Reclea Brick (Analisadaily/Istimewa)
Analsadaily.com, Medan - Eksploitasi tanah secara terus-menerus dalam jumlah besar sebagai bahan baku pembuatan batu bata merah akan menimbulkan dampak negatif bagi unsur hara yang terkandung di dalam tanah.
Dalam sebuah penelitian, disebutkan proses penggalian dalam pembuatan bata merah mendorong kemerosotan sumber daya tanah baik mutu maupun kualitasnya. Gejala fisik yang tampak jelas terlihat di tempat pembuatan bata merah adalah semakin tipisnya lapisan tanah, sehingga membuat kemampuan tanah menjadi tidak stabil.
Dalam artian, kemampuan tanah untuk menopang kehidupan tanaman yang berdiri di atasnya pun berkurang dibandingkan dengan tanah yang belum dijadikan tempat industri bata merah. Menyadari pentingnya menjaga ekosistem tanah berkelanjutan, maka Reclea Brick hadir.
Reclea Brick adalah jenis batu bata yang berbahan baku bahan daur ulang, tidak memakai penggunaan media tanah. Hadirnya Reclea Brick membawa konsep ramah lingkungan sebagai bahan material yang layak digunakan untuk kebutuhan perumahan atau property maupun sarana pendukung pembangunan infrastuktur.
Reclea Brick, batu bata ramah lingkungan diproduksi PT Surya Jaya Agung sejak tahun 2015. Dan baru tahun ini Reclea Brick siap dipasarkan di dalam negeri, setelah mengantongi Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun sebagai Industri Batu Bata dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (Kemen LHK RI) nomor SK. 337/Menlhk/Setjen/PLB.3/7/2017.
Reclea Brick juga lulus pengujian Batako Press (Bahan Fly / Bottom Ash) sesuai Standart SNI oleh Laboratorium Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan tahun 2014.
"Reclea Brick hadir untuk membantu pemerintah dalam mengatasi pencemaran lingkungan di bidang pertanahan yang mulai mengalami kerusakan akibat penggalian ilegal," kata Director Marketing Reclea Brick, Siswanto Tam, Selasa (10/11).
Menurut Alung, sapaan akrab Siswanto Tam, Reclea Brick merupakan asli buatan dalam negeri.
"Reclea Brick adalah produk bata buatan anak Medan, yang menawarkan solusi material bangunan ramah lingkungan dan berdaya tahan lama," ungkap Alung.
Alung optimis, Reclea Brick akan diterima pasar dalam negeri terkhususnya di Pulau Sumatera.
"Karena potensi bisnis di industri bata cukup besar, mengingat kebutuhan akan material bata untuk penggunaan pembangunan infrastuktur dan property atau perumahan," beber Alung.
Reclea Brick bukan sekadar batu bata biasa. Jika dibandingkan dengan bata merah yang terbuat dari bahan baku tanah liat, Reclea Brick lebih unggul dan menguntungkan.
"Dari segi kualitas, Reclea Brick dua kali lebih kuat dari bata merah. Untuk ukuran, Reclea Brick lebih besar, yakni Standard 5x10x21 centimeter; sedangkan Jumbo berukuran 10x10x21 centimeter," sebut Alung.
Alung menambahkan, yang paling terpenting adalah dengan pemakaian Reclea Brick dipastikan akan lebih untung dan hemat.
"Dengan Reclea Brick, penggunaan semen material bangunan lebih hemat 70 persen. Dan bangunan akan lebih dingin serta kedap suara," ucap Alung.
Alung membeberkan, bata Reclea Brick telah dipasarkan ke sejumlah daerah.
"Reclea Brick telah beredar ke Kota Medan, Pangkalan Susu (Langkat), Rantau Prapat (Labuhanbatu Induk), Kota Siantar, Balige (Tobasa) dan Kabanjahe (Karo). Untuk sementara, kita melayani pesanan di seputar Provinsi Sumatera Utara (Sumut)," terangnya.
Alung mengklaim Reclea Brick satu-satunya batu bata yang bermerk di batanya di Indonesia, terbuat dari pemanfaatan sisa pembakaran batubara dengan mendaur ulang menjadi batu bata.
"Dari segi harga, Reclea Brick juga tidak kalah murah dibandingkan bata merah. Silahkan bandingkan harganya, mana yang lebih menguntungkan," ungkapnya.
Reclea Brick menargetkan pasar pemilik rumah yang peduli akan mutu bangunan dan hemat produksi.
"Reclea Brick mendorong terwujudnya rumah idaman yang murah dan berkualitas," ujarnya.
Saat ini Reclea Brick sedang mengajukan proses Sertifikat Green Label Indonesia dari institusi swasta, demi meyakinkan pengusaha property dalam negeri maupun pemilik-pemilik rumah bahwa penggunaan Reclea Brick lebih ramah lingkungan.
(RZD)