Medan Butuh Sistem Pemerintahan yang Pro Transportasi Kota

Medan Butuh Sistem Pemerintahan yang Pro Transportasi Kota
Kemacetan di salah satu titik di Kota Medan. (Analisadaily/Jafar Wijaya)

Analisadaily.com, Medan - Salah satu masalah yang tak kunjung usai di Kota Medan adalah kemacetan. Tiap hari, pemandangan ini selalu terlihat di sejumlah titik dan persimpangan, terutama pada saat jam-jam sibuk.

Pengamat Trasportasi, Medis Surbakti mengatakan, kemacetan yang terjadi di Medan adalah sebagai dampak dari pertambahan jumlah kendaraan tanpa dibarengi oleh peningkatan volume jalan.

"Ini membuat banyak kendaraan menumpuk di jalanan. Sementara infrastruktur jalan ini cenderung itu-itu saja," katanya, Rabu (14/10).

Medis yang juga Kaprogdi Teknik Sipil USU ini menuturkan, selama ini infrastruktur jalan di Medan juga cenderung kurang. Sementara volume kendaraan terus bertambah.

Hal itu diperparah dengan kondisi di mana banyak warga yang berokupansi menggunakan jalan. Ambil contoh pedagang di sejumlah pasar yang menggunakan sebagian badan jalan untuk berjualan. Lokasi-lokasi macam ini kerap menjadi pusat kemacetan, karena ruas jalan menyempit.

"Ironisnya, Pemko Medan selama ini seperti kekurangan taji melawan para pedagang atau masyarakat lain yang memakan badan jalan. Aksi kucing-kucingan dengan aparat pemerintah, Satpol PP kerap dilakukan masyarakat. Hari ini ditindak, besok muncul lagi. Pemko Medan sendiri seperti tak ada tindakan tegas dan jelas dalam menangani masalah ini," ujar Medis.

Selain itu, jaringan jalan di Medan juga masih pendek-pendek, dan banyak persimpangan. Kondisi ini membuat arus kendaraan melambat dan pada persimpangan kerap macet.

Sementara, sebagai kota metropolitan, rencana infrastruktur Kota Medan kini tidak bisa dilakukan sendiri. Perlu ada koordinasi yang kuat dengan daerah-daerah di sekitar Medan, yakni Kota Binjai dan Kabupaten Deliserdang.

"Rencana sinergitas daerah-daerah tersebut memang telah menghasilkan salah satu solusi angkutan umum, berupa bus Mebidang. Namun perlu diingat, program yang telah berlangsung selama beberapa tahun ini seperti tak mendapat minat yang lebih dari warga. Bus-bus yang digunakan kerap sepi. Infrastruktur pendukung seperti halte juga masih kurang memadai sehingga sulit menjangkau minat masyarakat," terang Medis.

Medis mengungkapkan, pembenahan sistem angkutan umum mutlak dilakukan. Pengaturan angkutan umum belum tertata dengan baik. Namun sampai saat ini Pemko Medan belum memiliki formula yang mujarab.

"Selain itu, perbaikan jalan di Medan ini masih tumpang tindih," ungkapnya.

Medis menjelaskan, tumpang tindih dalam hal ini adalah sebagai contoh koordinasi yang kurang baik antar instansi di Pemko Medan, termasuk koordinasi dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Pusat dan pihak lain.

"Tak jarang dijumpai, banyak ruas jalan yang telah diperbaiki, tak beberapa lama kemudian digali kembali untuk jalur sanitasi, jalur gas, gorong-gorong dan lainnya. Jalan yang sudah mulus justru rusak kembali. Ya pasti macet lagi," jelasnya.

Ke depan, Medis berharap ada pemimpin Kota Medan yang bisa menerapkan sistem pemerintahan yang pro terhadap transportasi kota. Terutama pemimpin yang mampu berkoordinasi dengan semua pihak dalam upaya mengatasi masalah kemacetan.

"Sehingga anggaran yang dikeluarkan dari APBD untuk memperbaiki infrastruktur jalan tak sia-sia. Selama ini yang masyarakat nilai, kan begitu. Hari ini diperbaiki, besok rusak lagi. Sia-sia," pungkasnya.

Solusi utama yang ditawarkan adalah pengaturan dan penyediaan angkutan umum yang nyaman bagi masyarakat, sehingga bisa menekan penggunaan kendaraan pribadi. Perbaikan infrastruktur juga perlu dilakukan secara efektif dan yang paling penting adalah koordinasi.

(JW/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi