Meski Tak Miliki Kaki, Sihar Lumbantorun Terus Berjuang Demi Kuliahkan Anak

Meski Tak Miliki Kaki, Sihar Lumbantorun Terus Berjuang Demi Kuliahkan Anak
Sihar Lumbantoruan penyandang disabilitas yang tak pasrah pada kehidupan. (Analisadaily/Sarifuddin Siregar)

Hidup ini sesungguhnya berat. Tetapi tidak boleh mengeluh. Menyesal atau mempersalahkan bukan solusi. Tantangan harus dilalui dan waktu mesti diisi agar
bisa makan dan menyekolahkan anak.

Rentetan kalimat itu diucapkan Sihar Lumbantoruan (52), seorang penyandang disabilitas, terlahir tanpa kaki.

Kepada Analisa, warga Panji Porea, Desa Sitinjo Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi itu bercerita perjuangannya membiayai kuliah dan sekolah anak, Minggu (8/3).

Sihar berkisah di kediamannya yang disulap menjadi ladang mencari nafkah. Saban hari, rumah Sihar yang sederhana dikunjungi para warga.

Mereka hendak bercengkrama sambil minum kopi khas Sidikalang di rumah Sihar yang dijadikan "kedai sampah", kios sederhana.

Warungnya itu menyediakan gula, rokok , telor, mi instan dan jajanan anak-anak.

Meski dalam keterbatasan, sikap ramah membuat warungnya jauh dari suasana sepi. Tubuhnya lincah mengambil ragam pesanan pembeli.

Bahkan ia juga cekatan mengendarai beca motor yang dimodifikasi untuknya.

Karena keadaanya, Sihar juga menerima bantuan pemerintah. Itu terlihat dari tulisan yang tertempel di pintu: "keluarga sangat sederhana penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan lainnya,".

“Ya, kami menerima bansos pemerintah” kata Sihar didampingi istri, Labora Simarmata.

Sihar bercerita lewat segala perjuangan ia berusaha keras membiayai kebutuhan keluarga.

Putra sulungnya, Roy Rudianto Lumbantoruan kini kuliah semeser 8 jurusan teknik mesin di Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung dengan indeks prestasi 3,4.

Untuk si buah hati itu, dia harus mengirim bulanan Rp1,5 juta berikut uang kuliah Rp7 juta per tahun. Direncanakan, anaknya diwisuda Oktober mendatang. Sedang 3 adiknya duduk di jenjang berbeda mulai dari SMP hingga bangku SMK.

"Apapun harus dikerjakan sepanjang halal. Tak boleh istilah malu," tegasnya.

Agar usahanya terus berjalan, dia wajib belanja rata-rata Rp500 ribu ke grosir Nababan berjarak sekitar 2,5 kilometer setiap hari.

Selain jualan kecil-kecilan, sesekali ia juga turun ke ladang bersama istri dan anak.

Lahan ditanami jagung, cabai dan komoditas lainnya. Dulunya, uang kuliah sangat terbantu dari hasil ternak babi.

"Sayang, 12 ekor piaraan itu, mati akhir akibat serangan virus. Saya rugi sekitar Rp25 juta," ujarnya.

Namun Sihar tak menyerah.

Sejak kecil ia diajarkan untuk tak pernah pasrah pada keadaan.

Saat kanak-kanak, tangannya berfungsi ganda. Ketika mulai merangkak, tangan dipakai mirip pijakan, berpindah dari satu tempat ke titik lainnya.

Kini Sihar fokus berjualan. Ia mendambakan adanya keringanan pinjaman untuk mengembangkan usaha.

Peluang bisnis terbuka lebar mengingat lokasi berada di jalan besar. Ratusan kendaraan melintas di depannya selama 24 jam.

"Kalau dikenai bunga, pasti bikin ‘poning’. Bagaimana membayar pangkal dan bunga, biaya kuliah anak serta kebutuhan sehari-hari," keluhnya.

Ia juga bercerita persalinan istrinya yang penuh gundah.

Takut, kalau-kalau anak cacat seperti dirinya.

Puji Tuhan, berkat diterima luar biasa. 4 anaknya lahir sempurna.

“On ma hahomion ni Debata (ini adalah mukjijat Tuhan)” ujarnya.

Sang istri, Labora tak mau ketinggalan cerita. Ia mengaku mencintai sang suami sepenuh hati. Pertemuan mereka, awalnya dijodohkan kawan. Kesan pertama, menerima apa adanya.

Pun begitu, pernikahan diwarnai pergumulan di tingkat orang tua. Labora mengatakan, ayahnya tak merestui pembentukan mahligai rumah tangga.

Karenanya, mereka memilih ‘kawin lari’. Belakangan, keberadaan berubah manis mengingat suami bertanggung jawab berikut kehadiran buah kasih.

“Dulu kami jualan tuak di pesta-pesta. Malam-malam sudah pasang lapak” ungkap Labora.

Sedikit demi sedikit rezeki membaik.

"Tahun 2019 kami sudah punya sepeda motor dimodifikasi jadi becak," kata Labora yang berharap anak-anaknya bisa sekolah tinggi dan meraih kesuksesan.

Penulis:  Sarifuddin Siregar
Editor:  Bambang Riyanto

Baca Juga

Rekomendasi