Konvoi bus yang membawa kendaraan melewati pos penjagaan Korea Selatan dan melalui DMZ, menuju Korea Utara pada 2018. (AFP/Ed JONES)
Analisadaily.com, Seoul – Terjadi saling balas tembakan di perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan di sekitar pos penjagaan Korea Selatan, Minggu (3/5) pagi waktu setempat.
Penembakan itu terjadi setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, hampir tiga pekan absen dari hadapan publik, dan baru-baru ini dia muncul dengan media pemerintah sedang mengunjungi sebuah pabrik.
Kepala Staf gabungan Korea Selatan menyampaikan dalam sebuah pernyataan, beberapa tembakan dilancarkan dari Korea Utara pada pukul 7.41 pagi waktu setempat menuju sebuah pos penjagaan di Korea Selatan yang berbatasan dengan Korea Utara.
Korea Selatan merespons dengan menembakkan dua tembakan ke arah Korea Utara. Tidak ada cedera yang dilaporkan.
Setelah berminggu-minggu spekulasi kuat tentang kesehatan dan keberadaan Kim, media resmi negara itu menerbitkan foto dan laporan pada hari Sabtu, bahwa Kim telah menghadiri penyelesaian pabrik pupuk, setelah muncul sejak 11 April lalu.
Kim terlihat di foto-foto tersenyum dan berbicara dengan para pembantu di upacara pemotongan pita dan berkeliling pabrik. Keaslian foto, yang diterbitkan di situs web surat kabar resmi Rodong Sinmun, tidak dapat diverifikasi.
Dilansir dari
Channel News Asia, pertukaran tembakan adalah konfrontasi terbaru antara Korea saingan yang secara teknis tetap berperang.
Dalam briefing panjang yang diadakan pada hari Minggu, seorang pejabat di kepala staf gabungan Korea Selatan mengatakan tembakan itu tampaknya bukan provokasi yang direncanakan.
Karena, daerah tempat kejadian merupakan tanah pertanian, tetapi menolak untuk memberikan kesimpulan yang jelas tentang insiden tersebut.
"Dengan tidak adanya visi (untuk target) dan dalam kabut, apakah akan ada provokasi yang akurat,” kata pejabat itu.
Menanggapi itu, Wakil Presiden Institut Asan untuk Studi Kebijakan, Choi Kan, meyakini waktu provokasi wilayah abu-abu menunjukkan, itu bisa direncanakan untuk menunjukkan, Kim masih bertanggung jawab atas militer Korea Utara.
"Kemarin, Kim berusaha menunjukkan, dia sangat sehat, dan hari ini, Kim berusaha membisukan semua jenis spekulasi bahwa dia mungkin tidak memiliki kendali penuh atas militer," kata Choi.
"Daripada pergi jauh-jauh dengan menembakkan rudal dan mengawasi peluncuran rudal, Kim bisa mengingatkan kita, 'ya saya sehat dan saya masih berkuasa',” sambung Choi.
Profesor urusan internasional Universitas Ewha, Leif-Eric Easley di Seoul mengatakan, insiden penembakan itu dapat ditujukan untuk meningkatkan moral militer Korea Utara.
"Rezim Kim mungkin mencari untuk meningkatkan moral pasukan garis depan dan untuk mendapatkan kembali kekuatan negosiasi yang hilang selama minggu-minggu penuh desas-desus tentang ketidakhadiran pemimpin," kata Easley.
"Korea Selatan dan Amerika Serikat seharusnya tidak menganggap enteng pelanggaran Korea Utara terhadap perjanjian militer yang ada,” tambah Easley.
(CSP)