medan.
Dalam pemantauan harga tersebut, Edy mendatangi beberapa pedagang, mulai dari pedagang daging, beras hingga ikan. Pada saat bertemu dengan pedagang beras, Edy menemukan adanya beras yang sudah berbau. Dia sempat berbincang dengan pendagangnya bernama Acun.
Edy menunjuk satu karung besar berlogo Bulog yang belum dibuka. Acun membukanya dengan memotong talinya. Tak lama kemudian Edy mengambil dengan kedua tangannya, lalu menciumnya.
"Bau apek ini," ucapnya saat membuka karung beras tersebut, Rabu (4/12).
Kemudian Acun menjelaskan, beras dalam karung tersebut dibelinya sejak seminggu yang lalu. Menurutnya, hanya beras dalam karung besar saja yang berbau. Sedangkan yang berukuran 5 Kg tidak berbau.
"Tarik saja beras yang berbau," ucap Edy.
Kepada wartawan, Acun mengaku beras putih asal India yang memiliki tingkat kepecahan 15 persen itu baru saja dibelinya seminggu lalu. Dia tidak banyak membeli beras tersebut, hanya dua goni besar dan sepuluh goni ukuran 5 Kg dan 10 Kg. Rencananya, karena berbau akan ditukar.
"Ini berasnya kita jual Rp 9500 per Kilogram," ujarnya.
Kemudian Edy menjelaskan, untuk beras yang berbau, kemungkinan karena diletakkan tidak pada tempatnya dan tidak banyak, hanya beberapa goni saja.
"Beras kita tidak defisit, aman kita," terangnya.
Usai dari Pusat Pasar, Gubernur Sumut beserta rombongan menuju Gudang Bulog di Jalan Mustafa, Kelurahan Glugur Darat I, Kecamatan Medan Timur. Di gudang tersebut, Edy juga menemukan beras yang berbau, yakni beras dari Thailand dan India.
Wilayah Perum Bulog Kanwil Sumatera Utara, Arwakhudin Widiarso menuturkan, dengan temuan sebagian beras berbau ada persoalan umur simpan. Pihaknya akan melakukan evaluasi.
"Tapi yang jelas beras yang ada tadi secara visual masih cukup bagus karena saat dibeli dalam kondisi bagus cuma dipersoalan umur simpan," tuturnya.
Arwakhudin menambahkan, beras yang berbau tersebut disimpan sejak akhir 2018. Sementara beras premium yang tidak berbau, baru berumur 2 - 3 bulan.
"Beras premium rata-rata baru 2 sampai 3 bulan masa simpan. Yang mulai bau, itu sebagian ya, itu akhir 2018. Biasanya akan dilakukan uji laboratorium. Yang akhir 2018 itu sekitar 20 ribu ton," tambahnya.
(JW/RZD)