Presiden Joko Widodo berfoto bersama penerima bantuan modal kerja di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (15/7/2020). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Analisadaily.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi ingin penanganan penyakit tuberkulosis (TBC) dan Covid-19 dilakukan berbarengan.
"Kita sudah memiliki model untuk Covid-19. Kita mungkin nebeng (penanganan) Covid-19 ini agar kita juga melacak yang (menderita) TBC," kata Jokowi dalam rapat terbatas mengenai percepatan eliminasi TBC, di Istana Merdeka Jakarta, Selasa (21/7).
"Ada 845 (ribu) penduduk penderita TBC, dan yang ternotifikasi baru 562 ribu. Sehingga yang belum terlaporkan masih kurang lebih 33 persen, ini hati-hati," sebutnya dalam rapat yang dihadiri oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin, serta menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju.
Dilansir dari
Antara, Jokowi juga mengingatkan bahwa pemerintah terus berupaya menekan kasus TBC dan menargetkan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit tersebut pada 2030.
"Saya minta diperhatikan beberapa hal, dan saya kira seperti yang kita lakukan sekarang ini untuk Covid-19. Saya tidak tahu, apakah ini bisa ditumpangkan di Covid-19 grup sehingga kendaraannya sama, kalau kita bisa menyelesaikan dua hal yang penting bagi kesehatan rakyat, saya yakin bisa lebih mempercepat," ucapnya.
Menurut data pemerintah pada 2017 ada 165 ribu orang meninggal dunia karena TBC di Indonesia, dan pada 2018 jumlah orang Indonesia yang meninggal dunia karena penyakit itu masih 98 ribu.
"75 persen pasien TBC adalah kelompok produktif, artinya di usia produktif 15 sampai 55 tahun, ini yang juga harus kita waspadai," ujarnya.
Jokowi juga mengatakan, pelayanan diagnostik dan pengobatan TBC harus diselenggarakan dengan baik.
"Stok obat-obatan harus dipastikan tersedia, kalau perlu butuh perpres (peraturan presiden) atau permen (peraturan menteri) segera terbitkan," pesannya.
"Prinsip kita sejak awal segera temukan, obati, itu yang dilakukan, seperti yang kita kerjakan pada Covid-19. Ini saya kira kita copy untuk TBC," sambungnya.
Orang nomor satu di Republik Indonesia itu juga mengemukakan pentingnya upaya preventif dan promotif lintas sektor dalam penanganan tuberkulosis.
"Termasuk dari sisi infrastruktur, semuanya harus dikerjakan, terutama untuk tempat tinggal, rumah lembab tanpa cahaya matahari, kurang ventilasi terutama tempat-tempat yang padat, kepadatan lingkungan ini betul-betul sangat berpengaruh terhadap penularan antar-individu," paparnya.
Jokowi menginstruksikan kepada Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk bekerja sama menekan penularan TBC.
(RZD)