Bertemu Gubsu, Siswa Ini Sampaikan Beberapa Pertanyaan Soal Covid-19

Bertemu Gubsu, Siswa Ini Sampaikan Beberapa Pertanyaan Soal Covid-19
Dimaz Kurniawan saat bertemu Gubsu Edy Rahmayadi. (analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Medan - Satu sisi, sebagian masyarakat menilai bahwa pemerintah terkesan “membodohi” rakyatnya dengan terus membiarkan belajar daring. Satu sisi lagi, bahwa saat ini Sumut memang masih dalam masa pandemi Covid-19. Belajar daring memang salah satu solusi agar Covid-19 tidak menyebar lebih luas.

Hal-hal yang seperti ini menjadi simpang siur di masyarakat. Atas dasar itu, seorang siswa SMA Singapore School Medan, Dimaz Kurniawan bersama rekannya Javonn Wong mencoba meluruskan kesimpangsiuran tersebut dengan bertemu dan bertanya langsung kepada Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi. Kedua siswa ini pernah berprestasi tingkat internasional dengan membawa beberapa medali pada ajang World Scholars’s Cup di Sydney Australia Tahun 2019 lalu. Wawancara kepada Edy Rahmayadi sendiri mereka lakukan juga bagian dari Project Creativity, Activity, Service (CAS).

“Saya pilih wawancara dengan Pak Gubernur karena ingin meluruskan kesimpangsiuran tersebut. Bukan hanya itu sebenarnya. Kita juga menyiapkan banyak pertanyaan soal Covid-19 ke Pak Gubernur,” ujar Dimaz yang juga pernah menjadi pembicara di Oxford Model United Nations Singapore.

Ada empat sektor bidang yang dipertanyakan kepada Gubsu. Mulai dari sektor pendidikan, ekonomi, kesehatan dan sosial. Menurut Dimaz bahwa Covid itu bukan hanya tanggung jawab pejabat, melainkan tanggung jawab semua kalangan masyarakat. Baik masyarakat kelas atas maupun kelas bawah. Dewasa maupun anak-anak. “Jawaban gubernur banyak yang optimis. Salah satunya untuk bidang pendidikan, dilakukan kerja sama dengan provider internet maupun perusahaan telekomunikasi agar bisa membantu siswa di pedalaman yang susah mengakses internet agar tetap bisa belajar dari rumah,” sebutnya.

Pria kelahiran Medan 7 April 2005 ini menilai, belajar daring baginya memang bukan hambatan. Namun bagi siswa lain, mungkin ini menjadi hambatan, terutama siswa di pedalaman ataupun di daerah-daerah tertinggal. Apalagi siswa dengan keadaan orangtuanya ekonomi rendah. Mereka tidak bisa beli laptop, tidak bisa mengakses internet dan lainnya.

"Dalam kondisi seperti ini, mereka kan sudah tersakiti secara fisik karena tidak bisa ke sekolah, tidak bisa belajar daring dan sebagainya.

Tidak perlu pemerintah "kaget" atas kondisi sosial rakyat, namun harus kerja sama dan gotong royong antara pemerintah dan rakyat. Jangan lagi pemerintah, baik itu pusat (presiden dan menteri) maupun pemerintah daerah menyakiti mereka lagi secara mental dengan melontarkan pernyataan-pernyataan yang menyakiti hati mereka. Kalau sudah tidak bisa memberikan bantuan komputer dan lainnya, paling tidak pemerintah harus bersama rakyatnya. Tidak korupsi,” ucapnya.

Apalagi di satu sisi, saat ini banyak juga orangtua siswa yang terkena PHK. Kemudian menjadi pengangguran. Apalagi kata Gubsu yang merupakan mantan Panglima Kostrad tersebut, UMKM kita saat ini paling berdampak. Paling tidak beban mereka tidak ditambah lagi dengan harga-harga bahan pokok yang naik, pajak yang mahal dan jangan lagi ribut soal politik.

“Kita harus contoh Brunei. Meski angka kasus Covid-19 sudah nol, pemimpinnya masih pakai masker,” sebutnya.

Harapan Dimaz kepada seluruh siswa yang saat ini masih menuntut ilmu di mana pun, tetap berdoa dan optimis. Optimis dalam arti di situasi saat ini kita menjaga sikap.

“Jangan merokok dan jaga sikap kita sebagai siswa. Kadang memang masyarakat ini banyak mengkritik pemerintah, tapi giliran disuruh pakai masker susah. Bagaimana kita mau berdampingan terus. Masyarakat harus percaya dengan pemimpinnya. Katakanlah Sumut ini, kita harus percaya dengan Pak Edy Rahmayadi. Bukan hanya di Sumut, akan tetapi seluruh rakyat harus percaya pada pemerintah pusat hingga desa. Pemerintah harus lebih memberikan contoh yang baik dan mendidik," ujar Dimaz.

Lebih jauh ia juga mengutarakan agar sesama siswa di masa saat ini harus terus manfaatkan waktu dengan mengasah kreativitas. "Bisa memulai dari menulis cerita dan lain sebagainya. Atau jika ia muslim, maka bisa memperdalam ilmu mengajinya. Terutama siswa di perdalaman yang belum bisa belajar daring,” kata putra dari pasangan Junirwan dan Anita Suryani tersebut.

Pun begitu kepada orangtua siswa agar tetap menekankan moral dan etika kepada anak-anaknya. Peran orangtua saat ini sangat andil besar dalam memberikan ajaran kepada anaknya. Dengan begitu, ketika rakyat dan pemerintah bisa berdampingan, maka mewujudkan Indonesia untuk menjadi lebih baik ini dapat kita capai.

(NS/BR)

Baca Juga

Rekomendasi