
PEREMPUAN kini tak lagi berkutat pada kasur, sumur dan dapur. Mereka kerap juga didapuk jadi seorang pemimpin, dan kala memegang posisi top leader perempuan selalu memiliki strategi tersendiri untuk "menaklukkan" bawahannya. Seperti Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara, Sabrina yang bercerita kepada Analisa tentang style kepemimpinannya.
“DENGAR ya woi, ini mamak kelen yang becakap”. Dengan logat anak Medan itulah, Raja Sabrina menghangatkan suasana. Tapi kadang, perlu juga cerewet ke aparatur sipil negara (ASN) yang laki-laki maupun perempuan. Inilah kelebihan omak-omak memimpin.
Sejak bertugas 8 Juni 2018 sebagai ASN tertinggi di jajaran Pemprovsu, Sabrina memang tak pernah pilih kasih dengan ASN bawahannya. Laki-laki dan perempuan baginya sama saja. Kalau baik, ia katakan baik. Kalau buruk ia katakan buruk. Dalam hal memuji, ia pun tak suka yang berlebihan. Cukup memuji sekadarnya saja. “Sudah bagus kerjamu. Besok-besok buat seperti ini lagi ya,” katanya.
Bagi wanita kelahiran Rantauprapat, 12 Mei 1961 ini, memuji bawahan dengan hal yang berlebihan merupakan hal yang kurang baik. “Aku tak suka pula itu. Misalnya cantik kali kau hari ini ya. Risih kurasa. Jadi yang sewajarnya saja,” ucapnya. Begitu juga dalam memimpin. Ia juga tak suka yang berlebihan. Baik, tapi tidak baik sekali. Cerewet juga tidak cerewet sekali. Semua, ada porsinya. Terlepas dari teori kepemimpinan “ini-itu”, ada beberapa hal yang ia terapkan kepada bawahan. Sifat kepemimpinannya adalah kondisional. Kondisional di sini menurut wanita yang pernah menjadi sales obat ini adalah bahwa memimpin itu ada seninya.
Kepada pimpinan-pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprovsu, Sabrina sangat tegas. Karena ada yang setiap dikasih tugas, lama mengerjakannya. Tunggu dihubungi dulu baru datang. Ada juga bawahan yang cepat bekerja.
Untuk bawahan yang lama kerjanya. Ia kadang memberikan hukuman, meskipun hukuman terberat adalah teguran. Sementara yang cepat tadi, pujian yang tidak berlebihan. Jika pun marah, Sabrina mengaku hanya marahnya omak-omak kepada anaknya. Dia marah bukan kepada orangnya. Melainkan kepada kerjaannya. “Kalau omak-omak marah, paling dia hanya mencubit anaknya. Habis itu ia mandikan dan mengurus anaknya lagi. Kadang-kadang saya pun sering bilang, jangan marah kalian ya woi. Ini omak kalian sedang memberi nasihat,” ucapnya. Wanita pertama yang lulus S-1 dari Labuhanbatu ini juga sangat mengerti psikologis bawahan. Tak setiap saat ia marah dan cerewet. Sesekali, pejabat yang selalu tampil dengan pakaian sederhana ini juga suka bercanda. “Kadang saya juga suka pukul pundak bawahan saya. Saya tanya, gimana kabar istrimu. Gimana kabar anakmu?” ucapnya. Dengan cara itu, Sabrina bisa mendekatkan diri dengan bawahan. Bawahan merasa dihargai. “Itu yang tidak ada di teori kepimpinan tadi,” sebutnya. Pesan Sabrina, untuk menjadi ASN dan pemimpin yang sukses, jangan pernah berharap. Karena ketika sudah berharap dan harapan itu tidak tercapai, maka timbul kekecewaan. Ketika sudah kecewa maka mulai menyalahkan orang lain. Ke depan, baik laki-laki ataupun perempuan, berbuat dan bekerjalah dengan baik. Pemimpin suka dengan bawahan yang bekerja baik. Karena ketika ia sudah bekerja dengan baik, maka pasti akan dilihat pemimpin. Mau membuang dia pun, pemimpin akan berpikir dua kali.
“Aku perempuan. Kau perempuan. Aku dari kampung. Kau juga dari kampung. Tengoklah aku. Kau pun pasti bisa. Pasti sanggup kalau kita berkualitas,” tutup lulusan doktor dari Universiti Sains Malaysia ini.