Duta Bahasa Sumut, Nadia Virdhani Hia. (Analisadaily/Istimewa)
BELAJAR bahasa dan budaya sebagai landasan dan penguatan komunikasi dipercaya dapat membentuk pola pikir menjadi lebih baik dan terbuka. Mendalami bahasa bisa mendatangkan banyak peluang dan kesempatan bagi kaum muda terutama dalam kesuksesan studi, mengembangkan karir dan peluang kerja cemerlang di masa depan.
Begitu diungkapkan Nadia Virdhani Hia, mahasiswa semester tujuh Universitas Negeri Medan (Unimed) yang didaulat menjadi Duta Bahasa Sumatera Utara 2019 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI melalui Balai Bahasa Sumatera Utara (BBSU). Nadia, ia akrab disapa, kini mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) untuk melengkapi kebutuhan studi di kampung halaman di Nias, Sumut.
Dara manis kelahiran Gunungsitoli ini, sejak kecil memiliki passion kuat soal bahasa dan budaya. Selain sebagai mahasiswi program studi pendidikan bahasa Inggris, ia pernah ikut pertukaran pelajar ke Jepang pada 2016-2017. Tentu, modal bahasa asing jadi kunci keberhasilan mengikuti berbagai agenda besar yang memberikan kesan positif dalam hidupnya.
Nadia yang masa SD dan SMP di Gunungsitoli, mulai merantau di SMA Negeri 1 Matauli Pandan Sibolga pada 2014-2017. Dari situ perjalanannya memasuki level baru dengan bergabung di AFS Bina Antarbudaya Chapter Medan yang mengantarkannya pada program pertukaran pelajar ke Jepang selama setahun. Setelah kembali, lulus dari sekolah, jalannya lurus hingga masuk ke kampus berakreditasi A, Unimed.
Sulung dari tiga bersaudara ini kuat ditanamkan kedua orangtua soal tanggung jawab. “Dari kecil ditanamkan, bahwa bukan orangtua yang nanti akan menjalani kehidupan kita melainkan diri kita sendiri. Maka kita harus bertanggung jawab atas jalan yang diambil dalam hidup dan siap menerima risikonya. Apa yang kita kerjakan, jalan baik diambil harus komitmen dan siap atas risiko, namun tetap lapor dengan orangtua untuk dukungan dan restunya,” ujarnya.
Sedari kecil, Nadia senang mencoba hal baru yang memberi tantangan. Pengalaman pertukaran pelajar itu memberikannya kemampuan berbahasa Jepang dan bertemu orang-orang baru, hal itu mengundangnya mencoba hal baru yaitu menjajaki dunia duta bahasa yang sejalan dengan prodinya. “Ingin menggali potensi diri dan melampauinya, maka tertarik dengan dunia duta bahasa ini,” ungkapnya.
Hingga berhasil melewati berbagai tahapan panjang di duta bahasa dengan kualifikasi bahasa asing, bahasa daerah dan budaya, pada 2019 lalu, ia resmi menyandang gelar Duta Bahasa Sumut 2019. Tak sampai di situ, ia menempati posisi kelima pada ajang duta bahasa nasional di tahun sama. “Bahasa erat dengan budaya, di dunia ini kita berkomunikasi dengan banyak orang di lingkup regional, nasional dan internasional,” ucapnya.
Perempuan yang juga aktif di dunia kerelawanan ini menjelaskan, bahasa merupakan kebutuhan sosial dan alat komunikasi. Ia menilai belajar bahasa mendatangkan banyak peluang dan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri. Jadi ia berpesan agar tidak belajar bahasa hanya sekadar untuk kebutuhan studi seperti ujian dan untuk memenuhi persyaratan melamar suatu pekerjaan. Kemampuan berbahasa lebih dari itu, penguasaan bahasa asing dan daerah bahkan bahasa nasional punya tujuan yang lebih luas.
“Belajar bahasa harus bertahap dan harus punya target jelas. Kalau soal media sekarang banyak, apalagi digital. Namun kita perlu berjuang dan komitmen untuk belajar hingga menguasai bahasa. Sadari kebutuhan belajar kita, temukan gaya belajar yang menarik bagi kita agar tidak lekas bosan. Termasuk temukan wadah atau teman belajar yang tepat. Karena itu nanti yang memberikan motivasi positif dalam proses belajar bahasa sampai tuntas,” urai Nadia yang juga anggota UKMI Ar-Rahman Unimed.
Dari pengalamamannya di Jepang. Nadia merasa bahasa menjadi kunci untuk bertahan di tanah orang. “Ketika masuk di daerah yang menggunakan bukan bahasa kita, maka mau tidak mau kita harus bertahan dan beradaptasi, dimulai dengan belajar bahasanya. Dua bulan belajar dasar bahasa, tiga bulan terbiasa mendengarkan, terus meningkat seperti memberikan candaan dalam bahasa asing hingga enam bulan sudah lancar berbahasa. Kita harus mampu push diri lebih kuat,” bebernya.
Dari duta bahasa, ia sampai pada simpulan pentingnya kompetensi bahasa Indonesia yang baik, bahasa daerah dan asing seperti Inggris, Jepang dan lainnya. Berbahasa mendatangkan kemampuan komunikasi yang apik, public speaking skills bahkan mampu menjadi agen pemuda hingga membuka peluang kolaborasi di banyak bidang dan untuk mengikuti berbagai kompetisi. “Belajar bahasa juga mampu mengembangkan kepribadian, mengasah karakter hingga mendalami suatu budaya,” tukas gadis kelahitan 27 Agustus 1999 ini.
Keunggulan lain dari belajar bahasa termasuk membentuk pola pikir yang baik dan terbuka lalu membuka banyak pintu peluang. “Ini jalan menaikkan kualitas diri sebagai pemuda. Selalu ada hikmah dari jalan yang diikuti. Ini tahun yang luar biasa, bukan hanya soal menang menjadi duta bahasa, tetapi soal peluang diambil dan menikmati prosesnya yang memberikan pelajaran berharga,” pungkasnya.
Ia mengajak kaum muda menggunakan bahasa Indonesia secara baik, benar dan santun. Dengan demikian, akan mudah membawa kita ke mana saja, lebih baik jika diiringi bahasa daerah sebagai ciri khas dan identitas kebangsaan serta kemampuan bahasa asing. Karena bahasa internasional membuka peluang lebih luas di berbagai saluran. Ia mengibaratkan bahasa layaknya alat, yang semakin dikuasai pemakaiannya maka semakin besar manfaat didapat.
Anggota Generasi Cakrawala Forum Indonesia Muda (FIM) Sumut ini menyampaikan sebuah wisdom yang ditanamkan keluarga sejak kecil. Yaitu bahwa uang dan jabatan tidak selamanya bisa membawa kita lebih jauh dari pada ilmu. Jadi, sebanyak-banyak hal bersifat materialisme, tapi selalu ilmu yang membawa kita lebih jauh. Selamat ulang tahun, Nadia.
Berita kiriman dari: Ahmad Nugraha Putra