Perbaiki Indikator Kesehatan Masyarakat untuk Kembali ke Zona Hijau Covid-19

Perbaiki Indikator Kesehatan Masyarakat untuk Kembali ke Zona Hijau Covid-19
Juru Bicara Satgas Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani (Analisadaily/Istimewa)

Analisadaily.com, Banda Aceh - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) Nasional mengunakan indikator kesehatan masyarakat sebagai Navigasi Zonasi Risiko Daerah, dalam membuat kategorisasi risiko kenaikan kasus Covid-19.

Di Aceh saat ini ada 21 daerah kabupaten/kota zona oranye dengan risiko kenaikan kasus Covid-19 kategori sedang. Sedangkan 2 kabupaten lainnya, Aceh Singkil dan Bireuen merupakan zona merah, yang memiliki risiko tinggi potensi kenaikan kasus Covid-19 dalam pekan ini.

Juru Bicara Satgas Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani menyampaikan hal tersebut untuk menyahuti semangat sejumlah bupati/wali kota yang ingin segera mengembalikan daerahnya ke zona hijau.

“Peta Zonasi Risiko Covid-19 yang dirilis setiap minggu oleh teman-teman pers telah memicu spirit positif bagi sejumlah bupati/walikota untuk memperbaiki situasi pandemi covid-19 di daerahnya dan ingin segera kembali ke zona hijau,” kata Saifullah, Sabtu (7/11).

Menurutnya, bupati/wali kota yang tak ingin daerahnya menjadi zona merah, mau keluar dari zona oranye, dan ingin kembali ke zona hijau atau zona kuning, secara bertahap, harus segera meningkatkan kapasitas dan kualitas surveilans-nya.

Peningkatan kapasitas dimaksud, peningkatan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM), instrument kerja, maupun software yang diperlukan. Tim surveilans Satgas Covid-19 harus diperkuat dengan ahli epidemiologi dan ahli biostatistik yang ada di Dinas Kesehatan kabupaten/kota atau direkrut dari eksternal.

“Ahli epidemiologi dan ahli biostatistik sangat diperlukan karena indikator penanganan pandemi Covid-19 sangat tergantung pada pengumpulan data epidemiologis yang gigih, dan dihitung melalui permodelan matematis, analisa statistik, dan pelaporan yang disiplin,” terangnya.

Tim Pakar Satgas Covid-19 Nasional, jelasnya, menghitung indikator risiko kenaikan kasus (zonasi warna) suatu daerah berdasarkan data surveilans dan database rumah sakit online Kementerian Kesehatan, yang sumbernya dari berbagai daerah di Indonesia. Satgas Covid-19 Nasional menganalisis data kumulatif mingguan, status risiko kenaikan kasus dan dirilis setiap minggu.

Indikator epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat, dan indikator pelayanan kesehatan diberikan skoring, pembobotan, dan dijumlahkan. Hasil perhitungan tersebut dikategorisasikan menjadi 4 zona risiko, yakni nilai 0-1.80 Zona Risiko Tinggi (merah); nilai 1. 81 – 2.40 Zona Risiko Sedang (oranye); dan nilai 2.41 – 3.0 Zona Risiko Rendah (kuning).

“Sedangkan Zona Tidak Ada Kasus (hijau) merupakan daerah yang tidak mencatat kasus Covid-19 positif, atau pernah terdapat kasus namun tidak ada penambahan kasus baru dalam 4 minggu terakhir dan angka kesembuhan 100 persen,” jelas SAG.

Ada 14 indikator yang harus diperbaiki bagi setiap daerah yang ingin menghindari zona merah, meninggalkan zona oranye, dan menjadi zona kuning, atau bahkan menjadi zona hijau.

Indikator-indikator tersebut meliputi: penurunan kasus positif minggu terakhir sebesar ≥ 50 persen dari puncak; jumlah kasus aktif pada pekan terakhir kecil atau tidak ada; penurunan jumlah meninggal kasus positif pada minggu terakhir sebesar ≥ 50 persen dari puncak; dan penurunan jumlah meninggal kasus suspek pada minggu terakhir sebesar ≥ 50 persen dari puncak.

Kemudian, penurunan jumlah kasus positif yang dirawat di rumah sakit pada minggu terakhir sebesar ≥ 50 persen dari puncak; penurunan kasus suspek yang dirawat di rumah sakit pada minggu terakhir sebesar ≥ 50 persen dari puncak; persentase kumulatif kasus positif per 100,000 penduduk; dan mortality rate (angka kematian) kasus positif per 100,000 penduduk.

Selanjutnya, jumlah pemeriksaan sampel diagnosis mengikuti standar WHO (1 orang diperiksa per 1000 penduduk per minggu; dan positivity rate rendah (target ≤ 5 persen sampel diagnosis positif dari seluruh kasus yang diperiksa).

Lebih lanjut, jumlah tempat tidur di ruang isolasi rumah sakit rujukan mempu menampung 20 persen atau lebih jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit; dan jumlah tempat tidur di rumah sakit rujukan mampu menampung 20 perseb atau lebih kasus suspek dan pasien positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

“Indikator-indikator tersebut dapat dicapai secara bertahap melalui sinergisitas Satgas Covid-19 kabupaten/kota dan provinsi. Indikator motality rate dan positivity rate merujuk angka provinsi, namun terkait dengan penatalaksanaan pasien konfirmasi dan tracing agresif Satgas Covid-19 di kabupaten/kota,” imbuhnya.

Sementara itu, kasus Covid-19 Aceh secara akumulatif sejak kasus konfirmasi pertama dilaporkan pada 27 Maret sampai 6 November 2020 sudah mencapai 7.634 orang, sedang dalam perawatan 1.308 orang, sudah sembuh 6.047 orang, dan meninggal dunia 279 orang.

Penambahan kasus baru konfirmasi positif covid-19 sebanyak 71 orang meliputi warga Aceh Tamiang 16 orang, Bener Meriah 12 orang, Bireuen 8 orang, Aceh Singkil 7 orang, Subulussalam dan Banda Aceh masing-masing 6 orang.

Kemudian warga Aceh Tengah 4 orang, Aceh Timur, Aceh Besar dan Nagan Raya, sama-sama 2 orang. Selanjutnya warga Aceh Barat, Pidie, Aceh Utara, Pidie Jaya, Lhokseumawe, sama-sama 1 orang, serta 1 orang lainnya dari luar daerah.

Sedangkan penderita Covid-19 yang dilaporkan sembuh bertambah 166 orang, yang terdiri atas warga Kota Banda Aceh paling banyak sembuh yakni mencapai 160 orang dan warga Aceh Utara 2 orang. Kemudian masing-masing 1 orang warga Aceh Tenggara, Aceh Timur, Pidie Jaya, dan Kota Sabang.

“Tidak ada penderita Covid-19 di Aceh yang dilaporkan meninggal dunia hari ini,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Jubir Covid-19 Aceh melaporkan kasus probable di Aceh secara akumulasi sebanyak 625 orang. Dari jumlah kasus probable tersebut, 47 orang dalam penanganan tim medis (isolasi RS), 545 sudah selesai isolasi dan 33 orang meninggal dunia.

Sedangkan kasus suspect di seluruh Aceh hari ini telah mencapai 3.865 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 3.578 orang selesai masa pemantauan (isolasi), 282 orang dalam proses isolasi di rumah dan 5 orang isolasi di rumah sakit.

(MHD/RZD)

Baca Juga

Rekomendasi