Sistem Peringatan Dini Indonesia Jadi Referensi di Asia Tenggara

Sistem Peringatan Dini Indonesia Jadi Referensi di Asia Tenggara
Staf BMKG menunjukkan prakiraan cuaca kepada media di Kantor BMKG Jakarta, Selasa (14/1) (ANTARA/Katriana)

Analisadaily.com, Jakarta - Sistem peringatan dini terhadap ancaman hujan lebat yang dimiliki Indonesia menjadi referensi bagi negara-negara lain di Asia Tenggara dan Pasifik.

"Teknologi yang digunakan sebagai referensi itu disebut Numerical Weather Prediction atau NWP," kata Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, Agie Wandala Putra.

Dilansir dari Antara, Jumat (24/7), Agie mengatakan, teknologi yang disebut sebagai model cuaca numerik dan dioperasikan prakirawan di setiap provinsi di Indonesia itu dapat mendeteksi dan memprediksi kondisi cuaca dalam 3, 12, dan 24 jam, bahkan dalam sepekan ke depan.

Model cuaca numerik itu, kata dia, menjadi "leading sector" atau referensi bagi negara-negara lain di Asia Tenggara dan Pasifik.

"Jadi kita itu juga membantu Timor Leste, Malaysia, kemudian di Fiji, negara-negara di Pasifik, Solomon, Tonga, itu karena kita mampu menyediakan peringatan dini untuk ancaman-ancaman hujan lebat," paparnya.

Secara khusus, Indonesia juga memiliki sistem peringatan dini yang bersifat analitik yang disebut dengan prakiraan cuaca berbasis dampak.

Sistem prakiraan berbasis dampak itu, lanjut Agie menjelaskan, dikerjakan dengan membuat pemodelan banjir dan pemodelan-pemodelan yang terkait dengan aspek hidrometeorologi lainnya.

Sistem-sistem peringatan dini itu termasuk sebagai sistem yang memperkirakan proses kejadian jangka cepat.

Selain NWP, dan prakiraan cuaca berbasis analitik, BMKG juga memiliki sistem peringatan dini cuaca ekstrem atau disebut meteorology early warning system (MEWS).

"Jadi sistem cuaca ini perhitungannya dari satu jam sampai tujuh hari ke depan," sambungnya.

Untuk sistem prakiraan jangka cepat itu, BMKG juga memiliki perlengkapan memonitor perkembangan cuaca atau potensi cuaca ekstrem atau lebih sering disebut radar cuaca.

"Radar cuaca ini bisa kita gunakan untuk deteksi ancaman hujan lebat, daerah-daerah mana yang akan terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Dan kemudian dari data-data itu kita bisa melakukan analisis untuk menghitung akan ada ancaman banjir atau tidak, akan ada ancaman banjir bandang atau tidak," tambahnya.

Untuk sistem prakiraan proses kejadian cuaca jangka lama, BMKG memiliki platform sistem peringatan dini bernama climatology early warning system (CEWS).

"Karena iklim biasanya panjang, ada sebulan, dua bulan, tiga bulan. Nah, itu BMKG diamanahi untuk menyampaikan peringatan dini iklim ekstrem. Sehingga, kita tahu gambaran enam bulan ke depan, sembilan bulan ke depan, itu kita akan menghadapi curah hujan tinggi enggak sih? Kita akan menghadapi kondisi kekeringan atau tidak," kata Agie.

(CSP)

Baca Juga

Rekomendasi