Kawasan hutan cemara menjadi salah satu pesona Pantai Labu yang asyik dinikmati (Analisadaily/Amirul Khair)
Analisadaily.com, Pantai Labu - Danau Toba merupakan ikon ketika orang bercerita tentang pariwisata di Provinsi Sumatera Utara. Harus diakui, danau yang menawarkan eksotisme keindahan alam luar biasa itu kini sudah menjadi destinasi wisata internasional serta masuk dalam skala prioritas pembangunan pemerintah pusat.
Sama seperti Danau Toba, obyek wisata yang masih menawarkan keindahan alam pegunungan juga melekat dengan Kabupaten Karo. Keindahan alam pegunungan Berastagi tak pula bisa dipungkiri menjadi salah satu alasan sebagai destinasi favorit di Sumatera Utara.
Sumatera Utara memang punya banyak destinasi menarik. Tak jauh dari Kota Medan yang menjadi pusat ibu kota Sumatera Utara, ada sebuah kecamatan yang juga dikenal dengan kawasan pesisir yakni, Pantai Labu.
Berada di wilayah administrasi Kabupaten Deli Serdang, Pantai Labu memiliki potensi pariwisata yang cukup menarik.
Tiga Dimensi
Apa yang menarik dari Kecamatan Pantai Labu? Bagi mereka yang hobi bertamasya, mungkin mencari-cari sisi daya tarik pariwisata di Pantai Labu. Terlebih Pantai Labu hanya sebuah kawasan pesisir yang menawarkan pantai tak seindah dan sebersih daerah Pantai Barat seperti Kepulauan Nias dan Kota Sibolga.
Apalagi wisatawan yang berkunjung masih sebatas lokal dan jadwal kunjungan wisatawannya juga bersifat temporer seperti hari libur, akhir pekan atau libur hari besar.
Fakta itu memang tidak bisa dibantah. Tapi menelusuri lebih jauh, kawasan Pantai Labu sebenarnya menawarkan keindahan yang tidak banyak dimiliki daerah lain. Keindahan Pantai Labu menawarkan pesona tiga dimensi meliputi laut, udara dan darat.
Sebagai kawasan pesisir, Pantai Labu tentu menawarkan keindahan lautnya. Tepian pesisirnya menyajikan pandangan lepas tak bertepi menuju hamparan Selat Malaka yang menjadi salah satu lajur laut terbilang sibuk.
Aktivitas nelayan mencari hasil tangkapan laut menggunakan sampan menjadi suguhan pemandangan yang cukup menarik sebagai kearifan lokal masyarakat pesisir. Namun pemandangan ini tentu hanya dapat dinikmati pada waktu-waktu tertentu. Tergantung situasi air laut.
Nelayan-nelayan kecil yang sibuk membolak-balikan pasir berlumpur untuk mendapatkan binatang laut seperti buah tangan, kepah, kerang dan sebagainya dapat dilihat saat air laut mengalami surut yang bisa berjarak ratusan meter dari tepian pantainya.
Panjang tepian laut Pantai Labu sekira 10 kilomter yang membentang dari titik Desa Denaikuala yang menjadi batas alam dengan Kabupaten Serdang Bedagai di Desa Kotapari, Kecamatan Pantai Cermin, sampai titik Desa Seituan, berbatasan dengan Kecamatan Percut Seituan, turut menawarkan keindahan tersendiri.
Beberapa titik pesisir Pantai Labu juga menawarkan pemandangan wisata mangrove yang sedikit demi sedikit terus ditata sehingga menawarkan konsep wisata ramah lingkungan.
Lajur tracking wisata mangrove di Pantai Muara Indah, Desa Denaikuala misalnya. Kawasan ini ditata sedemikian rupa sehingga bisa menikmati situasi hutan sembari mendengarkan riuhnya gelombang laut yang berkejaran ke tepian dari tengah Selat Malaka.
Selain Pantai Muara Indah, ada beberapa titik pantai yang kini dikelola masyarakat sebagai obyek wisata bahari yang ramai dikunjungi wisatawan lokal. Sebut saja Pantai Putra Serdang yang berdampingan dengan Pantai Muara Indah, Pantai Serambi Deli (Desa Paluhsibaji), Pantai Baganserdang dan titik lainnya.
Untuk pesona udara, Pantai Labu diuntungkan keberadaan Bandar Udara (Bandara) Internasional Kualanamu yang berbagi wilayah dengan Kecamatan Beringin, sekaligus menjadi pintu masuk Indonesia bagian barat dari dunia internasional.
Pemandangan indah kombinasi udara, laut dan darat tersaji saat pesawat melakukan landing maupun take off dari tepian obyek wisata bahari di Pantai Putra Serdang maupun Pantai Putra Deli dan Pantai Muara Indah.
Bahkan obyek wisata baru dapat dinikmati pengunjung langsung dari tepian Bandara Kualanamu, tepatnya di Desa Durian yang menyajikan pemandangan langsung pesawat terbang baik landing maupun take off dari runway yang memanjang.
Kawasan ini selalu ramai dikunjung wisatawan lokal dari setiap hari sabtu dan libur minggu maupun hari besar. Tak pelak, kondisi ini pun menjadi pendapatan baru bagi warga yang menyajikan pondok peristirahatan serta makanan ringan.
Nama Pantai Labu pun melambung dan terkenal sejak Bandara Kualanamu diresmikan dan beroperasi beberapa tahun lalu. Titik-titik wisata baru pun bermunculan efek dari keberadaan bandara tersebut.
Tak kalah dengan laut dan udara, areal daratan di sekitar Pantai Labu juga menawarkan konsep agrowisata. Pantai Labu merupakan salah satu kecamatan penghasil beras dengan areal persawahan cukup luas meski didominasi sawah tadah hujan.
Pemandangan hijau terhampar menjadi salah satu daya tarik bola mata ketika musim tanam tiba. Bahkan di Desa Denailama yang dikenal dengan Desa Wisata Kampung Lama, tracking ke tengah-tengah persawahan sengaja ditata menjadi daerah kunjungan menarik menawarkan hamparan pepohonan padi.
Setiap awal musim tanam, suasana unik dapat dirasakan para wisatawan di kawasan ini yang sering disebut dengan tracking Paluhnaga meski proses penataanya masih terus berlangsung hingga kini.
Infrastruktur
Dalam teori pembangunan, terlebih untuk membangkitkan gairah pariwisata di sebuah daerah, dukungan infrastruktur menjadi sangat mutlak dibutuhkan. Rasa aman dan nyaman bagi para wisatawan yang datang menjadi efek positif dalam kampanye pariwisata dari mulut ke mulut sehingga banyak orang tahu dan berminat untuk berkunjung.
Infrastruktur jalan yang masih belum menimbulkan rasa aman bagi wisatawan yang datang berkenderaan menjadi salah satu kendala yang dihadapi untuk memajukan Pantai Labu sebagai destinasi wisata pesona tiga dimensi.
Jalan yang berbatasan dari titik Desa Tengah menuju Kelambir misalya, kondisinya rusak parah sehingga wisatawan yang datang berkunjung harus sedikit menahan guncangan ketika melintas di titik ini.
Sekira 1-2 kilometer jalan menuju obyek wisata Pantai Muara Indah juga sedikit menghambat pengunjung yang datang terutama kendaraan roda empat. Jalannya yang belum beraspal sangat terasa mengganggu saat dilintasi sehingga keasyikkan untuk berwisata mengalami penurunan.
Kondisi serupa juga bisa dirasakan ketika menuju Pantai Putra Serdang. Lintasannya masih terasa ekstrim karena belum lama dibuka sebagai akses masuk. Andai titik ini sudah beraspal, para wisatawan akan merasa aman dan nyaman akhirnya akan merekomendasikannya menjadi destinasi wisata layak kunjung.
Seyogyanya, kawasan pesisir Pantai Labu menjadi salah satu destinasi wisata yang bisa maju bila pengembangannya ditata dengan baik dan masuk menjadi program prioritas sektor pariwisata Kabupaten Deli Serdang yang akan berdampak positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
(AK/EAL)