Karyawati menghitung uang rupiah dan dollar AS di salah satu bank di Jakarta. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)
Analisadaily.com, Medan - Bank sentral AS menetapkan suku bunga acuan tidak berubah, masih di angka 0 persen sampai 0,25 persen.
Bank yang paling berpengaruh terhadap pasar keuangan dunia itu menyatakan bahwa, kebijakan suku bunga acuan mendekati 0 persen akan bertahan hingga 2023 mendatang.
"Ini berarti ekspektasi perkembangan ekonomi di AS dalam 3 tahun ke depan juga tidak akan bagus-bagus amat," kata Analis Pasar Modal, Gunawan Benjamin, Kamis (17/9).
Artinya, lanjut Gunawan, pasar menilai bahwa mesin pertumbuhan ekonomi nantinya akan datang dari China. Karena pertumbuhan ekonomi China masih cukup solid sekalipun diterpa tekanan pandemi Covid-19.
"Nah, dengan kebijakan suku bunga acuan yang di kisaran 0 persen tersebut, maka tren suku bunga acuan di negara lainnya akan bertahan rendah," sebutnya.
Termasuk, sebutnya, bunga acuan yang ditetapkan oleh BI di pekan ini. Gunawan menilai tidak akan berubah, karena harus dijaga agar tidak terjadi pembalikan modal keluar yang berpotensi menekan kinerja mata uang Rupiah.
"Pada dasarnya AS juga tengah bermasalah pada melemahnya laju tekanan inflasi yang belum mencapai target hingga 2 persen," terangnya.
Diterangkan Gunawan, dari rilis data yang disampaikan The FED, dirinya menilai bahwa tekanan inflasi di AS akan bertahan rendah setidaknya untuk 2 tahun mendatang, masih akan di bawah 2 persen.
"Sementara inflasi Indonesia belakangan juga merealisasikan lebih rendah. Bahkan kerap mengalami deflasi," terangnya.
Terkait dengan suku bunga acuan, pada perdagangan pagi ini, IHSG dibuka stabil di level 5.058, meskipun sejauh ini menguat dan mendekati level 5.100.
Sementara itu, terkait dengan tidak berubahnya ekspektasi besaran suku bunga acuan BI, Rupiah menguat di level 14.807 per US Dolar.
(RZD)