Rayakan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia

Foreindo Gelar Lomba Membuat Batik Shibori

Foreindo Gelar Lomba Membuat Batik Shibori
Para peserta lomba membuat batik Shibori yang digagas Foreindo (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Beragam cara dilakukan orang dalam memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75.

Para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Sumatera Utara yang tergabung dalam Forum Entrepreneur Indonesia (Foreindo) mengikuti lomba membuat batik Shibori di Kedai Dapoer Jamu Makjul, Jalan STM No. 41 Medan, Senin (17/8).

"Lomba ini bertemakan 'Merah Putih' dan baru pertama kali diadakan di Kota Medan. Foreindo sengaja membuat lomba batik Shibori karena berkaitan ke arah bisnis yang disukai oleh para pelaku UMKM," kata Ketua Foreindo, Lia Anwar, Selasa (18/7).

Menurutnya peserta yang mengikuti lomba semuanya perempuan dengan jumlah 10 orang.

Lia menyebut pembatasan peserta sengaja dilakukan demi menghindari penyebaran Covid-19.

"Panitia dan peserta tetap menjaga protokol kesehatan. Peserta dikenakan biaya pendaftaran Rp150.000 per orang dan sudah mendapatkan paket lomba maupun souvenir, seperti kain putih katun prima rajawali sepanjang 2 meter, masker merah putih, hand sanitizer, perlengkapan pewarnaan kain dan lain sebagainya," sebut Lia.

"Alhamdulillah, peserta begitu antusias mengikuti lomba ini. Karena selain dapat ilmu yang mengarah ke bisnis, juga termotivasi untuk menciptakan seni kreativitas terbaik. Hasil karyanya nanti untuk peserta sendiri. Selain dari Medan, ada juga peserta dari Deli Serdang dan Siantar," ujarnya.

Lebih jauh Lia menjelaskan bahwa batik Shibori berasal dari Jepang.

"Sebenarnya batik ini meniru batiknya Indonesia dengan gaya teknik Jepang, yakni melipat, melilit, mencelup dan mewarnai sehingga nanti hasilnya seperti seni karya abstrak di atas kain katun," jelasnya.

Batik Shibori masih terdengar asing di Sumut. Karena itu Lia coba mengenalkannya kepada masyarakat, khususnya di Kota Medan.

"Tetapi kita coba mengenalkannya di komunitas kita dulu, yakni Foreindo," ujarnya.

Untuk pewarnaan, kata Lia, ada beberapa jenis warna yang bisa digunakan, seperti remasol, napthol dan sebagainya. Namun pihaknya menggunakan warna remasol karena lebih cerah dan berbentuk bubuk.

Dalam teknik mewarnai, sambung Lia, menggunakan air dan water glass yang memiliki kegunaan untuk mengunci warna agar tidak luntur dan melekat ke kain.

"Hasil batik Shibori masing-masing peserta tidak sama karena terbentuk secara abstrak. Ada yang bentuknya kotak-kotak, bulat-bulat, segitiga, bercak-bercak dan sebagainya," bebernya.

Uniknya, kata Lia, pola Shibori ini anti gagal. Seperti apa melipat dan mengikatnya, seperti itulah hasilnya.

Sebab itu, setiap peserta yang ingin membuat lagi, maka akan berbeda hasilnya meski dibuat oleh orang yang sama.

"Jadi gak bisa ditiru pola dan motifnya. Semua sesuai kreatifitas masing-masing orang. Lalu mengapa menggunakan kain katun prima rajawali, sebab kain tersebut yang bisa langsung dipakai tanpa dimordan lagi, yakni dibuka dulu pori-pori kainnya dengan cara direbus terlebih dahulu menggunakan tawas," ungkapnya.

Setelah diberikan warna, hasilnya dijemur dengan cara dibentangkan di tanah agar warnanya tidak melebar mengenai corak yang lain.

"Untuk warna remasol harus dijemur di bawah sinar matahari. Hal ini berbeda dengan naptol yang harus dijemur di dalam ruangan. Untuk pewarnaan remasol, jika mataharinya terik, maka hanya butuh 15 menit saja dan hasilnya sudah terlihat," ungkapnya.

"Setelah itu baru kita seleksi yang terbaik dan paling bagus akan mendapatkan hadiah berupa paket produk UMKM dari Foreindo. Alhamdulillah, lombanya berjalan lancar. Hasil dari kreativitas Shibori ini juga bisa dijadikan berbagai macam produk, seperti baju, tas, seprai, dan sebagainya. Shibori juga bisa dibuat di atas baju yang sudah usang, agar dapat dipakai kembali dan terlihat seperti baru," pungkasnya.

Lomba yang digagas Foreindo itupun mendapat apresiasi dari Ketua Dewan Penasihat Nasional Ira Damayanti, Ketua Dewan Pembina Hikmal Abrar, dan Ketua Dewan Penasihat Sumut Gus Irawan Pasaribu, serta Meilizar Latif dan Yusriando.

(EAL)

Baca Juga

Rekomendasi