Ketua Umum Sentra Informasi Masyarakat dan Petani (Simpati) Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) Safrul Hayadi. (Analisadaily/Amirul Khair)
Analisadaily.com, Perbaungan - Semua sektor perekonomian masyarakat di Indonesia sangat terdampak wabah Corona Virus Disease 2019. Kondisi itu mengancam lemahnya perekonomian nasional bila tidak ada kebijakan strategis pemerintah untuk mengatasi kondisi tersebut.
Meski ‘terseok-seok’, sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang juga terdampak diyakini akan tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19. Bahkan UMKM menjadi sektor yang menyelamatkan ekonomi nasional dari terpaan lesunya perekonomian imbas COVID-19.
Hal tu dikatakan Ketua Umum Sentra Informasi Masyarakat dan Petani (Simpati) Kabupaten Serdangbedagai (Sergai) Safrul Hayadi kepada
Analisadaily.com, Jumat (16/4) menyikapi lesunya ekonomi Indonesia akibat wabah COVID-19.
Prediksi tetap bertahan bahkan justru menjadi penyelamat ekonomi nasional karena UMKM adalah fondasi ekonomi Indonesia yang dengan semangat gotong royong menjadi kekuatan luar biasa warisan nenek moyang bangsa ini dan sudah teruji.
“Memang UMKM berdampak bahkan babak-belur imbas dari wabah virus Corona ini. Tapi UMKM akan tetap bertahan dan menyelamatkan ekonomi nasional kita,” ujarnya.
UMKM adalah cerminan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa ini dan tidak akan pernah padam. Bertahannya UMKM dikarenakan tranksaksinya memberdayakan potensi lokal dari rakyat untuk rakyat dan tidak pernah berhenti.
Pedagang beras misalnya, memberdayakan potensi lokal dari hasil tanaman petani dan konsumennya juga kembali kepada masyarakat, karena makanan pokok bangsa Indonesia mayoritas mengonsumsi beras.
“Artinya, perputarannya dari rakyat untuk rakyat,” terang Safrul.
Dalam skala nasional tambahnya, beras yang menjadi potensi lokal bila diperhatikan dan dijamin pemerintah akan menghidupkan roda perekonomian. Memanfaatkan jumlah penduduk Indonesia sekira 250 juta jiwa, maka produksi beras sejatinya tidak perlu impor jika petani mendapatkan jaminan dari pemerintah.
“Bukan nggak dahsyat itu. Hanya memberdayakan potensi lokal dan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam negeri saja, perekonomian masyarakat akan hidup. Tidak usah dulu berpikir impor maupun ekspor,” urainya.
Safrul menilai, orientasi negara semestinya jangan berpikir ekspor maupun impor dulu terhadap potensi ekonomi lokal. Tapi dikuatkan dengan dukungan dan jaminan sehingga bisa maju dan berkembang.
“Orientasi negara jangan berpikir ekpsor. Itu dulu (potensi lokal) yang dibenahi. Manfaatkan produksi negeri sendiri. Bagaimana kita mau bersaing sementara kita bangga pakai produk orang lain,” terangnya.
Teruji
Sektor UMKM dalam sejarah krisis ekonomi (moneter) Indonesia dan serangan krisis global, sudah teruji tetap mampu bertahan meski mengalami ‘jatuh bangun’. Usaha dan industri besar berkelas internasional ternyata tidak mampu bertahan saat itu sehingga harus ‘gulung tikar’ dan menimbulkan masalah sosial baru berupa pengangguran.
“Waktu krisis ekonomi melanda Indonesia, berapa banyak perusahaan besar bangkrut. Tutup tak sanggup bertahan. Tapi lihat UMKM, tetap bertahan. Kalau tidak ada UMKM, ekonomi nasional akan kolaps (runtuh),” tegasnya.
Belajar dari pengalaman sejarah perekonomian bangsa Indonesia, seharusnya UMKM sebagai salah satu kekuatan fondasi ekonomi lokal mendapatkan tempat dan perhatian dari pemerintah dalam kebijakan pembangunannya.
Indonesia sebagai negara agraris dengan kekayaan alamnya yang menjadi potensi ekonomi lokal merupakan ‘kepingan surga’ di bumi yang bila diberdayakan secara maksimal akan menyejahterakan rakyatnya.
(AK/CSP)