Bupati Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Kabupaten Deliserdang, Muhammad Yahya Saragih. (Analisadaily/Istimewa)
Analisadaily.com, Lubukpakam - Keberadaan pemuda secara teoritis dan fakta sejarah tidak bisa dipungkiri menjadi bagian penting dalam kemerdekaan bangsa Indonesia, dan menjadi penggerak utama dalam laju pembangunan.
Bahkan sampai kini pemuda selalu ditempatkan sebagai garda terdepan dalam semua aspek kehidupan termasuk dalam menjaga NKRI.
Namun saat ini, keberadaan pemuda khususnya di Kabupaten Deliserdang masih sebatas teori sebagai garda terdepan. Pasalnya, pemuda di daerah yang punya visi pembangunan hebat ini tidak diberikan ruang berekspresi untuk menjadi pemuda berdaya.
Hal itu dikatakan Bupati Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Kabupaten Deliserdang, Muhammad Yahya Saragih,dalam merefleksikan Hari Sumpah Pemuda.
Yahya menilai, pemuda di Deliserdang kurang diperhatikan dalam pemberdayaan. Padahal, tanpa komponen pemuda, negeri ini tidak akan merdeka dan maju. Pemuda hanya dieksploitasi dengan penyebutan sebagai garda terdepan yang membangun daerah.
Negeri yang merdeka karena perjuangan dan darah pemuda ini belum meletakkan posisi mereka selayaknya. Pemuda dieksploitasi sebagai motor pada momen-momen tertentu seperti waktu Pilkada, atau mobiliasi massa untuk suksesnya sebuah seremonial saja.
“Kurang diberdayakan. Pemuda yang berhimpun dalam wadah di OKP hanya dijadikan sebagai motor menuju momen-momen tertentu seperti, sewaktu Pilkada, mobilisasi massa. Hanya sebatas itu yang kita lihat. Semacam eksploitasi,” jelasnya, Rabu (28/10).
Menurut Yahya, Pemkab Deliserdang sampai saat ini sangat kurang dalam pemberdayaan pemuda. Tidak banyak program yang benar-benar menjadikan pemuda di daerah yang mengusung visi pembangunan menjadikan Deli Serdang maju dan sejahtera dengan masyarakatnya yang religius dan rukun dalam kebinekaan ini.
Pelibatan pemuda dalam pembangunan sebagai bentuk pemberdayaan pemuda agar berdaya hanya dilakukan kepada sekelompok orang yang dinilai punya potensi mendukung kepentingan orang maupun kelompok tertentu.
Bahkan kini banyak pemuda yang menganggur tak punya harapan dalam menatap masa depan. Karena minimnya ruang dalam berekspresi, banyak pemuda ‘kalap’ menjadi pelaku kriminalitas terlebih menjadi pacandu narkoba bahkan menjadi penjaja maupun bandarnya.
“Pemerintah harus bertanggung jawab. Pemuda kan salah satu penggerak motor negara ini. Seharusnya mereka diberdayakan,” tegas Yahya.
Momentum Hari Sumpah Pemuda diharapkan tidak hanya sekadar sebagai peringatan rutinitas dan seremonial setiap tahun. Tapi harus ada program pemberdayaan yag memberikan ruang ekspresi lebih luas bagi pemuda untuk berdaya dan maju.
(AK/RZD)