Masyarakat tampak melakukan penanaman bawang prei dilakukan di desa Merdeka, Minggu (28/6). (Analisadaily/Alex Ginting)
Analisadaily.com, Berastagi - Tanaman muda jenis bawang prei (Allium porrum) merupakan tanaman khas bagi masyarakat Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo. Sudah puluhan tahun tanaman hortikultura, bawang pre merupakan tanaman masyarakat luas sebagai andalan penopang ekonomi warganya.
“Tidak ada warga Kecamatan Merdeka yang berbatasan dengan wilayah Kecamatan Berastagi, Simpangempat, Kabanjahe ini yang tidak menanam bawang prei,” kata salah seorang petani, Jusren Ginting, warga desa Merdeka, Minggu (28/6).
Kata dia, bawang prei dapat dipanen setelah masa tanam berusia2,5-3 bulan dengan modal berkisar Rp3 ribu/kg. Hama yang akhir-akhir ini menyerangnya jenis “kutu buluh” (trips). Ada juga jenis penyakit jamur (fusarium) dan busuk akar.
Ada juga hama seperti kumbang penghisap dan ulat grayak. Penyakit dan hama ini ditangani masing-masing petani dengan selalu uji-coba pestisida yang ditawarkan pihak penjual pestisida atau pupuk di pekan.
“Terus terang, peran pihak penyuluh (PPL) dari Dinas Pertanian di kecamatan kurang berperan. Bahkan yang tampil selalu di lapangan adalah pihak-pihak dari perusahaan yang menawarkan pestisida atau bibit yang diproduksi suatu perusahaan kepada petani,” jelas Jusren.
Ditanya soal harga produksi, pihaknya mengaku tidak mahal, namun juga tidak murah. Dari dulu sampai saat ini standar normal. Saat ini berkisar Rp25.000 sampai Rp30.000/kg di pasar. Soal produksi, Jusren mengakui mencapai 15 ton sampai 20 ton/ha.
Luas tanaman berkisar 100 hektar lebih di wilayah Kecamatan Merdeka dan kini mulai berkembang ke berbagai wilayah kecamatan lainnya.
"Seperti Kecamatan Simpangempat, Dolatrayat, Barusjahe dan Tigapanah. Tapi awalnya pengembangan bawang pre adalah di wilayah Kecamatan Merdeka yang bertahan sampai saat ini," tambah Jusren.
(ALEX/CSP)