Setia Bakti TNI di Tengah Pandemi

Setia Bakti TNI di Tengah Pandemi
Dua personel TNI mengawal iring-iringan truk pengangkut material untuk pengerasan jalan TMMD di sebuah jembatan kayu yang rusak terendam banjir sedalam 30 centimeter, di Desa Desa Rimba Sawang, Tenggulun, Aceh Tamiang, Minggu (12/7). (Analisadaily/Dede Harison)

Analisadaily.com, Aceh Tamiang - Banyak daerah di Indonesia tak luput dari serangan wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Salah satunya Aceh Tamiang. Sejak beberapa waktu lalu sampai sekarang, kabupaten ini berstatus zona kuning. Bahkan, pernah ditetapkan sebagai zona merah berdasarkan surat edaran Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.

Di tengah pandemi seperti itu, TNI melangsungkan program Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) di kabupaten ini oleh Kodim 0107/Aceh Tamiang. Prajurit TNI bergotong royong dengan masyarakat untuk merealisasikan kegiatan fisik maupun nonfisik.

Salah satu hal terpenting saat pandemi ialah penerapan protokol kesehatan. Semua orang harus beradaptasi dengan kebiasaan baru itu untuk menghindari penularan dan penyebaran Covid-19. Penerapannya terutama dalam kerumunan orang.

Bupati Aceh Tamiang, Mursil, ikut merasakan sulitnya menjalankan program TMMD di masa pandemi ini. Dinyatakannya, daerahnya hingga saat ini belum mampu keluar dari zona kuning ke hijau karena masih ditemukan kasus positif suspek Covid-19 di kabupaten pintu gerbang Serambi Mekkah itu.

“Aceh Tamiang masih kuning. Belum bergeser kita. Kemarin tambah lagi tujuh orang dari Kejuruan Muda sudah diisolasi,” ungkapnya, Kamis (30/7).

Namun selaku kepala daerah, Bupati Mursil sangat mengapresiasi berbagai operasi TNI yang pro-rakyat wilayah pedalaman. Faktanya, daerah-daerah yang selama ini terisolir bisa dijangkau dan ditembus dengan waktu yang singkat.

“Di tahun berikutnya, Aceh Tamiang masih sangat memerlukan program TMMD karena masih ada wilayah belum didukung infrastruktur memadai,” ujarnya.

Terapkan Protokol Kesehatan

Ketua Tim Pengawasan dan Evaluasi Pusat Teritorial TNI Angkatan Darat (Wasev Puterad), Brigjen TNI Wahyu Sapto Nugroho menyatakan, TMMD tetap berjalan dengan tetap menjaga protokol kesehatan, seperti cuci tangan secara berkala, mengenakan masker dan menjaga jarak fisik. Aturan-aturan itu tidak boleh diabaikan.

Semuanya kita berbuat untuk rakyat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, kata Wahyu saat meninjau sasaran fisik TMMD Reguler ke 108 Kodim 0117/Aceh Tamiang meliputi Kampung Seumadam, Kecamatan Kejuruan Muda dan Rimba Sawang, Kecamatan Tenggulun, Kamis (23/7).

Diakuinya, ada perbedaan pelaksanaan TMMD sebelum dan sesudah munculnya Covid-19. Di masa pandemi, beberapa daerah tidak melaksanakan TMMD karena lebih fokus kepada penanganan Covid-19. Berikutnya, pelibatan personel juga tidak maksimal terkait wabah. Tapi target TMMD tetap dicapai. Tentang hasilnya, nanti Tanya saja ke rakyatlah ya, bagaimana manfaatnya, kata jenderal bintang satu ini.

Dipaparkan, banyak orang terdampak akibat meluasnya pandemi Covid-19, termasuk program TMMD. Namun, karena TMMD di Aceh Tamiang sudah terprogram, harus dilaksanakan sesuai aturan dan anjuran dari pemerintah untuk tetap wapada di mana pun berada.

Wahyu menerangkan, TMMD telah berjalan 40 tahun. Banyak perkembangan dan inovasi yang ditorehkan prajurit TNI kepada masyarakat, bangsa dan negara. Khususnya di wilayah desa pedalaman dan tertinggal yang merupakan benteng pertahanan terakhir NKRI.

Selaku penanggung jawab TMMD di lapangan, kami akan mengevaluasi, kaji ulang sebagai masukan ke depan sehingga kegiatan TMMD tetap bisa dipertahankan, imbuh mantan Wadan Puspom TNI AD itu.

Berjalan Lancar

Sejumlah kendaraan dan warga sudah bisa lewat jalan lereng setelah dibangun talud distabilisasi tebing dititik tersebut oleh program TMMD 108 Kodim 0117/Atam di Rimba Sawang, Tenggulun, Aceh Tamiang, Minggu (12/7). (Analisadaily.com/Dede Harison)
Jenderal lulusan Akmil 1988 ini meninjau kegiatan TMMD di perbatasan Aceh-Sumatera Utara (Sumut) dengan mengendarai motor trail didampingi rombongan Tim Wasev terdiri atas Aster Kasdam IM Kolonel Inf Robby Suryadi, Dandim 0117/Atam Letkol Inf Deki R Putra, Wasev Pusterad Mayor Yahya Suhaya dan unsur Forkopimdan Aceh Tamiang.

Menurutnya, TMMD Reguler 108-2020 di Aceh Tamiang berjalan lancar. Memang belum rampung sepenuhnya. Total pelaksanaannya baru mencapai 85 persen. Tapi, dia optimis target tercapai sampai sesuai waktu ditetapkan.

“Saya lihat hasilnya sudah cukup bagus. Perlu partisipasi masyarakat. Karena, kalau tidak ada pemeliharaan, apa yang dibangun cepat rusak nantinya. Misalnya, rehab rumah tidak layah huni (RTLH). Yang menempati juga harus merawat supaya bisa bertahan,” pesannya.

Disampaikan, ada beberapa pekerjaan fisik yang perlu dievaluasi. Contohnya gorong-gorong. Ini memerlukan pembuatan saluran mengatasi dampak air. Bila tidak dibuat, air akan menggenang. Perlu juga diperhatikan persoalan talud distabilisasi lereng karena bisa saja longsor di musim hujan.

“Nanti putus lagi jalannya. Jadi, perlu ada kelanjutan pembangunan berikutnya dari bidang PUPR,” ujarnya.

Dandim 0117/Aceh Tamiang Letkol Inf Deki Rayusyah Putra mengatakan, sejak pembukaan TMMD, 30 Juni 2020, hingga menjelang penutupan pihaknya selalu menginstruksikan penerapan protokol kesehatan bagi Satgas, saat di posko maupun lapangan. Protokol itu juga disampaikan dalam kegiatan sosialisasi Kesehatan/KB.

“Dalam sosialisasi itu kami dan petugas medis mengajak masyarakat untuk sering cuci tangan, pakai masker dan jaga jarak aman, terutama saat beraktivitas di luar,” sebutnya.

Jumlah personel dan masyarakat dalam Satgas TMMD kali ini sebanyak 150 orang. Mereka adalah sebanyak 135 personel TNI yang terdiri atas 30 personel Batalyon 111/Raider Khusus Karma Bakti Tualang Cut, satu regu Yon Zeni Tempur (Zipur), TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara masing-masing 5 personel khusus untuk sasaran fisik.

Dandim merincikan, sasaran fisik yang dituju ada enam, yaitu pengerasan jalan 6 x 3.100 meter, pembuatan talud stabilisasi lereng bukit sepanjang 41 meter dan tinggi 7 meter, pembangunan gorong-gorong (4 titik), perawatan jembatan (3 unit), RTLH (2 unit) dan pengecatan masjid (2 unit). Untuk sasaran nonfisik ada empat kegiatan, yaitu sosialisasi KB-Kesehatan, wawasan kebangsaan, bahaya narkoba dan penyuluhan pertanian.

Pekerjaan Tambahan

Ketua Tim Wasev Pusterad, Brigjen TNI Wahyu Sapto Nugroho (kiri) berdiri di titik finis pengerasan jalan TMMD saat melakukan peninjauan ke lokasi kegiatan fisik Bhakti TNI ini, di Aceh Tamiang, Kamis (23/7).(Analisadaily.com/Dede Harison)
Hingga H-2 penutupan, kemajuan seluruh kegiatan TMMD sudah mendekati 100 persen. Dandim menyatakan, dalam seminggu terakhir pihaknya tetap bekerja maksimal. Saat ini Satgas TMMD terus memacu pengerasan jalan sepanjang 900 meter. Pengerasan jalan ini adalah tambahan atau di luar target TMMD.

Sesuai RAB target TMMD dari titik 0 hingga 3.100 kilometer sudah rampung. Fokus saat ini adalah tambahan pekerjaan (over prestasi) dari titik 3.100 sampai ke ujung Desa Rimba Sawang sepanjang 900 meter, jadi totalnya empat kilometer, terang Deki.

Pekerjaan lain di luar target TMMD yaitu rehab jembatan kayu di Dusun Tanjung Periuk yang sering banjir. Akses vital di jalan utama desa itu akan direhabilitasi menggunakan bahan kayu keras dan cocok dengan kondisi alam setempat.

“Kayu yang kami pesan itu jenis paha rusa, biasanya kayu itu untuk bahan kapal boat nelayan, keras dan kuat,” ungkap mantan Danden Intel Kodam IM ini.

Tantangan lokasi TMMD secara geografis sangat berat. Satgas harus memahat lereng bukit rawan longsor. Hambatan lain adalah cuaca di hulu Aceh Tamiang itu tidak menentu. Tiba-tiba turun hujan dan air Sungai Simpang Kiri juga bisa meluap kapan saja.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, pelaksanaan TMMD terus berjalan. Sejumlah personel disebar di titik-titik rawan seperti pembangunan talud di stabilisasi lereng. Di tempat ini, mobil pengangkut tanah timbun belum bisa leluasa melintas karena sisi kanan-kiri jalan berupa jurang.

Titik ini dijaga dua personel, Sertu Nizam (Batipuanter) dan Serka S Hartato (Batiwanwil Kodim 0117/Aceh Tamiang). Mereka mengatakan, kendala yang dihadapi adalah cuaca. Saat hujan, angkutan material praktis tidak bisa masuk. Untuk mengejar batas waktu, prajurit TNI menambah jam kerja dan armada angkutan esok harinya.

“Disiasati kalau hujan, esoknya armada angkutan ditambah untuk agarbisa menyelesaikan pekerjaan sehari sebelumnya,” ujar Nizam di lokasi stabilisasi lereng di Dusun Sejahtera, Desa Seumadam, Minggu (12/7).

Saat itu, sejumlah alat berat dikerahkan untuk meratakan tanah timbun di atas lereng agar angkutan material bisa melintas. Sedikitnya empat unit alat berat mengerjakan program TMMD di kaki Gunung Leuser itu.

Terlihat pula dua personel TNI berjaga di sebuah jembatan rusak yang terendam banjir. Jembatan ini makin sulit dilalui, karena permukaan jembatan tergenang air sedalam 30 centimeter. Kedua prajurit ini diperintahkan mengawal iring-iringan armada truk tanah timbun untuk pengerasan jalan TMMD.

“Beruntungnya, sebelum banjir, kita sudah sempat memperbaiki jembatan dengan batang kelapa. Kalau tidak dikawal, truk bisa terperosok karena kayu lantai jembatan sudah banyak yang patah, sebut Praka Andre, personel Raider Khusus 111 Tualang Cut.

Kenakan Masker

Menurutnya, banjir ini terjadi karena Sungai Simpang Kiri meluap. Jika banjir berkepanjangan, mereka bergantian berjaga di lokasi akses penghubung satu-satunya tersebut. Dalam aktivitasnya mengawal angkutan, Andre tidak mengabaikan protokol kesehatan Covid-19. Dia selalu mengenakan masker dan merasa nyaman karena ada pembagian dalam setiap tugas selama TMMD.

“Kita hanya 10-15 orang digabung dengan warga saat bekerja. Ada juga kekhawatiran terhadap Covid-19, karena ‘kan virus itu, tidak terlihat,” ungkapnya.

Kekhawatiran semakin besar saat dia mendapat informasi seorang dokter diisolasi di Simpang Kiri, Tenggulun, karena terpapar corona. Sebab, tempat isolasi pasien positif itu masih satu wilayah dengan aktivitas TMMD. Sedikitnya 15 personel TNI tinggal di Posko Desa Rimba Sawang sampai penutupan TMMD.

Bagi Kodim 0117/Atam, TMMD Reg ke-108 ini merupakan TMMD ketiga kalinya sejak Makodim ujung timur Aceh ini diresmikan Pangdam IM Mayjen TNI Moch Fachrudin, 10 Maret 2018. Sebelumnya, TMMD Reguler ke-106/2018 atau perdana dipusatkan di Kecamatan Bandar Pusaka.

Kegiatan TTMD saat itu ialah membangun jalan menuju objek wisata air terjun Sangkapane dan di Kecamatan Tamiang Hulu membangun jalan penghubung dua daerah, yakni dari Aceh Tamiang menembus Lesten, Kabupaten Gayo Lues. Sedangkan TMMD ke-107/ 2019 dilangsungkan di Kecamatan Sekerak membangun jalan dua kampung terisolir, yakni dari Desa Sekumur sampai Desa Sulum.

Memuaskan Rakyat

Brigjen TNI Wahyu Sapto Nugroho bersama Aster Kasdam IM Kolonel Inf Robby Suryadi, Dandim 0117/Atam Letkol Inf Deki R Putra memandang perbukitan. (Analisadaily.com/Dede Harison)
Penduduk Desa Tebingtinggi, Umar; serta penduduk Desa Rimba Sawang, Kecamatan Tenggulun, Tarmizi dan Sukiman; ikut terlibat dalam program TMMD. Saat kunker Tim Wasev, mereka tengah mengerjakan penyelesaian pembangunan gorong-gorong.

Ketiganya tidak menyangka desa mereka bakal dibangun melalui kegiatan TMMD. Mereka senang bisa berpartisipasi bersama TNI mengerjakan program tersebut. Saat bekerja di lapangan, prajurit TNI dan warga digabung dalam jumlah tertentu dan di titik-titik tertentu. Ini untuk menghindari terjadinya kerumunan sebagaimana amanat protokol kesehatan.

“Setiap hari ada instruksi pakai masker dan jaga jarak saat kerja. Waktu membuat gorong-gorong ini pun cuma delapan orang, tiga orang warga dan ima prajurit TNI. Ini untuk mengantisipasi Covid-19,” ujar Tarmizi.

Penduduk Suka Makmur, Kecamatan Kejuruan Muda, Edi (40), mengaku setiap hari melewati jalan Rimba Sawang ketika hendak ke kebunnya. Dia gembira karena badan jalan setapak yang selalu dilintasinya kini sudah lebar dan mulus.

Penghasilan saya sehari-hari bersumber dari sini. Kalau jalannya bagus, kita cari makan juga enak, ucap Edi yang saat itu berboncengan dengan istrinya dan sengaja mengikuti karena ingin melihat aktivitas rombongan tim Wasev sebagai bentuk kebanggaannya terhadap TNI.

Edi punya kebun karet di Rimba Sawang seluas 1,5 hektare. Sejak 1994 dia sudah menjadi petani karet. Diceritakannya, sebelum ada TMMD, ruas jalan Rimba Sawang-Seumadam hancur dan sukar dilalui, apalagi setelah hujan. Bila sudah seperti itu, dia dan petani lainnya lebih memilih melintas dari seberang Sungai Aceh Tamiang saat pergi dan pulang dari kebun. Mereka melakoni itu selama belasan tahun.

“Sejak dibangun TMMD barulah saya lewat jalan sini. Kami mau pulang ke Suka Makmur lewat titi gantung Rimba Sawang,” tuturnya.

Untuk menghidupi keluarganya, dia tidak punya penghasilan lain selain dari kebun karet. Pendapatannya setiap timbang karet Rp300 ribu/pekan. Tapi, Edi bersyukur. Bila sebelumnya waktu tempuh ke ladangnya mencapai dua jam, sekarang cuma butuh 15 menit.

“Jalan ini sangat bermanfaat untuk mengeluarkan hasil pertanian. Harapan saya jalan ini tidak rusak-rusak lagi. Kalau bisa, yang sudah dikeraskan diaspal juga agar kehidupan kami petani jadi enak,” pintanya.

Sementara Sadi (50) dan Indra (22) warga Dusun Sejahtera Kampung Pipa, Seumadam ikut berpartisipasi dalam TMMD sebagai penjaga alat berat di lapangan. Menurut mereka, jalan Rimba Sawang-Kampung Pipa sekarang sudah bisa dilalui semua jenis kendaraan setelah dibangun leat TMMD.

Sebelumnya, jangankan mobil, motor pun sering tersangkut. Kalau hujan, jalan sepi dan warga takut untuk melintas. Waktu tempuh yang sebelumnya, ujar dia, 1-2 jam karena harus memutar dari jalan alternatif, sekarang jadi 15 menit saja untuk keluar masuk Rimba Sawang.

“Kalau jalan sudah siap, sangat terasa nikmatnya mengeluarkan hasil pertanian. Sangat memudahkan. Kami, petani, tidak berantakan lagi,” ungkapnya.

Dukung Penuh

Sementara, Wakil Ketua DPRK Aceh Tamiang, Fadlon, yang turut mendampingi Tim Wasev Pusterad melihat program TMMD sangat memuaskan. Walau belum rampung 100 persen, tapi manfaatnya sudah bisa dirasakan masyarakat. Sebelumnya, ada beberapa titik sasaran fisik yang sulit dilalui, tapi sekarang sudah mudah dilintasi kendaraan.

“Mudah-mudahan program TMMD ini tetap berlanjut. Kami dari legislatif yang merupakan unsur pemda akan mendukung penuh kegiatan TMMD tahun depan,” ungkapnya.

Penutupan TMMD 108 Kodim 0117/Aceh Tamiang yang tepat waktu ini dilakukan Komandan Korem (Danrem) 011/Lilawangsa Kolonel Inf Sumirating Baskoro, Rabu (29/7). Danrem menyaksikan penandatanganan berita acara serah terima hasil TMMD dari Dandim 0117/ Aceh Tamiang, Letkol Inf Deki R Putra kepada Bupati Aceh Tamiang, Mursil di Makodim setempat.

TMMD Reguler 108 tahun 2020 ini ditutup secara sederhana tanpa prosesi upacara guna menghindari keramaian karena Aceh Tamiang dan Indonesia saat ini dalam suasana pandemi.

Penulis:  Dede Harison
Editor:  Reza Perdana

Baca Juga

Rekomendasi