GMC akan terlihat di beberapa wilayah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau khusus di Kabupaten Siak, Kepri, Kalimantan Utara, Sebagian Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat khusus di sekitar Singkawang.

Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaludin mengatakan, dalam lintasan GMC akhir tahun ini, tidak akan ada efek yang dirasa. GMC pada dasarnya memiliki sifat berbeda dengan gerhana matahari total.

GMC diperkirakan dimulai pada pukul 12.15 WIB, dengan puncak acara pada 12.17 WIB dan berakhir pada 12.19 WIB.

"Prilaku hewan juga tidak akan berubah," kata Thomas, Rabu (18/12).

Thomas memaparkan, pada akhirnya, GMC yang akan terjadi pada 26 Desember, merupakan aktivitas matahari yang tertutup oleh bulan.

Namun, dalam sorotannya ke bumi, Bulan tidak menutup seluruh bentuk matahari. "Menyesuaikan, bagian tepi, Terbentuk seperti cincin," kata Thomas dilansir dari situs resmi LAPAN, Kamis (19/12).

Ia menambahkan, aktivitas GMC memang sering terjadi, bahkan bisa mencapai setiap satu atau dua tahun sekali. Akan tetapi, karena lintasannya selalu berbeda, maka lokasi yang lebih penting dari sorotan pun tidak selalu di lokasi yang sama.

“Di Indonesia sebelumnya terjadi pada 1998, kemudian 2009, kemudian di akhir tahun ini,” katanya.

GMC akan kembali terlihat di Indonesia pada 2031 mendatang. Lapan akan menjadikan momen GMC sebagai edukasi bagi masyarakat. "Kami akan melakukan pengamatan di Siak dan Singkawang, di sana juga ada planetarium mini," tutur dia.

Sedangkan untuk lokasi pengamatan GMC lainnya, LAPAN akan mengamatinya di Pontianak, Pasuruan dan Garut. Menurut dia, jika masyarakat menginginkan fenomena matahari itu, bisa dilakukan di tengah hari.

Dia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak memaksakan kemampuan mata kompilasi melihat GMC.

“Dihentikan dengan menggunakan kaca mata khusus matahari,” tambahnya sebagaimana dilansir dari lama Republika.co.id.

(CSP)