Salah seorang senator Amerika Serikat dari Partai Republik, Ben Sasse (AP)
Analisadaily.com, Washington - Donald Trump membalas sejumlah kritik yang diutarakan senator dari Partai Republik, Ben Sasse.
Sasse yang merupakan senator dari negara bagian Nebraska menyebut Trump telah bermain-main dengan supremasi kulit putih, memperlakukan jabatan kepresidenan seperti peluang bisnis dan mencium pantat diktator.
Sejumlah kritik tajam itu disampaikannya pekan lalu saat telekonferensi dengan konstituennya. Dia juga mengecam sikap Trump yang tidak menganggap serius pandemi Covid-19 sejak awal.
Mendapat kritikan tersebut, Donald Trump langsung membalasnya dengan menyebut Sasse sebagai orang yang tidak efektif.
"Dia orang yang paling tidak efektif dari 53 senator Republik kami. Dia orang yang benar-benar tidak memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi hebat," kata Trump, dilansir dari
Al Jazeera, Minggu (18/10).
Merasa belum puas, presiden berusia 74 tahun itu kembali menuding Sasse sebagai republikan dalam nama saja, label yang merendahkan kaum konservatif.
"Kemudian dia kembali ke caranya yang agak bodoh dan menjengkelkan. Ben adalah tanggung jawab Partai Republik yang mempermalukan negara bagian Nebraska," sambung Trump.
Kekhawatiran Politisi Republik
Selain Ben Sasse, sejumlah anggota senat dari Partai Republik yang kembali mencalonkan diri tahun ini juga berusaha menjauhkan diri dari Trump.
Mereka khawatir gaya bicaranya yang memecah belah dan salah urus dalam pandemi Covid-19 dapat merugikan mereka di tempat pemungutan suara.
"Kami tahu bahwa akan ada sejumlah persaingan senat yang ketat dan kami mungkin berenang melawan arus di tempat-tempat seperti Arizona, Colorado dan Maine," kata konsulat Partai Republik, Whit Ayres.
"Namun ketika Anda melihat negara bagian yang terikat secara efektif, seperti Georgia, Carolina Utara dan Carolina Selatan, itu memberi tahu Anda bahwa sesuatu telah terjadi di lingkungan yang lebih luas," sebutnya.
Dalam komunikasinya dengan konstituen pekan lalu, Sasse secara blak-blakan juga menyuarakan keprihatinan itu.
"Saya sekarang sedang melihat kemungkinan pertumpahan darah Partai Republik di senat. Dan itulah alasan mengapa saya tidak pernah berada satu gerbong dengan Trump," ungkapnya.
(EAL)